1 - Kabut Fajar

11 3 0
                                    

"Pagi ini, aku dibangunkan oleh mimpi buruk."

Demikian Harris menulis pada buku catatannya, sesaat setelah ia terbangun. Pada kenyataannya, dia bukan orang yang gemar menulis buku harian. Namun mimpi itu menimbulkan impresi yang cukup kuat untuk mendorong Harris menuliskannya.

Dia sudah lupa keseluruhan isi mimpi itu, tapi ada satu sisa rasa yang masih kuat--rasa takut seolah telah dikejar-kejar. Tapi apa yang mengejarnya? Keringat sudah membasahi pelipis Harris sejak ia bangun, dan mencoba mengingat mimpinya membuat pelipisnya semakin basah. Makhluk-makhluk itu. Makhluk yang mengejarnya seperti bukan manusia. Kakinya, maksud dia, tangannya, ada yang abnormal pada bagian itu. Di tempat yang seharusnya ada kaki, di sana malah ada tangan. Empat buah tangan sebagai tungkai, yang berlari kencang mengejarnya. Harris bergidik.

Usai menuntaskan tulisannya di buku catatan, Harris menuju jendela. Dia membukanya pelan, menghirup udara dalam-dalam dan mengembuskannya dengan lega. Langit di luar masih nampak gelap dan berkabut. Mungkin masih dini hari, pikir Harris. Namun, kabut itu tampak sangat tebal. Dia merasa ada hal yang amat tidak wajar di kabut itu, dan langsung menutup jendela kembali.

Harris mengambil segelas air, meneguk seluruh isinya, dan kembali ke tempat tidur. Dia mencoba tidur lagi, tapi semakin dia berusaha untuk terlelap semakin kuat pula dorongan untuk terjaga. Akhirnya, dia berbaring beberapa lama tanpa bisa memejamkan mata.

Mungkin sebuah kesalahan aku pergi ke sini, Harris berpikir. Tapi aku berhak mendapatkan ini, aku berhak mendapatkan semua kebebasan ini meski bagaimanapun caranya, pikirnya membenarkan.

"Tapi tak tahukah kau tentang tanggung jawab yang kau tinggalkan? Tak tahukah kau konsekuensi dari perbuatan yang kau lakukan?" ujar sebuah suara.

Yang ada hanya hening. Tidak ada suara hingga pagi tiba.Tepat setelah matahari terbit, Harris keluar dari kamar. Seperti ciri khas motel pada umumnya, di depan tiap kamar langsung terbentang lahan parkir kendaraan yang luas. Dan karena motel ini tepat berada di pinggir jalan besar utama (highway), sering ada hembusan angin dari kendaraan yang sempat lewat, biasanya kendaraan besar. Kabut masih belum sepenuhnya terangkat, tapi sudah mulai berkurang.

Sekonyong-konyong, ada suara debum yang membuyarkan keheningan di pagi itu. Harris melihat ada aliran darah di pinggir jalan di depannya. Perlu beberapa saat bagi Harris untuk memprosesnya, bahwa rupanya telah ada hewan malang yang terlindas kendaraan yang melaju cepat. Hewan apa itu, dia tidak tahu, sebab dari jarak tempatnya berada, dan juga karena kondisi jasad yang rusak, tidak bisa diketahui secara pasti identitas hewan malang itu.Harris merasa berdosa karena tidak bisa melakukan hal yang benar di situasi itu. Dia kembali ke dalam motel, dan bertanya kepada penjaga motel bertopi koboi itu di mana dia bisa mendapatkan sarapan. ***

Silent West MotelWhere stories live. Discover now