06

3.3K 385 28
                                    

Setelah menenangkan Juhra, Sean mulai bergerak walaupun miliknya tak sepenuhnya masuk.

"Hah.. hah.. hah.. " Sean memeluk Juhra erat, dia tak bisa leluasa bergerak karena ini pertama kalinya untuk Juhra.

"Ah.. hah, yang mulia.. hah" Juhra memeluk tubuh Sean, tubuh besar dan hangat itu terasa nyaman baginya.

"Hah.. ah, maafkan aku tapi aku tidak bisa keluar kalau terus seperti ini jadi.. hah.. maafkan aku Juhra" Sean melepas pelukannya dari Juhra lalu menarik kedua tangan Juhra.

"Uah.. Ah! Ah! Ah !" Tubuh Juhra bergerak berlawan arah dengan Sean, posisi ini membuat Sean hampir klimaks, Sean segera menarik p*nisnya keluar lalu mengoc*knya di atas perut Juhra.

Cairan kental itu keluar membasahi tubuh depan Juhra, sejujurnya Sean ingin melanjutkan ke ronde berikutnya tapi melihat keadaan Juhra dia membatalkan niatnya.

Sean membawa Juhra ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh mereka berdua.
"Kamu tidak apa-apa ?" Tanya Sean.

Juhra menekan-nekan jarinya.
"Rasanya sakit yang mulia" ujar Juhra.

Sean terkekeh pelan.
"Baik, kalau begitu istirahat lah di kamar ku untuk sementara waktu sampai tubuh mu membaik"

Tapi Juhra menolak tawaran Sean, dia datang untuk bekerja dan dia menginginkan upahnya.

Sean memberikan lagi dua koin emas dan total koin Juhra ada 4, dia terlihat sangat senang seolah rasa sakit di tubuhnya langsung terangkat.

Juhra berpamitan pergi karena tugasnya sudah selesai, saat pulang Juhra membelikan baju baru untuk adik dan ibunya.

Keduanya sangat senang mendapat baju baru, Juhra juga membeli roti dan telur agar mereka punya simpanan untuk beberapa hari ke depan.

Setiap beberapa hari sekali Juhra bekerja memuaskan Sean, dia mulai terbiasa dan menikmati sentuhan Sean.

Tak terasa Juhra sudah bekerja hampir dua bulan bersama Sean dan beberapa pelayan tau hal ini, tak hanya pelayan tapi juga prajurit mendengar kabar burung yang menyebar.

Pada hari itu, Juhra seperti biasanya mengganti bunga di ruang kerja Sean setiap tiga hari sekali pada sore hari.

Kebetulan hari itu Sean tidak ada di istana, dia memberitahu Juhra akan pulang besok, walaupun begitu Sean tetap meminta agar Juhra mengganti bunga di kamar dan ruang kerjanya.

Hari sudah sore, waktunya Juhra pergi ke ruang kerja Sean akan tetapi hal buruk yang tak pernah dia sangka menimpanya saat dia berjalan menuju ruang kerja Sean.

Juhra diseret oleh beberapa pelayan masuk ke ruangan lain dengan pencahayaan remang-remang.

Mereka bertanya kenapa Juhra selama dua bulan ini terus keluar masuk dari kamar raja, kalau hanya untuk mengganti bunga tidak lah selama itu tapi Juhra berada disana hampir satu jam bahkan lebih.

Juhra beralasan dia membantu raja dan kadang mereka berdua mengobrol tapi jawaban Juhra tidak bisa mereka terima.

Para pelayan tidak menerima jawaban Juhra, mereka tau para pemetik bunga biasa merayu beberapa orang seperti prajurit atau pelayan bahkan menjual tubuhnya hanya untuk sepotong roti.

Juhra terus mengelak kalau dia tidak melakukan itu tapi karena Juhra berada pada garis kasta terendah jadinya mereka bersikap semena-mena pada Juhra.

Mereka menarik paksa pakaian Juhra bahkan menelanjanginya seolah dia tak berharga, saat semua pakaian Juhra terlepas mereka bisa melihat beberapa tanda merah di tubuh Juhra yang menandakan kalau Juhra memang pernah bercinta walaupun mereka ragu kalau orang itu adalah raja Sean.

Mereka menghina Juhra sebagai pelac*r bahkan mereka mengatakan kalau bercinta dengan Juhra tidak lah seberharga itu. Para pelayan pria dan prajurit yang ada disana bergilir memperkosa Juhra, sedangkan para pelayan wanita hanya menonton karena memang mereka tidak menyukai Juhra.

Juhra meronta memohon agar mereka berhenti menyentuhnya, tubuh Juhra terasa sangat sakit karena mereka bergiliran masuk ke dalam holenya.

Bagi mereka kalaupun Juhra mati, itu tidak akan merugikan siapa pun itulah yang mereka pikirkan sebab Juhra berada di kasta paling rendah.

Selesai melakukan hal keji itu, mereka memasukkan tubuh lemah Juhra ke dalam lemari.

Kejamnya lagi, mereka menutup pintu seolah membiarkan Juhra mati secara perlahan disana.

"Yang.. mulia.. " suara Juhra sangat serak, dia bahkan tidak bisa menangis lagi.

Juhra bahkan tidak bisa merasakan kaki dan tangannya, tak hanya itu dia juga mendapat luka lebam di wajahnya akibat pukulan dari para bajing*n itu.

Juhra menutup matanya.
'Kalau pun aku harus mati disini, setidaknya ibu dan adik ku tidak kelaparan untuk beberapa hari ke depan' batin Juhra.

.
.

Jam 22:00 malam.

Kereta kuda raja masuk ke dalam istana, ternyata Sean bisa pulang lebih cepat dari perkiraan.

Rusha membantu Sean membawa jubahnya yang terasa berat dia pakai selama seharian ini.
"Aku sangat lelah" ujar Sean sembari memijat pelan lehernya.

"Apakah Anda mau berendam air hangat yang mulia ? Akan saya siapkan" ujar Rusha.

"Ya, tolong siapkan air hangat.. aku ingin berendam" keduanya berjalan menuju kamar Sean akan tetapi malam ini Sean memilih jalan memutar karena dia ingin melihat taman bunga tempat Juhra biasa bekerja disana.

"Tidak ada satu pun pemetik bunga yang datang di jam seperti ini yang mulia, mereka datang pagi nanti" kata Rusha.

Sean tersenyum kecil.
"Andai dia tinggal di istana ini" gumam Sean, keduanya kembali berjalan tapi langkah kaki Sean tiba-tiba berhenti saat dia melihat kelopak bunga berhamburan di lantai.

"Ini .. kelopak mawar merah" ujar Sean, Sean berbelok kearah lain dan benar saja ada beberapa kelopak lain di lantai.

"Yang mulia !" Rusha terkejut saat melihat Sean berlari, dia langsung menyusul Sean.

Kelopak bunga itu berhenti di sebuah ruangan yang terletak cukup tersembunyi di istana ini, ruangan yang tidak pernah digunakan.

"Yang mulia, apa yang Anda cari disini ? Tempat ini cukup menyeramkan" kata Rusha karena memang sangat gelap saat malam hari.

Perlahan Sean mendorong pintunya, kelopak mawar itu semakin banyak dan lagi yang membuat Sean dan Rusha terkejut ada keranjang wadah Juhra meletakkan bunga mawar hasil petikannya.

Sean mencari di sekitar ruangan itu, perasaannya semakin tidak enak saat dia melihat sehelai kain keluar dari dalam lemari yang tertutup.

Sean membuka pintu lemari dan betapa terkejutnya mereka berdua saat melihat Juhra ada di dalam lemari itu tanpa memakai sehelai pakaian pun.

"Juhra !" Sean langsung menarik tubuh Juhra, tangan Sean bergetar saat melihat wajah membiru Juhra dan lagi cairan lengket di tubuh dan paha dalamnya.

"Panggilkan tabib !! Segera ke kamar ku !!" Perintah Sean, dia berlari mengendong Juhra begitu pula dengan Rusha yang langsung pergi mencari tabib istana.

Setibanya Sean di kamar, dia langsung membaringkan tubuh Juhra di atas kasurnya, dia menyelimuti pria malang ini lalu menepuk-nepuk pelan pipi Juhra.

"Juhra.. sadar lah! Siapa yang melakukan hal seperti ini pada mu ?!"

.
.

Bersambung ...

Dance With Me (BxB 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang