1. Sekolah

0 0 0
                                    

“Teruslah menuntut ilmu jangan sampai pendidikanmu terganggu hanya karena seorang laki-laki.”

"Ummiiiiiiiiii", panggil Sania dari kamarnya.

"Astagfirullah", gumam umi Amira kaget akan teriakan anak perempuannya. Umi pun langsung menghampiri ke kamar anaknya itu.

"Ada apa sih Dek, pagi pagi sudah teriak teriak? ", tanya umi setelah sampai kamar Sania

"Hehehe... Itu umi ada kecoak", adu Sania pada uminya. Umi Amira pun tak habis pikir dengan anak perempuannya itu dan langsung membuang kecoak yang sudah membuat sang putri tercinta teriak-teriak sepagi ini.

Setelah drama pagi antara ibu dan anak itu, akhirnya mereka berdua menuju ruang makan untuk sarapan pagi bersama. Sesampainya diruang makan, Sania terkejut akan kehadiran kakak yang sangat dirindukannya

"Loh, ada kak Er? Kapan kakak sampai rumah? Kok gak ngabarin aku sih", tanya Sania dengan nada terkejut dan kesal pada laki-laki dihadapannya, yaitu Muhammad Erlangga kakak laki-laki Sania.

"Kakak sampai rumah udah dari tadi subuh, kamu aja sih yang gak lihat hp padahal kan sudah kakak chat dari kemarin malam", jawab kakak Sania

"Maaf", jawab Sania tak lupa dengan cengiran khasnya dan langsung memeluk kakaknya begitu erat seakan sudah beberapa abad tidak bertemu

Setelah itu tak ada lagi suara, mereka bertiga melanjutkan sarapan paginya yang sempat tertunda karena debat antara kakak dan adik itu.

Setelah sarapan selesai, Sania langsung menuju kamarnya untuk mengambil tas sekolahnya, setelah semua keperluan sekolah sudah masuk ke dalam tas, Sania bergegas keluar kamar dan berangkat ke sekolah.

"Assalamualaikum umi, kak Er. Nia berangkat ke sekolah dulu ya!", pamit Sania pada umi dan kakaknya

"Waalaikumussalam, hati-hati dijalan dek!", jawab umi Amira

"Siap, umi", balas Sania dengan tangan bersikap hormat dan langsung keluar rumah untuk berangkat sekolah. Umi dan kakaknya hanya bisa menggelengkan kepalanya seraya tersenyum melihat kelakuan Sella.

Sesampainya di sekolah, Sella langsung menuju ke ruang kelasnya dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya. Saat sampai di pertengahan jalan, dia dikagetkan oleh seorang gadis yang seumuran dengannya,

"Hayo lagi mikirin apa nih kok senyum-senyum sendiri?", tanya gadis yang tiba-tiba muncul

"Astaghfirullah, Lia!!!", kaget Sania

"Assalamualaikum Nia, maaf. Lagian sih kamu nya senyum-senyum sendiri, kan aku jadi merinding lihatnya.", jawab gadis yang tak lain dan tak bukan adalah sahabat Sania, Amalia Saputri Alfauzi. 

"Waalaikumussalam, ya gak gitu juga kan, Li", jawab Sania kesal

"Ya ya maaf sahabatku yang masyaallah cantiknya", jawan Lia dengan cengirannya

"Ya udah yuk langsung ke kelas nanti keburu bel", sambung Lia

"Yuk", jawab Sania

Mereka berdua menuju ke kelas mereka dengan berbincang-bincang di jalan. Tak lama setelah mereka berdua sampai di dalam kelas, guru yang mengajar saat jam pertama pun datang.

"Assalamualaikum anak-anak, selamat pagi semuanya!", sapa bu Indah saat memasuki ruang kelas. Ya bu Indah adalah seorang guru matematika yang bisa dibilang tegas tapi baik.

"Waalaikumussalam bu Indah", jawab mereka serempak

"Sekarang kita akan membahas tentang peluang, jadi tolong buka buku paketnya halaman 253!", suruh bu Indah pada semua muridnya dan bu Indah pun menjelaskan materi yang diberikannya.

Setelah berapa lama mereka dihadapkan pada pelajaran yang sangat menyenangkan yaitu matematika, akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Sania dan Lia segera menuju ke kantin untuk mengisi perutnya .

Sesampainya mereka di kantin, mereka langsung membeli camilan yang diinginkan masing-masing dan menuju kursi kosong yang telah disediakan di kantin.

