"Apa kau tau dokter Vegas, orang-orang rumasakit bilang dokter itu telah mati"-ucap seseorang yang tengah duduk di kursi taman.

"Yah mustahil juga jika dia hidup, lukanya benar-benar sangat parah"- ucap seseorang yang lain.

TIDAK..

tidak mungkin..

Pete mendengar semua percakapan kedua orang tersebut.

Dan bersamaan dengan itu hujan turun sangat lebat, Pete terduduk di bangku taman tersebut dengan tubuh gemetar.

Ia masih tidak percaya apa yang di dengarnya..

Vegas..
Ia telah tiada..

Pembicaraan dua wanita itu masih terngiang-ngiang di telinga Pete..
Ia menutup kedua telinganya seolah tak ingin mendengar omong kosong itu.

"Hentikan hks"-pete masih meracau terisak payah karena tubuhnya yang menggigil kedinginan.

"Ku mohon hentikan hks.. jangan katakan apapun lagi"-pintanya terdengar serak, padahal kedua gadis yang sedang bergosip tentang Vegas sudah lama pergi. Tapi omong kosong itu seolah masih menggema di telinga bocah itu.

"Sshhh"

Seseorang merengkuhnya bersamaan denganya, hujan berhenti menghujam tubuh ringkihnya.

Siapa yang datang? Pete bahkan tak memiliki nyali untuk membuka mata.
Tak cukupkah dengan dirinya, yang merasa kehilangan. Tapi suara suara omong kosong gadis itu seakan menyudutkannya.

"Ve-gas baik-baik saja ku mohon-

Bahkan bocah itu masih meracau pilu, seakan kedua gadis itu ada di depannya.

"Aku disini"

Satu bisikan yang terdengar, membuat jantungnya serasa berhenti

Pete tak berharap dirinya hanya bermimpi mendengarnya, lalu ia membuka mata.

Sepasang manik obsidian yang selalu ia rindukan itu, benar-benar nyata menatap padanya.

"Ug-hh"-nafas Pete benar-benar terasa sesak

Ia tak mampu mengucap sepatah katapun, selain merangkul leher pemuda itu lalu menangis keras.

.

.

"Ve-gas hks"-lirih Pete terisak

"Hn"

"Ve-gas"

Pemuda itu terkekeh.

"Kau akan memanggilku,
terus-menerus seperti itu hn"

Pete tak menjawab, kembali membenamkan wajahnya Di tengkuk pemuda itu. Dan membiarkan Vegas menggendongnya seperti pengantin di tengah hujan lebat. Tak peduli dengan semua pasang mata. Vegas menggendongnya.

"Maaf jika kau menungguku"

.

.
Alphard itu melaju sedang, memecah kan jalanan berair di tengah kota Bangkok. Tampak sesekali nop memandang dua sosok putih di belakang dari kaca mobilnya. Namun tiba-tiba Vegas menatap tajam, membuat nop kembali fokus pada kemudinya.

"Berhentilah menangis"-bisik Vegas berusaha mengangkat Pete yang masih memeluk erat perutnya, bahkan tubuh anak itu pun benar-benar kebas.

"Pete"

Anak itu tak menjawab, tetap terisak dalam diam. Membenamkan sebagian wajah sembabnya di dada bidang itu.

"Setidaknya keringkan tubuhmu, atau kau akan jatuh sakit"-bujuk nya lagi.

Tapi jangankan menjawab, Pete yang keras kepala itu. Masih saja bertahan dalam posisinya.

Vegas berdecak pelan, seketika mengamati jalanan di sekitar lalu-

"Berhenti di caffe itu, dan pesan coklat hangat untukku"-ujar Vegas pada nop.

"Baik tuan"

.

.

"Ugh..nhh"-pete masih saja terisak lirih, meski mobil itu menepi dan hanya menyaksikan dirinya dan Vegas. Ia tetap enggan melepaskan rangkulan tanganya di perut Vegas.

"Angkat wajahmu"-bujuk Vegas sambil melirik nop yang mulai memasuki caffe.

"Kau akan tetap seperti ini?"-ujarnya lagi

Vegas menggerakkan kepala Pete, sepertinya memang gerakan apapun tak akan membuat Pete luruh. Apa lagi rasanya rangkulan tangan itu semakin menguat. Serindu itukah Pete padanya.

Vegas tersenyum tipis.
"Akh"-vegas pura-pura merintih kesakitan.

"Kau menekan perutku Pete, sakit"- rintih Vegas seraya melirik ke bawah.

Pete membulatkan matanya lebar, cepat-cepat ia bangkit lalu menatap Vegas. "Sakit?"

Diam-diam Vegas mulai mengulum senyum, ah lama ia tak melihat wajah menggemaskan itu mengerejap sepolos ini.

Vegas mengangkat ujung kemejanya, menunjukan bekas oprasi yang sepenuhnya belum mengering.

"Nhh..hks hhaaaa"-tapi Pete kembali menangis bahkan lebih kacau dari sebelumnya. Ah sial bukan ini yang ingin di lihatnya dari Pete.

"Mengapa menangis Pete"-vegas menarik tubuh kecilnya kedalam pelukanya.

"Vegas maaf hks"-samar terdengar isakan bocah itu teredam di dada.

"Berhentilah menangis"-bisik Vegas seraya mengangkat wajah Pete agar menatap ke arahnya.

"Kau benar-benar cengeng Pete"

Bocah itu tetap terisak hebat, meski nyatanya kedua matanya terpejam.

"Hks-mfthhhh"

Pete tiba-tiba membulatkan matanya lebar, begitu sebuah lumatan memainkan kan belahan bibirnya.

"Apa kau merindukanku"-bisiknya di sela-sela lumatan itu.

Pete memejamkan mata hingga sebagian air mata itu kembali mengalir. Lalu mengangguk cepat tak tau harus bagai mana ia mengutarakan pada pemuda itu. Jika ia setengah mati merindukannya.

Vegas beralih menangkup wajah Pete,
Menyentuh rahangnya dan tengkuknya selembut mungkin. Sementara mengajak kembali bocah itu menciumnya intens.

"Mmhhh"

"Buka bibir mu"

Pete terlihat patuh membuka sedikit bibir kecilnya, lalu lidah hangat itu benar-benar menyeruak ke dalam yang mendominasi halaman yang sebenarnya teredam oleh rintik hujan di luar.

"Ahn.. angghh"

Bersambung~~
Sorry for typo..

Mampus gua potong pas ena-ena nya .
🤣🤣

the invisible~vegas pete 🔞🔞🔞Where stories live. Discover now