Pesta diantara indahnya alam (2)

Start from the beginning
                                    

Keduanya terdiam beberapa saat, sepertinya sekarang Liu Qingge baru mengerti apa yang terjadi disini. "Ah... Lain kali jangan begitu, aku tidak ingin keributan terjadi ditempat orang." Lin (Y/n) melepaskan dirinya dari genggaman Liu Qingge. Dia mengibaskan lengan pakaiannya sekali membuat seluruh pakaiannya langsung kering.

"Izin mengkoreksi, tempatku. Namun karena niatmu baik, aku harus berterimakasih," ujar Lin (Y/n) mengendus pelan. Gadis berpakaian pria itu memutar tangan kanannya membuat pakaian Liu Qingge menjadi kering. "Hm, tidak perlu berterimakasih. Aku... juga minta maaf atas kesalahpahamannya," ungkap ketua dari puncak Bai Zhan.

Kini barulah dia dapat melihat sosok Lin (Y/n) dengan jelas. Pemuda mungil dengan wajah lembut, bahkan pinggangnya juga ramping, jika dilihat secara mata telanjang orang-orang pasti menganggap Lin (Y/n) sebagai remaja puber yang menggunakan pakaian mewah saja. Padahal sosok remaja ini adalah ketua dari puncak Lin Zhou.

"Karena sudah dimari, apa anda keberatan untuk berjalan dengan saya?" Tanya Lin (Y/n) menatap sopan kearah Liu Qingge. Oh Lin (Y/n) tidak mau kecanggungan terjadi, dia sangat tidak menyukai perasaan canggung itu. "Jika kau... Anda tidak masalah berjalan dengan saya," balas Liu Qingge ikutan sopan.

Saat mendapat anggukan dari Lin (Y/n) keduanya akhirnya berjalan pada hutan bambu itu. "Sejauh ini, bagaimana Zhouhuang Lin dalam pandangan anda?" Tanya sang ketua dari puncak Lin Zhou berbasa-basi. Tentu saja kehidupan selama berpuluh-puluh tahun membuat Lin (Y/n) lancar berbasa-basi. 

.....

Xie Lian meletakan topi jeraminya pada meja yang ada dikamar tersebut. Kamar tamu itu jelas sangat nyaman, bahkan ukurannya lebih besar daripada kuil Puqi. Setidaknya dia legah mengetahui bahwa Lin (Y/n) hidup dengan baik.

Tok!

Tok!

Tok!

"Silahkan masuk." Dengan jawaban dari Xie Lian, akhirnya pintu ruangan terebut terbuka lebar. Sosok Yang Ruwen terlihat tersenyum dengan kata menatap kekosongan. "A-Wen, senang melihatmu sehat-sehat." Setelah pintu ruangan itu ditutup, Yang Ruwen berlari kearah Xie Lian dan memeluknya dengan amat erat, melepas rindu.

Tidak mengatakan apapun, Xie Lian membalas pelukkan dari Yang Ruwen. "Ah... Aku harus memangil anda apa?" Tanya Yang Ruwen sembari menyudahi pelukkan, matanya yang kosong menatap entah kemana. "Pa... Xie Lian, panggil saja aku dengan namaku A-Wen." Mendengar ucapan dari sang pria Yang Ruwen hampir berlutut, aksinya dihentikan oleh Xie Lian sendiri.

"Saya mana berani, jika ma tau..." Gumam Yang Ruwen menggelengkan kepala. Anak ini sungguh berbakti, Xie Lian menghembuskan nafasnya lalu menepuk-nepuk pelan pundak Yang Ruwen. "Sudah-sudah, kita tunggu San Lang tiba. Aku ingin mendengarkan bagaimana cerita perjalanan A-(Y/n) darimu," ucap pria berpakaian putih sembari mengarahkan Yang Ruwen kearah kursi pada ruangan itu untuk duduk.

Seperti kata pepata, ucapan adalah doa. Dalam seketika pintu ruangan itu terbuka memperlihatkan sosok berpakaian merah dengan rambut yang dikuncir berantakkan.

"Maaf membuat kalian menunggu, gege, A-Wen." Mendengar suara tersebut, Yang Ruwen sontak berdiri untuk kembali berlutut. Sayangnya, sekali lagi aksi pria itu dihentikan oleh Xie Lian. "A-Wen, ada apa denganmu hari ini? Kenapa kamu berusaha berlutut berkali-kali?" Tanya Xie Lian mengarahkan tubuh Yang Ruwen untuk duduk diatas kasur.

Pria buta itu mengepalkan tangannya. "A-aku bersalah... Papa, Fuqin, tolong hukum Hua Liwen." Nada bicaranya sungguh sopan, pemuda itu menundukan kepalanya tidak berani menatap kedua pria yang merupakan ayahnya.

Hua Cheng dan Xie Lian membagi tatapan, isi pikiran mereka saat ini sama. Pria berpakaian merah berjalan mendekati kedua pemuda disana, tangannya Hua Cheng ulurkan untuk mengelus kepala dari Hua Liwen. Hua diambil dari marga Hua Cheng, Li dari Lin dan Lian sementara Wen adalah nama pemberian mereka.

𝑇ℎ𝑒 𝐶𝑟𝑜𝑠𝑠𝑑𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑖𝑧𝑢𝑛 𝑎𝑛𝑑 𝐻𝑒𝑟 𝐻𝑎𝑟𝑒𝑚Where stories live. Discover now