Kakak? - 13

1.1K 95 2
                                    

"Ketika kebahagiaan itu datang, kenapa kebahagiaan tiba - tiba ingin pergi lagi?"

.
.
.

*flashback on.

Waktu menunjukkan pukul 00:00 tengah malam, Christy tiba - tiba terbangun, sungguh ia merasa gelisah sedari tadi, ia tidak bisa tidur.

Ia terus memikirkan kata - kata yang di ucapkan Yona kepada nya kemarin.

"Dek, pokoknya kalau kakak nanti pergi kamu harus janji ya, kamu akan tetap semangat menjalani hidup, berdamai dengan keadaan yang ada, berdamai dengan kakak - kakak kandung kamu"

Apa maksud dari Yona bicara seperti itu kepadanya? mau pergi kemana? dan kenapa harus pergi?

Christy benar - benar overthinking saat ini, padahal ia tidak boleh berfikir apapun yang memberatkan nya, bagaimana pun pagi nanti ia akan menjalani operasi.

Ia tidak tau operasi apa, yang jelas kata Veranda, operasi ini salah satu jalan pengobatan untuk penyakit nya.

Satu hal yang ia fikirkan, kemana Yona? wanita yang sudah ia anggap seperti kakak kandung nya itu kemana? Christy belum melihat nya bahkan sejak maghrib tadi.

*flashback off.

.
.

Klik!
Veranda menyeka keringat nya, ia lega ini sudah selesai tanpa ada masalah sedikit pun.

Veranda melihat ke arah Christy, bahkan gadis itu tetap terlihat cantik meski sedang tertidur.

"Dokter Ve, anda di panggil Dokter Keenan, ada masalah pada pasien pendonor"

Veranda membulatkan mata nya, tanpa menunggu lama lagi ia langsung menuju ruang OK 2 tempat Yona berada.

Sampai di ruang OK 2 Veranda bisa melihat Keenan dan Marshall yang sedang di hadapkan dengan tubuh Yona yang tiba - tiba mengalami kejang - kejang hebat, juga suara dari monitor EKG yang cukup nyaring.

"Ada apa?"

"Pasien mengalami pendarahan hebat di area arteri Dok, detak Jantung nya juga tiba - tiba melemah"

Veranda langsung mendekat ke arah meja OK, ia berdiri di samping Keenan, membuat Marshall menyingkir memberikan ruang untuk Veranda.

Dengan cepat ia mengambil sebuah alat menyerupai penjepit, dimana alat itu ia gunakan untuk berusaha menyumbat arteri tempat pendarahan.

"Terus berikan suplay darah, jangan sampai pasien kekurangan darah!"

Veranda berteriak, ia begitu emosional saat ini.

Marshall masih tetap memperhatikan monitor EKG, ia terus menghitung intensitas nya.

Hingga akhirnya...

"Dokter Veranda! Dokter Keenan! hentikan! semua akan sia - sia intensitas detak Jantung nya semakin melemah"

Veranda tidak mendengarkan ia terus berusaha, dan berusaha.

"Dokter Veranda!"

Wajah Veranda kini basah dengan air mata nya yang terus mengalir tanpa henti.

Keenan bergerak melepaskan Veranda dari alat yang ia pegang.

"Enggak nan, Yona masih bisa selamat!"

"Sayang lepasin alat nya, ikhlaskan dia"

"Enggak!"

.

Kakak? [END]Where stories live. Discover now