" Pfhtt... Dasar bocil,"gumam mas Iqbal.

" Ga gitu konsepnya nak!!" terlihat mamah Linda sedikit stres atas tingkah anaknya itu.

" Sudah lah.  Agam, papah titip tuan putri keluarga Zulfan ya , bimbing dia.  Sabar ya, namanya juga anak kecil," ucap Papah Arman.

" Papah sama mamah  pulang dulu ya Ziva , nak Agam , pak kyai , Bu nyai . Assalamu'alaikum," sambung sang ayah seraya mengusap pucuk kepala anaknya, diikuti oleh sang ibu.

" Wa'alaikumsalam," jawab semuanya.

Tangan Ziva tercengkram kuat melihat ke arah sang ayah maupun ibu yang memasuki mobil. Gus Agam memperhatikan kedua mata Ziva yang terlihat berkaca-kaca itu.

Tangan Ziva melambai kearah mobil kedua orang tuanya,  yang melaju meninggalkan area pesantren.

" Hiks, hiks, " suara tangisan Ziva mulai keluar. Hal ini menarik perhatian dari Gus Agam.

" Kamu nangis?" pertanya konyol yang diajukan oleh pria kulkas pintu seribu itu.

" Enggaakk!!. Ziva ketawa," jawab Ziva.

" Udah Ziva jangan nangis. Kan ada umi, Abi. Sama suami kamu, jadi jangan sedih," sahut umi Aisyah seraya mengucap pucuk kepala Ziva.

" Ziva gak nangis umi. Tadi ada nyamuk masuk ke mata Ziva, "

Semua yang mendengar keluhan dari Ziva pun segera memutar bola mata malasnya itu.

" Ya udah sini saya tiup,"  setelah mengatakan hal itu , Gus Agam pun lekas mendekat kearah Ziva.

Mas Iqbal yang memperhatikan itu dibuat tantrum akan tingkah kulkas itu.

'Apakah kalian melihat nya. Kulkas pesantren rusakkk,' batin mas Iqbal.

" Sakit ga? " tanya Ziva.

" Enggak kok. Mungkin bola matanya akan masuk kedalam," jawab Gus Agam seraya menunjukan senyum jahilnya itu.

" Astagfirullah. Ga mau ih."

" Agam !! Jangan nakut-nakutin istri kamu," pintah umi Aisyah.

" Iya-iya umi," sahut Gus Agam. " Sini mendekat biar saya tiup," pintah Gus Agam.

" Ga mau ih. Nanti bola mata Ziva masuk!!" elak Ziva dengan gelengan yang cepat.

" Hehehe. Enggak Ziva , saya bercanda. Sini-sini saya tiupkan," suara dingin itu berubah menjadi lembut seketika.

Mendengar nada bicara lembut dari Gus Agam membuat Ziva berani mendekatinya.
Mas Iqbal tak memalingkan pandangannya dari adegan ini.

Kedua tangan kekar Gus Agam menangkup wajah kecil milik istrinya itu. Kemudian, Gus Agam pun segera mendekatkan wajah nya dengan wajah Ziva.

Dengan penuh kelembutan Gus Agam meniup mata Ziva , berharap meredakan rasa sakitnya.

" Sudah," mendengar perkataan Gus Agam membuat Ziva langsung mengedipkan mata nya berulang kali.

" Masih sakit ga nak?" tanya Kyai Akbar.

" Alhamdulillah mendingan Abi!!" akui Ziva.

" Waw, pemandangan yang in—aws," sebelum mas Iqbal melanjutkan perkata an nya , kaki mas Iqbal sudah terinjak oleh Gus Agam.

" Iqbal!! Kamu ga ada kerja an, awasi santri-santri yang sedang tadabbur alam," pintah Gus Agam.

" Si-siap Gus. Saya pamit , assalamu'alaikum, " setelah mengatakan hal itu , barulah Gus Agam memindahkan kakinya yang menimpa kaki mas Iqbal.

istri mungil nya Gus Agam Where stories live. Discover now