"Oh iya Nia, kamu ikut organisasi yang di komplek kan?", tanya Lia pada Sania 

"Iya, memangnya kenapa Li?", tanya Sella

"Ya gapapa sih, cuman mau tanya aja. Apa kamu nggak capek kalau kamu banyak ikut organisasi disekolah dan diluar? Apalagi sebentar lagi komplek mau ada acara pasti nanti kamu juga sibuk kan dan tugas sekolah mulai banyak", tanya Lia

"Kalau capek sih iya, tapi jika kita melakukannya dengan senang hati rasa capek itu nggak akan kerasa. Kita juga pasti mendapatkan pengalaman yang baru dan teman baru. Kalau soal tugas kan bisa aku kerjain setelah acara selesai atau nggak pas hari libur", jawab Sania panjang

"Tumben kamu tanya tentang ini sih, Li. Apa kamu juga mau ikut gabung? Gapapa sih kan aku bisa dapat teman lagi, apalagi kamu pernah bilang kalau kakak kamu juga ikut organisasi komplek.", sambung Sania

"Gapapa sih mau tanya aja. Aku juga gak mau gabung kok", jawab Lia

"Kenapa gak mau? Kan di sana ada aku, ada kakak kamu juga"

"Gak ah males, mending di rumah rebahan sambil baca novel"

"Yayaya, terserah kamu deh", jawab Sania dengan sedikit nada lelah

Kemudian keduanya melanjutkan memakan camilan yang dibelinya tadi. Setelah beberapa lama hening, akhirnya Lia mulai membuka percakapan lagi diantara keduanya.

"Oh iya El, tadi pagi kenapa kamu senyum-senyum sendiri, merinding aku kalau ingat itu?", tanya Lia setelah beberapa menit tak ada percakapan diantara keduanya

"Oohh itu, tadi aku lagi senang aja", jawab Sella

"Ya itu senang apa, tumben aja pagi-pagi sudah senyum-senyum"

"Kamu tau kan kemarin aku pergi ke toko buku dan kamu tau nggak aku ketemu siapa di sana?, tanya Sania pada Lia sambil senyum-senyum

"Ya nggak tau lah kan aku nggak ikut kamu", jawab Lia kesal pada sahabatnya itu

"Ya ya jangan marah lah", jawab Sella sedikit cemberut,

"Aku di sana ketemu sama calon imam aku, ya walaupun nggak sengaja ketemu sih, tapi aku seneng banget walau sebentar", sambung Sania dengan wajah yang begitu senang

"Calon imam, calon imam. Emang situ sudah didatangi rumahnya?", ucap Lia tak habis pikir dengan sahabatnya satu ini

"Ya belum sih, tapi buat hati sahabatnya senang apa salahnya sih.", jawab Sella sedikit kesal

"Iyain aja deh.", ucap Lia pasrah

Tak lama setelah itu bel masuk pun berbunyi, akhirnya Sania dan Lia kembali menuju ruang kelas mereka. Setelah semua pelajaran selesai, akhirnya para siswa sudah diperbolehkan pulang.

"Assalamualaikum umii, Nia yang cantik, imut dan calon menantu idaman pulang!", teriak Sella saat memasuki rumahnya.

"Waalaikumussalam, astaghfirullah anak umi yang cantik  kenapa teriak²", jawab umi dari dalam rumah

"Hehehe... ", yang diomeli pun hanya menyengir saja

"Yaudah sana ganti baju dulu"

"Siap umi, Nia ke kamar dulu ya", pamit Sania. Nia adalah panggilan khusus dari umi dan abangnya untuk Sania. Tidak semua orang diperbolehkan memanggilnya dengan sebutan itu. Tapi jika Lia yang memanggilnya dengan Nia, dia juga tidak akan marah karena selain sahabatnya dari kecil Lia juga sudah dianggap seperti saudaranya sendiri.

Setelah selesai bersih-bersih dan berganti pakaian, Sania pun langsung menghampiri uminya di dapur. Dia pun langsung membantu uminya mempersiapkan makanan. Setelah dirasa semua makanan sudah siap dimeja makan, akhirnya Sella dan uminya makan dengan tenang tanpa adanya suara dan hanya terdengar dentuman sendok dan piring.

Dimana kak Er? Dia lagi pergi bertemu dengan teman-temannya karena selagi dia pulang ke kampung halamannya. Dia melanjutkan kuliah di Yogyakarta karena mendapatkan beasiswa, walaupun dengan berat hati dia harus meninggalkan umi dan adiknya tinggal berdua di kampung halamannya.

Setelah selesai makan, Sania berpamitan kepada uminya untuk masuk ke kamar mengerjakan tugas sekolah. Setelah dirasa semua tugas telah dikerjakan, Sella pergi ke kamar mandi untuk cuci kaki dan berwudhu lalu dia beranjak tidur.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 22 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cinta RaSa (penantian dan pengorbanan) Where stories live. Discover now