Setelah mendekam di kamar selama berhari-hari, bahkan Jackson pun sulit untuk membujuk bocah itu hanya sekedar untuk makan malam.

Tapi di sini di toko bunga ini..

Pete tercengang mengerejap takjub pada bagai mana pria itu, mahir menyusun semua bunga itu. Hingga terlihat manis dan cantik dalam waktu bersamaan.

"Paduan pansy, Daisy dan mawar ini kurasa sesuai untukmu"-ucap penjual itu dengan senyum manisnya

Bocah itu kembali mengerejap, kala pria itu memberikan sebuket bunga yang telah dirangkai.

"Sangat cocok untuk mu, dengan senyum manis dan wajah cantikmu"-ucap penjual itu lagi

Pete bersemu..

Entah kenapa disaat penjual bunga itu berbicara demikian, ia mendadak teringat pada Vegas, seolah pujian itu Vegas yang mengatakannya.

"Bersemangat lah untuk hari ini, pasti kekasih mu akan segera sembuh hanya melihat senyum manismu"-ucap pria itu melambaikan tangan.

Kepada Pete yang berlari ke rumah sakit yang tak jauh dari toko bunganya itu.

.

.

.

Pete berlari di tengah-tengah koridor rumasakit itu, ia ingat setelah Vegas melakukan oprasi. Pria itu di rawat di ruangan VVIP.

Peluh yang membasahi keningnya, tak pernah memudarkan kecantikan wajah pria manis itu.

Tapi kenapa pintu ruang rawat itu terbuka sangat lebar.

Pete berlari menghampiri ruangan tersebut, dan saat melihat kedalam manik itu terbelak lebar dengan tubuh yang gemetar.

Dimana Vegas..

"Ve-gas"-gagap Pete dengan bulir bening yang sudah membasahi pipinya.

Pada saat Pete terisak di ruangan itu, suster rumah sakit melewati ruangan VVIP itu dan berhenti kala melihat Pete yang yang terduduk membelakangi pintu dengan bahu bergetar.

"Adik kecil ada yang bisa saya bantu"-ucap perawat wanita itu menghampiri Pete.

"Ve-gas.. di mana dia hiks"-ucap nya lirih.

"Ah, dokter Vegas ya, maaf tapi kami tidak bisa memberi tahu pasen di bawa kemana. Karena itu privasi"-ucap perawat itu

"Tidak tolong beri tahu aku ku mohon, aku ingin bertemu veg-

Sebelum mengakhiri ucapanya Pete lengai begitu saja. Anak itu kembali pingsan.

.

.

"Tak bisakah kami mengetahui kondisinya? Ku mohon putra kami sangat-

"Maaf tuan kami menghormati privasi pasen, dan sesuai permintaan dari kluarga pasen. Kami tidak bisa mengatakan pada anda"-dokter itu kembali melugaskan.

Jackson mengulurkan tangan kuat. Tak bisa menerima dengan penolakan itu. Semua ini demi putranya, tentu bukan jawaban semacam itu yang ingin di dengarnya. Hingga tiba-tiba saja, Jackson memegang erat kerah dokter itu. mengabaikan teriakan Ken dan beberapa perawat di sekitarnya.

"APA SULITNYA KAU MENGATAKANYA? AKU HANYA INGIN TAU PEMUDA ITU MASIH HIDUP TAU TIDAK. PUTRAKU SELALU MENCARINYA, BAHKAN KAU LIHAT SENDIRI DIA BERLARI KEMARI, KATAKAN DIMANA VEGAS SEBENARNYA HAH"-teriak Jackson kalap, merasa hampir putus asa melihat Pete tersudut dalam kesendiriannya dan penyesalan itu seorang diri.

"Hentikan tuan, atau kami akan memanggil pihak keamanan karena anda membuat keributan di sini"- ujar seorang dokter yang lain mencoba melerai Jackson.

"PA LEPASKAN"-ken mencoba menarik lengan ayahnya itu.
"PA, FIKIRKAN PETE"-teriaknya lagi, sambil menunjuk ruangan dimana Pete terbaring karena obat penenang

Hingga Ken berteriak,  mampu membuat Jackson terhenyak dan perlahan menghempaskan cengkramanya.

"Ayo temani Pete, jangan seperti ini pa"-bisik Ken, kali ini sambil merangkul lengan Jackson.

.

.

Sekian waktu yang terlewat, sejujur nya membuatnya yakin Pete bisa memulai harinya lagi.

Tapi rupanya Jackson salah..

Putra kecilnya tetap lemah tanpa pemuda itu.

"Kau sudah menghubunginya lagi"- lirih Jackson pada Ken, lebih melugaskan kabar tentang Vegas.

Senjak Ken hanya diam, menimang kata yang mungkin sesuai, untuk ia ucapkan di depan Pete. Mengingat anak itu terlalu mudah menyudutkan diri.

"Masih tak ada jawaban"-gumam Ken pelan, menyayangkan pong enggan menerima panggilan darinya.

Membuat Jackson menghela nafas sesak, harus membiarkan Pete bertahan tanpa kepastian seperti ini.

Bagai mana sebenarnya Vegas?

Jackson hanya bisa berharap, nafas itu tetap ada dan terjaga meski di suatu tempat yang jauh sekali pun.
.

.
Ia beralih memutar tubuh untuk memandang Pete, tak ada yang berubah.

Bocah itu tetap tertutup, menatap rintik hujan dari Kaca mobilnya.

"Apa Pete ingin makan sesuatu, kita bisa berhenti di restoran it-

Ken tiba-tiba bungkam, begitu melihat Pete menahan kepala sambil memejamkan mata. Seakan ingin membatasi diri dari segala bujukan

Apa lagi yang bisa keduanya lakukan, jika Pete sudah menutup diri seperti itu. Tak ingin memaksa jika tak berharap kondisi anak itu kembali terguncang.

Keduanya tetap memutuskan untuk mengatakan tetap demikian, setidaknya obat penenang itu, tak membuat Pete kembali meracau akan Vegas.

"Veg-as"-gumam Pete lirih, sebelumnya hanya nafas teratur itu yang terdengar darinya.

Bersambung~~

Sorry for typo..

Eh bnyk readers ya 🤣🤣

Gimana neeh, ada yg tau Vegas di bawa kemana..

Gua double up..

the invisible~vegas pete 🔞🔞🔞Where stories live. Discover now