Sebelas!

6 2 0
                                    

Lelang Kencan - Sebelas!

...

"Kau akan pulang, kan?"

"Entahlah, mum. Aku sibuk belakangan ini."

"Sibuk?! Kau bahkan tak mengambil cuti saat libur kemarin. Apa kau tak ingin mengunjungi mum dan dad lagi, hmm?!"

Hailey menjauhkan ponsel beberapa detik dari telinga dan menghela napas. "Apa ada acara?"

"Apa harus ada acara agar kau pulang?"

"Mum ...."

"Oh, Hailey," desah ibunya kecewa, lalu terdengar suara bisikan. Ibunya kembali berbicara, "Ada Dad, dia ingin mengatakan sesuatu."

"Hailey?" Suara ayahnya terdengar dari sambungan telepon.

Hailey menutup mata. Dia beranjak dari meja kerjanya dan menatap ke luar jendela "Ya, dad."

"Kapan kau akan pulang, sayang? Apakah kau tak ingin menemui dad lagi?"

"Aku ingin pulang ...."

"Dad iri pada tuan Charlie," lanjut ayahnya. Tuan Charlie adalah tetangga mereka dan rekan bermain catur ayahnya. "Anak anaknya selalu pulang, mereka mengunjungi tuan dan nyonya Charlie sesering mungkin. Sedangkan Dad, Dad punya dua anak. Tapi anak anak Dad begitu jauh."

Hailey meringis ketika ayahnya berkata penuh keluhan. Hailey akui, selama beberapa tahun ini, dia hanya mengunjungi orangtuanya beberapa kali. Karena tentangan atas hubungannya dan Victor, hubungan mereka jadi berjarak. Setelah kandasnya hubungan Hailey dengan lelaki itupun, Hailey merasa malu terhadap orangtuanya hingga jarang pulang. Tapi dia tak berani mengakui.

"Pulanglah dalam Minggu ini, Lyly. Berhubung Abangmu juga akan pulang, Dad pikir kita harus mengadakan acara kumpul keluarga. Dad menunggumu. Okey?"

"Baiklah, Dad." Hailey menjawab setelah berpikir matang. Mereka berbicara beberapa hal lalu panggilan berakhir. Hailey menatap layar ponsel yang menggelap dan merasa melankolis saat ayahnya memanggilnya menggunakan nama kecil.

Ah, dia benar benar harus pulang dan memperbaiki semua.

...

"Aku akan mengambil cuti dan pulang ke rumah orang tuaku Minggu ini." Hailey memberitahu sahabat sahabatnya ketika mereka kembali berkumpul di rumah Sarah.

Mengajak mereka bertemu bukan tanpa sebab. Hailey sudah berpikir matang. Tapi, dia tetap membutuhkan saran sehingga memintanya dari sahabat sahabatnya merupakan pilihan yang bagus.

"Oh, Ley. Itu keputusan yang tepat," kata Sarah tersenyum.

"Sudah terlalu lama hubungan kami berjarak." Hailey memberitahu. "Kemarin mum dan dad menelepon, mereka menyuruhku pulang. Sejujurnya, aku rasa itu waktu yang tepat untukku memperbaiki segala hal. Tapi, ada masalah."

"Masalah apa?" tanya Karin khawatir.

Hailey tersenyum masam dan memandang sahabatnya satu per satu. "Dad mengadakan kumpul keluarga sekaligus dengan kepulangan abangku," katanya. "Kalian tahu, keluarga ku yang lain yang pastinya akan datang, terutama aunt July, adik dari ibuku yang pernah ku ceritakan."

Mengingat aunt July, berarti mengingat kejadian memalukan yang Hailey alami. Saat itu hubungannya dan Victor baru berakhir. Hailey pulang ke rumah orangtuanya untuk mengabarkan hal itu, sekaligus menenangkan diri seperti apa yang sahabatnya anjurkan.

Tapi, aunt July membuatnya malu dan tak nyaman dengan mengatakan bahwa Hailey terlalu mudah percaya kepada lelaki hingga gampang dibodohi. Hailey bisa saja menerima andai saja aunt July tak menceramahinya dengan angkuh di hadapan sanak-saudara. Bisa dikatakan, secara tak langsung aunt July mempermalukannya. Setelah kejadian itu, Hailey bahkan tak berani menatap siapapun. Dia tidak mau dikasihani. Dan tak perlu waktu lama bagi Hailey memutuskan bahwa dia harus kembali ke Manhattan.

Lelang KencanМесто, где живут истории. Откройте их для себя