Seonghwa rasanya ingin kabur, karena ia baru ingat ini bukan makan malam biasa, melainkan juga pesta untuk merayakan keberhasilan Hongjoong dan suksesnya kerja sama dengan pengusaha ternama.

Banyak sekali tamu undangan yang Seonghwa yakini mereka pun orang-orang kaya. Ia takut sekali salah bersikap dan membuat Hongjoong malu karena tak tahu etika versi orang-orang kaya.

"Kak Hwa."

Panggilan pelan itu, sontak membuat Seonghwa terkejut. "A-ah, Yeo."

"Biasa aja elah, Kak, kaku amat. Jangan khawatir, di sini gak ada istilah orang kaya dan orang miskin, semuanya berbaur, karyawan Kak Hongjoong dari berbagai devisi juga hadir, termasuk mitra kerja seperti cleaning service,

"karena acara ini juga diadakan untuk merayakan keberhasilan seluruh karyawan yang ikut memberikan dukungan dalam mewujudkan strategi yang Kak Hongjoong usung," ujar Yeosang sembari menepuk pelan bahu Seonghwa, menenangkannya. "Kak Hongjoong mana?"

"Seseorang tadi memanggilnya, Hongjoong memintaku menunggu di sini," jawab Seonghwa, tak bisa untuk tidak meremat jari di setiap kalimat. Dapat ia rasakan tatapan dari banyaknya tamu undangan karena ia datang bersama Hongjoong. Yang berbisik-bisik membicarakannya dengan terang-terangan pun tak sedikit.

Yeosang mengangguk paham. "Gak akan lama kok, paling cuma ngasih sambutan doang. Aku temenin sampai Kak Hongjoong balik," ujarnya kembali menenangkan, ia pun tahu, pasti banyak orang yang penasaran akan siapa pria yang kakaknya bawa. "Mau kue ga—Hoho! Aku di sini," pandangan Yeosang beralih, menatap Jongho yang baru saja masuk dari pintu utama setelah ke kamar mandi. "Mau kue gak?" tanyanya lagi pada Seonghwa setelah Jongho berdiri di sampingnya.

Seonghwa menggeleng pelan.

"Mau permen?" kali ini Jongho yang bertanya. "Rasa karamel, manisnya bikin rileks."

"Boleh, terima kasih, Jongho," jawabnya, menerima permen yang Jongho beri. Langsung memasukkannya ke dalam mulut, rasa manis yang lembut membuat Seonghwa sedikit rileks.

Pandangan Seonghwa beralih, menatap Hongjoong yang berdiri di podium, tak berkedip sampai Hongjoong selesai memberikan sambutan. Atensinya tak bisa beralih dari Hongjoong yang tengah menyapa beberapa tamu sebagai bentuk formalitas. Setelah beberapa saat, Hongjoong akhirnya berjalan menghampirinya.

"Terima kasih sudah menemani Seonghwa," ujar Hongjoong pada Yeosang.

"Apa sih yang engga buat Kakak ipar," balas Yeosang, dan terkekeh jahil pada Seonghwa. "Kalau gitu duluan ya Kak," pamitnya, "ayo, Hoho." Menggenggam tangan Jongho, Yeosang berlalu menuju ruangan lain.

"Kita pun harus pergi."

Ucapan Hongjoong, tentu membuat Seonghwa terkejut. "Eh? Ke mana?" tanyanya bingung.

"Makan malam bersama Ayah dan Ibu," jawab Hongjoong.

Sukses membuat Seonghwa kembali membeku, kedua tangannya terasa dingin, detak jantungnya berpacu dua kali lebih cepat.

"Ayo, Ayah dan Ibu sudah menunggu." Hongjoong mengulurkan sebelah tangannya, dengan sabar menunggu Seonghwa meraihnya. Ia paham betul akan kegugupan yang Seonghwa alami, sehingga ia berusaha tak menambahnya.

Setelah beberapa saat, Seonghwa menyambut uluran tangan Hongjoong, menggenggamnya dengan erat. "Aku siap," ujarnya.

Hongjoong mengangguk, berjalan pelan menuju ruangan di mana makan malam khusus keluarga akan diadakan.

Seonghwa sendiri terus menenangkan dirinya di setiap langkah, ia tak boleh gugup, setidaknya ia harus terlihat tenang. Namun, ketika memasuki ruangan, pandangan Ayah Hongjoong seolah langsung menusuk melewati jantungnya.

Plot Twist - JoongHwaWhere stories live. Discover now