Di sebuah kontrakan, duduk dua manusia di sofa ruang tamu. Satu di antaranya bernama Dunk, ia sibuk mengetikkan sesuatu di ponselnya. Sesekali wajahnya nampak riang ketika mendapatkan pesan balasan. Sementara satu yang lain tengah mengipasi tubuhnya dengan majalah yang tadinya tergeletak di meja.
Laki-laki yang tengah kepanasan meski AC sudah menyala itu melirik sekilas ke arah kekasihnya yang sibuk sendiri. Dengan gerakan cepat ia menyelinap ke lengan Dunk yang terbuka.
"Kenapa senyum-senyum sendiri? Kamu mencurigakan tahu."
Dunk berdecak sekilas, lantas menyodorkan layar ponselnya pada Joong. "Mencurigakan apanya? Ini dari adikku."
Raut wajah Joong berubah gembira. "Oh, ya? Phuwin? Bagaimana kabarnya?"
"Dia sedang kasmaran sekarang."
Mulut Joong membulat kaget. "Phuwin? Kasmaran? Bukankah selama ini dia tidak tertarik dengan cinta-cintaan? Kenapa sekarang bisa cepat sekali?"
Mendengar ucapan Joong, Dunk merasa ada benarnya. "Iya juga, ya. Mungkin dia akhirnya bosan sendirian?"
"Wah, akhirnya dia tidak akan mengganggu kita berdua lagi." Joong tertawa lebar, masih ingat betul dia saat-saat Phuwin selalu saja mengganggu waktunya dan Dunk berduaan.
Dunk ikut tertawa, tapi tidak lama dia teringat sesuatu. "Tapi karena ini kali pertama Phuwin suka dengan seseorang, kupikir aku perlu memeriksanya sendiri. Aku takut dia dekat dengan orang yang salah. Bagaimana menurutmu?"
Joong mengerutkan dahinya. "Apa maksudmu? Kamu mau pulang kampung?"
"Sepertinya begitu. Lagipula minggu depan kan libur panjang."
Joong bersedekap dan merengut. "Kupikir kita sudah janji akan pergi ke rumahmu akhir tahun nanti. Jadi, libur panjang kali ini kita bisa berkencan penuh."
Dunk tertawa melihat Joong yang merajuk. "Oh, ayolah. Ini demi kebaikan adikku. Dia kan baru saja kena trauma. Aku tidak ingin dia trauma juga karena cinta."
Joong masih memajukan bibirnya, ngambek.
"Joong," Dunk menelusupkan tangannya ke pinggang Joong, memeluknya dari samping.
Joong tidak tahan melihat kekasihnya bertingkah manis begini. Joong jadi ingin menciumnya. "Baiklah, tapi aku harus ikut."
"Kalau aku ajak Gemini juga, tidak apa-apa, kan? Dia selalu bilang ingin ikut kalau aku pulang kampung. Dia sepertinya rindu sekali dengan Phuwin."
Mendengar perkataan Dunk, Joong kembali merajuk. Dunk sendiri hanya bisa memeluk pacarnya semakin erat, lalu memberikan kecupan-kecupan singkat. Joong yang sedang seperti ini butuh perhatian lebih.
💌💌💌
Duduk di teras rumah Pond, Phuwin memandangi langit yang menangis pagi ini. Senyumnya mengembang, baginya hujan terlihat indah sekali hari ini. Meski tidak ada pelangi seperti yang selalu ia baca di novel cinta, tidak masalah. Phuwin tidak butuh pelangi hanya untuk merasa bahagia. Apa yang ia lalui sekarang ini sudah cukup membuat hatinya terasa penuh.
Sudah satu minggu lewat sejak hari di mana Pond mengatakan ingin mendekatinya. Sejak saat itu pula hubungan mereka benar-benar mendekat. Kehadiran Pond sudah bagai pelangi di hidupnya.
Tangannya kembali mencorat-coret buku sketsa, melukiskan apa yang matanya saksikan hari ini. Hujan, pot-pot bunga yang basah, dan juga Pond yang tengah menyesap teh hangat sembari mengelus kucing kesayangannya.
Phuwin diam-diam tersenyum. Ia tertarik untuk memberikan narasi sederhana untuk lukisan sederhananya pagi ini.
Lamat-lamat awan berubah kelabu
Membuatku termangu
Kala hujan turun di depan rumahmu
Dan kutatap indah wajahmu
VOUS LISEZ
Beautiful Hideout • Pondphuwin
Fanfiction(ON-GOING) A little place of joy. A little love in the crowd. You are my favourite place to escape the world. A Pondphuwin Fanfiction #1 thaienthu [16 January 2024] [Note: Hanya cerita random] Storyline©lullabyinthenight, 2023 Started : 17 Desember...
