“Rencana Bintang jaga toko dulu, Dania. Jadi selama nunggu BUMN buka, Saya rencana mau nyuruh Bintang jaga usaha Fotocopy saya aja. Kebetulan pegawai saya lagi resign karena udah sibuk mau merantau ke Bali, daripada ambil orang lain mending Bintang aja yang jaga.” jawaban Papa Bintang sukses membuat Dania selaku Tante Bintang mengangguk paham lalu bungkam.

Erlan menyenggol bahu Bintang, membuat lelaki itu mengerutkan alias tidak paham.

“Cie bentar lagi bakal jadi Abang-abang Fotocopy. Bang, kertas F4 lima lembar dong!” goda Erlan dengan suara yang rendah.

“Tapi gimana ya, Pa? Bintang gak jago fotocopy, gak tau juga caranya laminating. Aku taunya cuman nge-print aja dan ganti tinta printer.” setelah sekian lama akhirnya Bintang angkat suara.

“Nanti Papa ajarin. Pokoknya seminggu ke depan kamu bakal Papa trainee mengenai cara kerja mesin-mesin di usaha Fotocopy Papa,” Lelaki paruh baya itu menatap Erlan dan Arion bergantian, “Seminggu ini Bintang Om ambil dulu ya. Jadi kalau mau nongki atau apapun atur ulang aja jadwalnya.”

Keduanya mengangguk, “Siap Om!”

Bintang menggaruk rambut gondrongnya. Tidakkah Papanya paham alasan mengapa rambutnya bisa sepanjang ini? Ini semua berkat sibuk dengan urusan kuliahnya hingga lupa untuk memangkas rambutnya. Harusnya ini jadi gambaran agar orang tuanya memberikan Bintang waktu yang sedikit longgar untuk bersenang-senang.

Bagaimana rasanya menjadi Abang-abang Fotocopy?

Apa ia akan segalak Abang Fotocopy langganan Erlan ataukah ia mematahkan stigma mahasiswa mengenai Abang Fotocopy?

Bintang berharap semuanya berjalan sesuai dengan angannya. Semoga ia tidak memiliki pelanggan yang banyak tingkah mengingat kesabarannya setipis tissue— disenggol sedikit langsung seperti api yang disiram bensin.

“Om, kalau gitu saya pindah haluan aja deh print skripsi di tempat Om aja. Bisa kan harga temen? mumpung Bintang yang jaga.” Lagi-lagi Erlan menyeletuk tidak ada habisnya, mengambil kesempatan demi kesempatan yang bisa ia pakai.

“Bisa. Tapi syarat pertama selesaikan skripsi kamu dulu ya.” jawab Papa Bintang yang mengundang cengiran oleh Erlan.

“Diusahakan tahun depan udah di ACC skripsinya, Om.” sambungnya.

Bintang tidak pernah tahu bahwa sejak hari itu, hari kutukan telah melekat padanya. Hari-hari berikutnya ia telah resmi bertemu dengan berbagai jenis mahasiswa yang selama ini ia hindari dalam hidupnya.

Mampukah Bintang bertahan hingga masa BUMN membuka lowongan kerjanya? Kita lihat saja sejauh mana ia bisa mengontrol emosinya selama menjadi Abang Fotocopy.

———

THE CAST

Bintang Wiratama (22 Tahun)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bintang Wiratama (22 Tahun)

“Gak ada uang kecil, kalo uang lo gede mending langsung pulang aja.”

Erlangga Tahir (22 Tahun)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Erlangga Tahir (22 Tahun)

“Daripada lo pusingin Fotocopy-an, mending kita tukaran aja. Lo ngerjain skripsi gue, gue yang jaga toko lo.”

Arion Sabian (20 Tahun)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Arion Sabian (20 Tahun)

“Belajar kontrol emosi, Bin. Gak semua orang paham kalo lo capek.”

BINTANG FOTOCOPY Where stories live. Discover now