"Ini beneran gak ada tanda bayarnya Pak?" tanya Jeremy pada beberapa orang yang membawa sofa itu.
"Udah lunas jadi tinggal dibawa ke sini aja."
"Ajegileee, tahun baru, rejeki baru, sofa baru." Ronald bersender di sofa.
"Pacar baru mana?"
"Lagi otw perjalanan."
"Kirain nyangkut di DC cakung," kekeh Bedul.
"SEMBARANGAN!!"
****
Niken Arlita: Lo di mana sih? Niken Arlita: Ngapain sih di rs terus Niken Arlita: Ghe gue disuruh Papa bawain lo ini makanan, kalau bukan karena Papa gue gak mau ya
Niken Arlita: Oh oke kalau gitu gue taruh aja lagi di rumah
Ghea menatap layar ponselnya. Terheran-heran tentu saja. Sudah tahu tidak suka masih saja mencari-cari. Bukankah lebih baik dia pergi saja? Sehingga dengan begitu tak lagi harus bertegur sapa dengan Ghea?
Meskipun begitu, sebenarnya Ghea tak terlalu ambil pusing hal itu. Ia juga sejujurnya tak pernah menganggap hubungan persaudaraannya dengan Niken sebagai persaingan.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ghea yang melihatnya hanya diam saja dan menggeleng untuk memfokuskan kembali kepalanya dan berjalan menuju ke florist-nya.
****
Florist tampak sangat harum membuat Galang langsung merasa senang ketika masuk ke dalam. Hal itu lalu disambut oleh Ghea yang ketiduran di sofa membuat Galang kaget karena tak menemukan pintunya dikunci dan dibiarkan begitu saja.
Galang mendekatinya. Laki-laki itu menatap ke sekitar. Tak ada beberapa karyawan yang menjaga seperti biasanya.
Galang berjongkok hendak membangunkan Ghea namun Galang tak tega. Hingga ia hanya memperhatikan Ghea saja dari samping. Beberapa hari ini memang Ghea bolak-balik mengunjungi Chia di rumah sakit, sekolah, hingga jaga florist. Yang membuat Galang juga tak sampai hati melihatnya.
