Terdengar desis menenangkan dari seseorang. Membuat ia mengerinyit terbangun, dan begitu membuka mata pemandangan yg ia lihat benar-benar merasa menggetarkan untuknya.

Disana lah ia melihat Pete tengah menimang putra kecilnya. Terlihat mempesona dengan piama merosot turun memperlihatkan sebagian bahu putihnya.

Membujuknya untuk mendekat, lalu memeluk perutnya dari belakang.

"Kau bangun sepagi ini?"-gumam Vegas seraya mengendus pinggang dan punggung Pete, merambat hingga ke atas tengkuk nya yang polos.

Pria cantik itu tersenyum lembut, lalu mengusap lengan yang melingkar di perutnya.

"Aku mendengar Venice terbangun"-jawab nya sambil mencium bibir mungil baby itu.

Pria dokter itu terkekeh pelan.

"Lalu bagai mana jika aku yg terbangun? Apa kau akan menciumku seperti itu"-ujar Vegas

Pete terdiam untuk melirik ke samping, tepat pada pria yang kinienumpukan dagu di pundaknya.

"Mendekatlah"-bisik Pete kemudian seraya menyentuh rahang Vegas.

"Hn? Kau ingin menciumku"-ujar nya

"Mendekatlah"-ujar Pete lagi sembari mengulas senyum.

Tak ingin menunggu lama Vegas benar-benar mendekat. Bahkan tanpa segan memiringkan kepalanya yakin mungkin Pete akan menyambutnya dengan lumatan lembut.

"Apa yang kau lakukan?"-gumam Pete kemudian, melihat pria itu memejamkan kan mata

Vegas mengerinyit

"Dimana ciuman untuk hn?"-ujarnya

Sebelah tangan kecil Pete terangkat membalai wajah kokoh itu. Dan mulai menariknya mendekat bukan-

Buka untuk memberinya kecupan mesra, seperti yang Vegas harapkan melainkan-

"Bisakah kau menjaga Venice sebentar? Aku ingin membersihkan tubuhku"-bisik Pete kemudian

Tak pelak membuat pria kekar itu berdecak.

"Ciuman untuk-

"Kau akan mendapatkan nya nanti Vegas"-ujar Pete sembari menyerahkan Venice kedalam rengkuhan Vegas, lalu membawa langkah kecilnya menuju bath up.

Tak banyak yang Vegas lakukan selain mengalah, dan tersenyum mendengar Pete bersenandung didalam bath up nya.

Vegas beralih mengangkat Venice lalu membawanya mendekati jendela di sisi ranjangnya.

Lama ia memandang kabut pekat di luar, hingga desiran angin lembut mulai menggoyangkan ranting pepohonan.

.

.

"Aku mendengar rintik di luar, mungkinkah-

Pete menghentikan langkahnya, pandanganya bagai terjerat begitu saja kala menatap kedepan.

Seorang pria tampan tersenyum, dengan Venice yang terlihat menggapai-gapai wajah Vegas. Sempat pula Pete mendengar pria itu tertawa, berbaur dengan rintik hujan di luar.

Nyatakah ini?

Ataukah ia sedang bermimpi melihat surganya.

Pete berlari kecil mendekati sosok kekar itu semakin berdebar kala menghirup aroma maskulin itu yng menguar hingga-

GREB..

ia memeluk erat perut Vegas dari belakang, menyandarkan kepalanya di punggung lebar itu, dan membuatnya yakin ia tak sedang bermimpi kali ini.

Pria itu benar-benar nyata di peluknya.

"Sayang"-panggil Vegas terkejut dengan pelukan tiba-tiba itu

Pete hanya terkikik dan semakin erat memeluk pria itu. Membuat kerinduan yang bertahun-tahun kala itu benar-benar sirna. Dengan kembalinya ia ke pelukan pria kekar itu.

Ah Pete masih mengingatnya bagai mana ia tersiksanya menahan rindu kala dirinya memilih tinggal di Korea.

Vegas mengerinyit heran menyadari punggungnya yang basah mungkinkah Pete menangis, ia memaksa memutar tubuh demi melihat wajah Pete.

Dan betapa terkejutnya ia melihat airmata benar-benar berlinang darinya. Membuat Vegas beralih cepat merunduk untuk menangkup wajah tirus itu dengan sebelah tanganya.

"Ada apa? Mengapa kau menangis seperti ini, Katakan jika-

"Aku tidak ingin kita berpisah lagi, sudah cukup 5 tahun aku merasakan sesak itu"-lirih Pete terbata sambil menggenggam tangan yg membelai wajahnya.

Vegas mengulas senyum hangat. Lalu membawa kepala Pete bersandar di dadanya hingga membuat pria cantik itu mampu menatap lekat Venice dalam rengkuhanya.

"Aku akan memperjuangkan cinta kita, walaupun papa menentangnya"

"Aku akan mendapatkanmu Pete"-bisik nya lirih..

Apakah mampu Vegas melewati semuanya??

Bersambung..

Sorry for typo .

the invisible~vegas pete 🔞🔞🔞Where stories live. Discover now