Bab 4

52 8 0
                                    

Setelah selesai dengan tugasnya pada sore hari, Kaeya berjalan menuju Floral Whisper di mana Donna bekerja. Berjalan sambil menunduk, dia sesekali menendang kerikil yang ada di jalan. Dia benar benar tidak menyangka bahwa Diluc akan setuju untuk pergi bersama Donna. Dia sudah sangat yakin bahwa Diluc akan menolak seperti biasa. Hatinya hancur saat mendengar Diluc setuju untuk ini walau secara terang-terangan Kaeya memberitahu bahwa yang Donna inginkan adalah sebuah kencan.

Dia membuka pintu toko bunga, menyebabkan bel yang ada di pintu berbunyi menandakan pengunjung masuk. Seorang perempuan tengah sibuk membungkuk untuk mengatur cecillia di sebuah pot.

"Selamat datang di Floral Whisper," ucapnya. Dia menegakkan badan dan berputar untuk melihat siapa yang ada di pintu.

"Ah tuan Kaeya! Kau datang," Donna langsung menghampiri sang petugas. Matanya berbinar-binar, dan Kaeya tahu dia mengharapkan jawaban. "Jadi?" tanya Donna tidak sabar. "Ya Diluc mau," ucap Kaeya diakhiri dengan menghela nafas. Mata sang perempuan semakin berbinar-binar ditambah pipinya yang mulai memerah.

"Benarkah?! Ah aku senang sekali!" Donna mulai meloncat-loncat kegirangan. Dia sangat senang sampai-sampai tidak sadar bahwa Kaeya hanya berdiri di sana tanpa antusias sama sekali.

Bagaimana Kaeya mau ikut merasa senang? Orang yang dia sukai setuju untuk pergi kencan dengan seseorang yang bukan dirinya. Walau sampai sekarang dia belum bisa menemukan keberanian untuk mengakui perasaannya pada Diluc, dia tidak rela melihat Diluc bersama orang lain.

"Ah tuan Kaeya, terima kasih banyak, ini semua berkat dirimu. Terima kasih terima kasih," Donna kegirangan. "A-ah bukan apa-apa, tidak masalah. Senang bisa membantu," balas Kaeya.

Kaeya melangkah keluar setelah berpamitan pada Donna yang masih kegirangan. Dia tidak bisa bertahan di sana, Donna yang terus-terusan membicarakan Diluc, membuat hatinya semakin terasa perih. Dia memandang langit sore yang didominasi warna jingga, menolak dorongan untuk menangisi nasibnya yang tidak beruntung sama sekali. Dia sudah sejak lama menyukai Diluc, sudah terlalu lama sampai sampai dia sudah lupa tepatnya sejak kapan dia menyukai anak dari teman ayahnya itu.

Liebe Am ValentinstagTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang