Apakah nanti dirinya siap dilupakan oleh Riftan-nya? Ia merasa terintimidasi oleh kekayaan Nicholas. Kalau bisa memilih, Shaira tidak ingin menghadapi masalah semacam ini. Wanita itu tidaklah benar-benar kuat menghadapi semuanya.

Tadi pun setelah seorang dokter memeriksa kondisi Riftan dan mengatakan bahwa anak itu harus diinfus, jika tidak membaik sampai besok pagi saja sudah berhasil membuat Shaira kembali menangis. Bagaimana jika itu benar-benar terjadi? Ia akan menjadi sangat merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Riftan-nya dengan baik.

"Sayang, janji sama Mommy kalau kamu akan baik-baik saja besok. Mommy tidak mau Riftan diinfus," bisik Shaira seraya mengusap lembut kepala Riftan yang masih tertidur pulas. Shaira berkali-kali menciumi tangan mungil bocah itu, menunjukkan betapa sayangnya ia pada sang anak.

"Permisi, Nona," ucap seorang wanita yang Shaira ketahui bernama Penny. Wanita baya itu masuk bersama seorang wanita yang lebih muda darinya.

"Sebaiknya Anda beristirahat terlebih dahulu. Biar saya yang menemani Tuan Kecil," lanjutnya, "Ini adalah Susan, dia yang akan mengantar ke kamar Anda."

"Bisakah saya tetap disini saja? Maafkan kelancangan saya, tetapi Riftan—"

"Maaf, Nona. Kami tidak bisa menuruti permintaan Anda. Tuan melarang Anda tetap berada di sini. Kami harap Anda tidak mempersulit kami," terang Penny.

Shaira menghembuskan napasnya pasrah. Sebesar apapun keinginannya untuk tetap menemani Riftan, itu hanyalah kesia-siaan dibandingkan dengan perintah Nicholas. Jelas sekali pria itu tidak menginginkan bantahan dalam bentuk apapun.

Dengan gontai, Shaira beranjak membawa serta tas  nya mengikuti wanita bernama Susan itu. Sesekali matanya melirik ornamen-ornamen yang menggantung ataupun menghiasi dinding. Rumah Nicholas terkesan klasik, tetapi juga modern. Sangat luas dan besar. Bahkan Shaira tidak menyangka bahwa ia menaiki lift hanya untuk sekedar naik turun dari lantai satu ke lantai dua, meskipun ada tangga yang melintang, menjulur bagai perosotan di taman bermain.

"Kalau boleh tahu nama Anda siapa, Nona?"

"Maaf. Tapi, sebelum saya menjawab bisakah kita tidak terlalu kaku? Saya merasa tidak nyaman," tukas Shaira.

"Ah, baiklah. Jadi, siapa namamu? Apa pekerjaanmu sebelumnya?"

"Shaira. Sebelumnya aku adalah pelayan bar. Tetapi masalah besar menimpaku. Aku terpaksa harus mengikuti Tuan Harvey kemari."

"Kadang-kadang orang seperti kita tidak memiliki banyak pilihan, Shaira. Aku harap kau akan betah bekerja di sini. Ngomong-ngomong ada hubungan apa kau dengan Tuan Kecil. Kau terlihat sangat menyayanginya."

Pintu lift terbuka sebelum Shaira menjawab pertanyaan itu. Mereka keluar, lalu berjalan lurus ke arah ruang makan. Sebelum berbelok menuju dapur.

Shaira terdiam cukup lama. Pertanyaan yang Susan tanyakan mungkin lebih baik jika tidak dijawab. Namun, Susan terlihat ingin tahu sekali. Terbukti tidak ada pertanyaan lain yang wanita itu tanyakan hingga mereka tiba di depan kamar berpintu coklat.

"Nah, ini adalah kamarmu. Hanya ini kamar satu-satunya yang kosong. Dua Minggu yang lalu teman kami, Tessa, memutuskan untuk berhenti bekerja karena dia akan menikah. Maafkan kami karena tidak bisa memberimu pilihan kamar," terang Susan.

"Terima kasih banyak. Ini sudah lebih dari cukup," ucap Shaira.

Diizinkan tinggal serumah dengan Riftan saja sudah sangat cukup bagi Shaira. Ia tidak perduli harus tidur di kamar mana dan seperti apa. Yang terpenting ia bisa melihat Riftan setiap hari, setiap saat.

"Mari masuk! Aku akan membantumu membereskan barang-barangmu, Shaira."

"Sekali lagi terima kasih, Susan. Maaf merepotkanmu."

Susan mengangguk saja. "Sebenarnya Penny memberitahuku mengenai pekerjaanmu. Kata Penny, Tuan Harvey akan menjadikanmu pengasuh Tuan Kecil. Aku jadi penasaran kenapa—maaf sekali—orang asing sepertimu yang Tuan Harvey tunjuk jadi pengasuh Tuan Kecil? Aku lihat kau memang tampak akrab sekali dengan Tuan Kecil. Jadi, bisakah kau menjawab pertanyaanku?"

Shaira menghela napasnya. Tangan yang semula melipat-lipat baju itu terhenti beralih mencengkram erat baju itu. Ia mencoba untuk tidak menumpahkan air matanya lagi. Lalu, berteriak meminta tolong agar ia bisa membawa pergi Riftan dari rumah besar itu.

"Sebenarnya Tuan Kecil itu adalah putra sepupuku—Sarah. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa mengandung anak Tuan Harvey. Ketika itu, aku tidak pernah menyangka kalau Sarah akan meninggal setelah melahirkan.  Aku masih terlalu muda saat itu, tapi Ritfan juga sangat membutuhkanku. Kami berdua hidup bahagia, seadanya saja, karena keuanganku hanya cukup untuk kami makan dan membayar sewa rumah.

"Namun, setelah semua kebahagiaan dan masalah berhasil kami lewati, masalah lebih besar datang kepadaku, Susan. Aku kehilangan segalanya dan masih berharap bisa mempertahankan Riftan-ku, putraku satu-satunya. Aku berada di sini karena aku ingin terus bersamanya, Susan," jelas Shaira dengan napas terengah-engah menahan tangis.

Ia mengingat bagaimana mahkotanya sebagai perempuan direnggut secara paksa oleh Nicholas. Ia teringat tangisan demi tangisan kala Riftan berhasil dipisahkan darinya. Ia teringat semua cacian bahkan tuduhan yang orang-orang berikan kepada dirinya dan Riftan. Shaira mengingat semuanya hingga tanpa sadar ia memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.

Susan menatap Shaira prihatin. Dia mendekat lalu memeluk tubuh rapuh Shaira agar wanita itu bisa menangis. "Tidak apa-apa, Shaira. Jangan khawatirkan apapun lagi. Menangislah! Tuan Kecil akan selalu bersamamu mulai sekarang."

Shaira hanya mengangguk sambil segugukan. Ia merasa sedikit lega karena mendapatkan seorang teman yang sepertinya perduli dengan keadaannya.

"Sudah jangan menangis lagi, Shaira. Kau harus istirahat, Tuan Harvey mengatakan akan menemuimu setelah urusan beliau selesai. Temui aku jika kau butuh bantuan," ucap Susan sebelum meninggalkan Shaira.

Shaira mengusap wajahnya pelan. Sudah saatnya menjadi lebih tegar menghadapi semuanya. Riftan ada bersamanya, walaupun dirinya mungkin tidak lagi leluasa untuk berhubungan layaknya ibu dan anak. Shaira sekarang adalah seorang pengasuh bukan lagi seorang ibu.

Bersambung ...



Yok bisa yok ... Udah lama banget sih ga buka WP. Mohon maaf yak baru update huhuhu. Ga sempet soalnya kesibukan membludak akhir-akhir ini huhuhu🤯

Jangan lupa Vomentnya, guys😵😵😵




You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 05 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Terjerat Gairah Tuan Harvey Where stories live. Discover now