11

1.3K 178 26
                                    

haiiii, sebelum yann bener bener sibuk persiapan tes kuliah dan segala macamnyaaa, yann update untuk yang terakhir yaaaa, semoga kalian puas dengan chapter kali iniiii.

Kalo yann udah selesai dengan segala urusan masuk kuliah nanti, yann update lagi kooo(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤

Enjoy the chapter🫶



Ruang kerja Mikael makin terasa mencekam, Dua bersaudara munaf telah di perbolehkan oleh sang kepala keluarga untuk duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan sofa yang diduduki oleh Theresa dan Harsya.

Harsya memandang tak nyaman pada semua orang yang ada diruangan ini, dan saat pandangan tertuju pada mikael, laki laki beralis camar dengan raut tegas itu juga ternyata sedang menatapnya dengan raut yang Harsya sendiri tak paham arti dari tatapan Mikael. Maka dari itu, dia alihkan pandangannya secepat mungkin, kearah mana saja agar dia tak lagi melihat sang bos.

"Padahal mom sama dad kesini mau liat udah sampe mana perkembangan bisnis kamu, tapi ternyata malah dikasi info kaya gini?" ucap Aran dengan helaan nafas.

Jovian menatap kearah Harsya dengan lekat, sedangkan yang sedang di perhatikan hanya bisa menunduk dalam.

"nak Harsya bisa tolong keluar saja dulu dari ruangan ini?" Ucapan dari sang nyonya bos membuat harsya seolah sadar dan langsung mengangguk cepat.

dengan langkah terburu buru laki laki berparas manis itu pergi keluar dari ruangan yang rasanya sungguh menyesakkan saat ini.

"permisi." ucapnya dengan pelan sambil menunduk dalam, dan segera pergi dari ruangan tersebut.

Harsya sudah tak terlihat lagi, satu keluarga dengan nama belakang munaf itu mulai menatap satu sama lain. Kemudian sang kepala keluarga menatap kedua anaknya satu persatu.

"dad tau yang kalian jelasin barusan ga menyeluruh sama sekali, terutama kamu Mikael." Aran menatap putra sulungnya. mikael sadar akan tatapan itu, hingga si sulung munaf itu tersenyum tipis, ah lebih tepatnya menyeringai.

"ya, dad memang selalu tau aku kan?" ucap Mikael dengan kekehan tipis.

"tentu, aku adalah ayah mu son, darah yang mengalir didalam tubuh mu itu juga terdapat darahku." ucap Aran, aura pria dewasa itu benar benar menguar seolah menantang siapa saja didepannya.

"ada penjelasan?" ucap Aran lagi sambil menatap sang anak dengan raut meminta penjelasan.








.
.
.

Harsya berjalan keluar ruangan sendirian, dilihatnya semua pegawai di kantor ini seperti saat pertama kali dia datang ke sini, Cuek dan acuh, mereka fokus pada pekerjaan mereka masing masing tentu saja. Jam masih menunjukkan jam kerja, tentu tak ada yang bisa bermain main disini.

Akhirnya karna tak tau akan kemana, Harsya berjalan menuju pintu keluar, tapi namanya di panggil oleh resepsionis yang waktu itu membantunya.

"Harsya!"

"ya mbak?"

Harsya berjalan mendekati meja besar resepsionis disana ada 3 orang yang berjaga, 2 perempuan dan 1 laki laki. harsya kira kalau pekerjaan seperti ini bisa dilakukan 1 orang saja, pasalnya itu lah yang di lihat di film film yang biasa dia tonton.

"Kok kamu diluar aja sendirian lagi?" wanita cantik itu bertanya sambil memberikan harsya satu kotak susu coklat.

"pak bos lagi ada keperluan sama keluarga nya mbak." ucap nya sambil menusuk kotak susu tadi dan meminum isinya.

"ohhh, yaudah dari pada kamu kesana kesini gatau mau kemana, mending kamu disini aja temenin mbak." wanita cantik dengan rambut tersanggul rapi itu tersenyum pada Harsya.

little guard -MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang