Chapter 4

815 57 3
                                    

Zaza sedikit sedih mendengar ucapan temannya tadi dirinya merasa apakah dirinya tidak pantas menggunakan pakaian syar'i seperti ini pakai rok dan baju longgar serta kerudung, karna akan masa lalunya yang tidak baik. Sebelum Zaza seperti ini dirinya dulu tidak pernah menggunakan pakaian syar'i seperti ini, dan karna suatu hal dirinya pun mengubah pola hidupnya menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

Zaza pun berusaha tidak selalu memikirkan perkataan yang dirinya dengar tadi, dirinya mencoba fokus mengendarai motornya untuk menuju ke rumah. Sebelum pulang, Zaza mampir sejenak di tepi jalan untuk membeli martabak rasa coklat karna dirinya begitu suka sekali dengan martabak itu.

"Kak pesan martabak rasa coklatnya satu," pesan Zaza.

"Baik kak di tunggu ya," sahut Kaka penjual martabak.

"Siap ka," ucap Zaza.

Sambil menunggu martabak yang di pesannya, Zaza duduk menikmati suasana berusaha agar tidak memikirkan ucapan temannya itu. Tiba-tiba air mata menetes sedikit deras, Zaza langsung menghapus air mata dengan cepat.

*****
Muhammad Hafidz Ahkam adalah seorang anak laki-laki tunggal dari salah satu pasangan suami istri yang sangat menyayangi putranya itu. Kegiatan sehari-hari selain mengajar di sebuah sekolah Ahkam juga mengisi beberapa kegiatan Islam seperti kajian di masjid-masjid atau acara keislaman.

"Ahkam," sapa Ustadz Rahman teman akrab Ahkam.

"Astaghfirullah," sahut Ahkam.

"Sedang mikirin apa ente?" tanya Ustadz Rahman.

"Kagak ada," jawab Ahkam singkat.

"Besok ente ada ngisi kajian?" tanya Ustadz Rahman.

"Besok ya," sahut Ahkam melihat jadwal kajian di handphonenya.

"Iya besok kawan," ucap ustadz Rahman.

"Kosong," sahut Ahkam setelah melihat jadwal kajian.

"Main kita," ajak ustadz Rahman.

"Wahhh kemana ayok lah," sahut Ahkam semangat.

"Tumben ente semangat Ahkam," ustadz Rahman bertanya-tanya.

"Iya aku lagi suntuk juga di rumah butuh jalan juga lah," sahut Ahkam.

"Wah si ustadz muda boring juga," dengan sedikit tawa.

"Namanya juga manusia," wajah terlihat sangat suntuk.

"Ahkam nikah aja lagi ente bro, biar tak nampak lagi wajah ente yang suntuk gini," ucap ustadz Rahman.

"Apa hubungannya dengan menikah," alis terangkat sebelah.

"Iya sepertinya ente itu udah butuh pendamping," tebak ustadz Rahman.

"Enggak semudah itu," sahut Ahkam.

"Jangan terlalu lama mengoleksi lagi buruan pilih satu saja yang mana cocok dengan ente," ucap Rahman dengan tawanya.

"Astaghfirullah siapa yang mengoleksi," menggelengkan kepala.

"Diam-diam ente ada nih," ucap ustadz Rahman.

"Udah apa, udah lah ganti topik pembahasan," sahut Ahkam yang tidak mau di gali terus keinginannya.

"Hahaha aku doain deh ente buruan nikah dah," doa ustadz Rahman.

"Okey aamiin, bagus ente doa nya, doa dari orang yang udah jadi suami," sahut Ahkam.

"Wah iya dong," ucap Rahman.

Ahkam dan ustadz Rahman mengakhiri percakapan mereka, karna ustadz Rahman ingin pulang ke rumah ada tamu yang telah menunggunya setelah dapat kabar dari istrinya.

AhzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang