•𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕰𝖒𝖕𝖆𝖙 𝕭𝖊𝖑𝖆𝖘*

1.3K 124 23
                                    

•𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕰𝖒𝖕𝖆𝖙 𝕭𝖊𝖑𝖆𝖘*

𝐀𝐧𝐲𝐞𝐨𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐰𝐚𝐭𝐝𝐡𝐢 𝐤𝐡𝐚 𝐤𝐨𝐧𝐢𝐜𝐡𝐢𝐰𝐚 𝐧𝐢 𝐡𝐚𝐨 𝐞𝐯𝐞𝐫𝐲𝐨𝐧𝐞!!

𝚂𝚘𝚛𝚛𝚢 𝚏𝚘𝚛 𝚝𝚢𝚙𝚘 𝚗𝚍𝚎?

»»————>𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰...

Ƈ

ι

ɳ

ԃ

ҽ

-

»»——❀ Ƈιɳԃҽ- ❀——««

Harsha membawa Jaziel dengan memapahnya menuju ke pondok kecil. Ah! Bukan pondok, melainkan seperti gubug kecil yang tidak terawat.

Untungnya, tadi Jaziel hanya jatuh bukan pingsan. Hujan pun semakin deras jatuh dari atas. Harsha sedikit kesusahan memapah Jaziel yang badannya lebih besar darinya.

“Put-Putra, bertahanlah.”

Sampai di gubug yang hanya ada satu pintu dengan satu ruangan di dalamnya, Harsha membaringkan tubuh Jaziel di ranjang untuk bersandar pada dinding yang terbuat dari susunan bambu.

Ia mendudukkan tubuhnya di samping Jaziel dan mengambil kepala Jaziel untuk berpangku pada pupunya. Posisinya, Jaziel terlentang dengan pupu Harsha yang di jadikan bantalan.

Suara gelagaran halilintar saling bertabrakan di langit. Harsha terkejut, dan langsung memeluk kepala Jaziel, menyembunyikan mukanya bukan! Lebih tepatnya, dahi mereka saling bersentuhan satu sama lain.

“M-Mae, He-hega t-ta-takut,” lirih Harsha dengan menyebut namanya di kehidupan dulu.

Air mata dengan perlahan keluar dari pelupuk mata Harsha. Membuat Jaziel yang masih dengan kesadaran minim, mau tidak mau membuka matanya guna melihat keadaan Harsha.

“Sha?”

Kepala Harsha menggeleng keras dan semakin memeluk kepala Jaziel dengan erat. “Enggak! Enggak! Jangan tinggalin Hega!”

“Sha?”

“Enggak! Jangan ninggalin heh!”

“Sha?!”

“Apa si?! Kalau mau pergi nanti aja, nunggu ujannya reda!”

“Harsha anjing! Gue enggak bisa napas kalau lo meluk muka gue kayak gini!”

Harsha tersadar dan langsung melepas pelukannya pada kepala ah! Muka Jaziel. Jaziel dengan sigap berdiri dari tidurnya dan dibawa tubuhnya bersandar di sebelah Harsha.

“Hehe, maaf Putra,” kata Harsha dengan cengengesan membuat Jaziel berdecak kesal dengan lirih.

“Ck! Terserah lah. Gue mau tidur, enggak usah cengeng. Takut, pegang lengan gue aja. Sini! Gue pinjem pundak lo!”

Setelahnya, tidak ada percakapan antara keduanya. Suara di luar semakin menjadi-jadi, membuat Harsha mau tidak mau harus memeluk lengan Jaziel guna dipeluknya agar gemetar di tubuhnya tidak terlalu cepat.

Cinde- HIATUS! Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz