Gus Agam lekas meninggalkan Ziva kembali untuk meletakan piring kotor itu.

***

Selang beberapa menit, Gus Agam kembali menghampiri Ziva. Namun kali ini Ziva benar-benar dibuat terkejut dengan apa yang dirinya lihat.

"Assalamu'alaikum my princess, ya zawjati," kata pria dibalik boneka yang begitu besar.

Ziva terdiam memandangi sang suami yang membawa boneka beruang berukuran jumbo itu kearahnya. Tak hanya beruang, Ziva juga melihat setangkai bunga ditangan sang suami.

 Tak hanya beruang, Ziva juga melihat setangkai bunga ditangan sang suami

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lamunan Ziva pun tersadar. Dirinya benar-benar tak bisa merangkai kata kali ini. Dengan susah payahnya akhirnya Ziva angkat bicara, dengan terbata-batanya.

"Ma-mas i-ini buat Ziva?"

Gus Agam tak menjawab, dirinya lekas meletakan boneka beruang itu disamping Ziva.

"Ya humairahku, Aziva Shani Zulfikar. My princess. Kamu pernah bilang, kamu paling suka sama boneka beruang bukan," kata Gus Agam seraya duduk dihadapan Ziva.

"Jadi , my princess. Mas belikan boneka ini khusus untukmu. And-"

Tangan Gus Agam terulur memberikan setangkai bunga itu. "Jangan lihat dari berapa jumblah bunga yang mas berikan kepadamu. Tapi lihatlah ketulusan dari yang memberikannya. Karena rasa cinta mas , tak kan pernah sebanding dengan satu hektar lahan bunga."


Wajah Ziva memerah, dirinya benar-benar salah tingkah dengan sikap manis sang suami.

"Ambil lah, ini untukmu. My princess. "

Ziva lekas mengangguk dan menerima uluran bunga mawar itu. Benar apa kata Gus Agam, jangan diliat dari barangnya. Tapi diliat dari siapa yang memberikan nya , dan ketulusannya.

"Ma-makasih," setelah itu, dengan perasaan gembira nya Ziva langsung memeluk sang suami. "Makasih!"

"Sama-sama sayang," tangan kekar itu membalas pelukan Ziva dengan lembutnya. "You are my princess. You deserve this sweet attitude."

"Ga bisa bahasa inggris, tapi makasih," jawaban Ziva yang begitu mengakui tentang ketidak mampunya dia dalam belajar bahasa inggris.

***

Tak terasa matahari sudah semakin meninggi. Pasutri itu tengah duduk dibawah pohon mangga yang begitu rindang.

Udara begitu sejuk disana. Bahkan, karena terasa begitu sejuk. Membuat Ziva ingin tidur disana.

Namun tiba-tiba saja Ziva teringat akan sesuatu. Ya, dimana alasan sang suami memutuskan untuk mengurus dirinya dibandingkan kuliah.

"Mas," tangan Ziva memukul pelan lengan sang suami. Gus Agam yang merasa di panggil pun lekas menoleh kearah Ziva.


"Dalem Humairaku, kenapa hm?"

"Kenapa mamas milih mengurus Ziva dari pada kuliah. Kan padahal cuma satu tahun lagi!"

Setelah mendengar pernyataan dari sang istri. Pertama yang Gus Agam lakukan hanya memberikan senyuman. Selanjutnya Gus Agam membelai pucuk kepala Ziva.

Gus Agam menarik nafasnya lalu menghembuskan nya lagi.

"Wahai Humairaku, selain perintah Allah, dan perintah umi. Kamu merupakan yang terpenting dalam hidupku. S3 bisa menunggu, karena momen bersama Ziva waktu hamil muda. Tidak akan terulang lagi."

"Mas mau jadi orang pertama yang selalu Ziva sebut saat Ziva mau muntah. Saat Ziva butuh sesuatu. Bagaimana pun juga, kita harus sama-sama berjuang , demi bayi kita,"sambungnya.

Ziva terdiam menatap sang suami dengan tatapan polosnya itu. "Makasih."

"Sama-sama," jawab nya seraya mengusap lembut pucuk kepala sang istri.

Merasa sudah cukup untuk bersantai dilokasi itu. Gus Agam lekas membawa Ziva memasuki area ndalem dengan menggedong nya.

Tentu sepanjang perjalan mereka menjadi pusat perhatian santriwan maupun wati.

"Haduh mas, ngapain coba pakai gendong segala. Ziva bisa kok jalan sendiri," protes Ziva yang tak sesuai pada hati nya itu.

'Jangan turunkan aku mas!! Aku maunya digendong,'batin Ziva.


Gus Agam terkekeh mendengar omelan dari Ziva. " Ya Humairahku, ini tugas seorang kesatria sekaligus pangeran. Yang mas lakukan itu bentuk rasa sayang mas kepada MY PRINCESS."

Ziva yang merasa senang langsung mengeratkan pegangannya. Ziva benar-benar tidak mau berfikir yang lain selain sang suami dan dirinya.

***

Waktu berlalu menjadi malam hari. Saat ini Ziva tengah merengek kepada sang suami. Sebelum tidur Ziva memaksa sang suami
membacakan dongeng untuknya.

"Ayok mas!! Bacakan-bacakan," pintahnya dengan nada yang menuntut.

" Okeh-okeh , mau yang apa hm?"

Ziva terdiam dan berfikir. Dirinya bingung ingin dibacakan dongeng apa!

"Aaaa itu rapunsel."

Dahi Gus Agam mengerut mendengar perkataan dari Ziva. "Mau yang itu?"

"Yaa," jawabnya seraya mengangguk dengan semangat.

" Okeh."

Lekaslah Gus Agam mencarikan cerita versi di google dan membacakannya.

"Ehem-ehem. Dahul-"

"Tunggu mas, baca nya jangan ga pakai ekspresi dong. Harus pakai ekspresi, mas harus mendalami nya," pintah Ziva yang motong perkata sang suami.

"Harus pakai ekspresi?"

"Iya mas!"

Hela an nafas frustasi terdengar dari Gus Agam. Dengan keterpaksaan Gus Agam pun melakukan nya.

"Ehem.... Dahuluuuuu kalaaaa, hiduplah............."

Gus Agam mulai menceritakan dengan memberikan eskpresi disetiap bacanya. Ziva begitu terhibur melihat Gus Agam melakukan hal tersebut.

Beberapa menit berlalu, akhirnya Ziva tertidur pulas disana. Gus Agam lekas mematikan ponselnya.

Ciuman selamat malam tak pernah Gus Agam lupakan untuk istrinya. "Selamat malam my princess ."

***

Akhiri membaca dengan mengucap Alhamdulillah

istri mungil nya Gus Agam Where stories live. Discover now