Pemandangan yang Bianca lihat sekarang adalah Alina tengah  mengobrol dengan Adrian mesra. Hal yang biasa ia lakukan bersama Alina, namun kini ia melihat Alina melakukan itu bersama orang lain di depan kepala matanya sendiri. Sungguh, ia tidak rela.

Alina yang menyadari kedatangan Bianca pun menoleh ke arah Bianca lalu menghampirinya, diikuti oleh Adrian di sampingnya.

"Hai, Bi, lama gak ketemu. Makasih ya udah dateng," ucap Alina saat sudah sampai di hadapan Bianca.

"Iya. Happy birthday, Al," ucap Bianca seraya menyerahkan bucket bunga dan kado yang ia bawa khusus untuk Alina tadi.

Alina pun menerima pemberian Bianca tersebut. "Makasih, Bi. Tapi kamu harusnya gak perlu repot-repot bawa ginian,"

"No problem, Al. Hai, Yan," setelahnya Bianca pun menyapa Adrian yang walau ia lakukan dengan terpaksa.

Adrian pun menganggukkan kepalanya dengan senyuman di wajahnya.

"Miel mana, Al?" tanya Bianca saat tidak menjumpai keberadaan Miel.

"Miel di kamarnya, lagi rapih-rapih,"

"Yaudah aku ke kamar Miel dulu ya,"

Setelah mendapat anggukan dari Alina, Bianca pun segera menuju kamar Miel karena tak ingin berlama-lama berada di antara Alina dan Adrian yang membuat dirinya merasa sakit.

"Bu Sum, biar saya aja yang pakaiin Miel baju," ucap Bianca kepada pengasuh Miel yang hendak memakaikan Miel baju.

Pengasuh Miel yang bernama bu Sum itu pun mengangguk patuh, kemudian dirinya beranjak pergi setelah berpamitan.

Bianca pun mulai mengambil alih memakaikan Miel pakaiannya.

"Boy, boy suka gak sama om Adrian?" pertanyaan konyol itu secara spontan entah mengapa keluar dari mulut Bianca.

"Suka,"

"Kenapa suka?"

"Om Adrian baik,"

"Boy pilih om Adrian atau kakak?"

"Kakak,"

Mendengar jawaban dari Miel entah mengapa Bianca tersenyum senang dan merasa lega. Setidaknya posisinya di hati Miel belum tergantikan dengan Adrian. Pikir Bianca.

"Om Adrian dari kapan di sini, boy?"

"Dari siang,"

"Ngapain aja dia di sini?"

"Main sama aku, terus ngobrol sama mommy,"

"Deket-deket gak sama mommy?"

"Deket. Cium-cium pipi mommy juga,"

Hati Bianca pun lagi-lagi berdenyut sakit mendengar jawaban dari Miel. Lagipun dirinya saja memang yang mencari penyakit dengan terus bertanya pada Miel.

"Sayang, kok gak turun-turun?" tanya Alina yang baru saja datang untuk menghampiri Miel.

"Soalnya kakak ngajak ngobrol," jawab Miel polos.

"Ngobrolin apa si emangnya?"

"Kakak tanya-tanya mom—" belum sempat Miel menyelesaikan ucapannya Bianca sudah membekap mulut Miel.

"Ada apa sih? Kalian ngomongin mommy ya?" tanya Alina penasaran.

"Oh, gak ada, Al. Tadi aku cuma tanya kamu ulang tahun yang ke berapa," bohong Bianca.

"Boong," celetuk Miel yang membuat Bianca gelagapan.

"Al, mending sekarang kita ke bawah yuk. Gak enak kamu ninggalin tamu kamu lama-lama," ajak Bianca mengalihkan pembicaraan.

Tanpa menunggu jawaban dari Alina, Bianca pun sudah lebih dulu beranjak pergi dengan membawa Miel di gendongannya.

Tak lama acara makan malamnya pun dimulai. Dengan tamu yang hanya 5 orang termasuk Bianca. Orang-orang tersebut tak lain adalah Bianca, Adrian, manager dari Alina, dan 2 orang dokter rekan kerja Alina.

Mengundang sedikit tamu itu memang kemauan Alina sendiri, karena ia tak menginginkan perayaan yang besar serta mewah, acara kecil ini pun hanya bagian untuk rasa bersyukurnya karena telah diberi nikmat sampai pada saat ini.

Berkumpul dengan orang-orang terdekatnya seperti ini saja sudah cukup untuk dirinya. Apalagi Alina tak suka keramaian, jadi jika mengundang orang banyak itu akan menghabiskan energinya dan sangat melelahkan untuk dirinya.

Selama makan malam berlangsung fokus Bianca ia fokuskan kepada Miel, karena tak ingin melihat kemesraan Alina dengan Adrian yang terus diumbar-umbar sejak tadi.

Oh, tuhan, rasanya Bianca ingin menangis saja dan menyesal telah datang.

Setelah makan malam selesai dan sedikit berbincang-bincang, tak lama tamu dari Alina pun pulang. Menyisakan dua tamu lagi yang tak lain adalah Bianca dan Adrian.

Setelah kepulangan manager serta rekan kerjanya Alina itu pulang, Bianca mengutuskan untuk pergi ke kamar Miel, menemani Miel sampai Miel tertidur.

Setelah Miel tertidur Bianca pun turun ke bawah berniat untuk pulang. Saat dirinya hendak berpamitan dengan Alina tiba-tiba saja langkahnya terhenti ketika melihat pemandangan Alina yang tengah berciuman dengan Adrian.

Sungguh, rasanya jantung Bianca berhenti berdetak seperkian detik ketika melihat pemandangan menyakitkan itu.

Tak ingin menganggu dan hatinya sudah terlanjur sakit, akhirnya Bianca pun memilih langsung pulang tanpa berpamitan ke Alina.




TBC.

my love single motherWhere stories live. Discover now