💌 Better Days 💌

Zacznij od początku
                                        

Phuwin mengedip sesaat setelah menulis kalimat itu. Apa-apaan ini? Mengapa ia jadi sok puitis begini begitu jatuh cinta?

"Apa yang sedang kamu lihat? Sepertinya serius sekali."

Phuwin buru-buru menutup buku sketsanya. Ia kaget sekali karena Pond tiba-tiba sudah bergeser mendekat.

"Bukan apa-apa, kok. Hanya lukisan seperti biasa."

"Lalu kenapa kamu tutup bukunya? Aku ingin melihatnya. Apa yang kamu gambar?"

Phuwin menjauhkan buku sketsanya. "Ah, jangan dilihat dulu. Gambarnya belum selesai. Tidak menarik."

Pond menaikkan sebelah alisnya, sangat penasaran. Tapi pada akhirnya ia hanya mengangguk paham.

"Kalau begitu, mau lihat yang lebih menarik?" Pond melebarkan senyumnya.

"Apa?"

"Tunggu sebentar, aku ambilkan dulu."

Phuwin memegangi dadanya, beruntung Pond tidak banyak protes tentang buku sketsanya. Sepertinya ia harus menghapus tulisannya agar Pond tidak menertawainya nanti.

Tidak berselang lama, Pond keluar lagi dengan membawa sebuah figura yang berisi foto wanita cantik.

"Kenalkan, ini ibuku."

Phuwin menatapi wanita cantik yang tersenyum bahagia di balik foto itu. Dari sini, kelihatan jelas ibu Pond malu-malu saat potret wajahnya diambil.

"Ibumu cantik sekali."

Pond tersenyum lebar mendengar pujian dari Phuwin. "Ini sebenarnya foto lama. Saat ayah dan ibuku masih akur. Foto ini pun ayahku yang mengambilnya."

Phuwin berganti menatap Pond yang terlihat lebih tegar saat membicarakan ayahnya.

"Setelah ayah memukuli ibuku, tubuhnya penuh luka. Sejak saat itu, ibuku tidak mau difoto lagi. Sayang sekali. Padahal aku ingin melihat bagaimana wajahnya sekarang."

Phuwin mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Pond. "Kamu pasti sangat merindukannya."

Pond tersenyum getir. "Itulah mengapa aku membuka cafe. Ibuku suka sekali minum kopi. Dia bilang ingin membuka cafe suatu hari nanti. Jadi, aku pikir dia akan kembali jika tahu aku membuka cafe ini untuknya."

"Pond..."

Pond kembali memaksakan senyum. "Tidak apa. Aku hanya ingin bercerita saja. Aku sebenarnya agak putus asa sekarang. Aku tidak tahu dia ada di mana, dan kenapa dia justru kabur lagi begitu kutemukan dia di sini."

"Dia pernah tinggal di sini?"

Pond mengangguk pelan. "Di rumah ini, ibuku pernah mengontrak kurang lebih lima bulan. Itu yang kudengar dari Tuan Herald."

Phuwin tidak bisa lebih terkejut lagi setelah mendengar perkataan Pond. "Dari mana kamu tahu ibumu ada di sini saat itu? Siapa yang memberitahumu?"

"Saat akhir tahun lalu, aku ikut kak Force untuk liburan ke sini. Itu karena aku muak melihat wajah ayahku di rumah. Tanpa sengaja aku bertemu ibuku. Aku terkejut sekali saat itu. Setelah satu tahun lamanya kabur dari rumah, aku akhirnya bertemu dengan ibuku. Tapi dia justru terkejut dan lari dariku."

Mata Pond nampak memerah. Phuwin yakin Pond memang tegar, akan tetapi hati siapa pun pasti akan bergetar jika membahas tentang keluarga mereka yang runtuh.

Kini Phuwin mengerti mengapa Force bilang Pond tidak akan bertahan lama di sini. Dia hanya di sini untuk berharap bertemu ibunya kembali.

"Pond, aku akan membantumu. Ayo kita temukan ibumu."

Beautiful Hideout • PondphuwinOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz