Melihat Mawar

2 0 0
                                    

Setelah ua-ua, paman-paman dan bibi-bibi Eva pulang, Arif pun langsung menuju ke rumah RT dan RW untuk mengurus surat-surat untuk menikah. Pak RT dan Bu RT di lingkungan rumah Arif sempat kaget mendengar Arif akan menikah dengan Eva.

"Kamu serius mau menikah dengan Eva?" tanya Sumarsih Ibu RT di lingkungan rumah Arif. Ia ikut nimbrung mendengarkan pembicaraan Arif dengan Ohim Pak RT.

"Iya, Bu," jawab Arif.

"Kok kamu mau menikah dengan Eva?" tanya Sumarsih yang penasaran ingin tahu.

"Ibu bagaimana, sih? Arif laki-laki baik. Ia sayang sama Eva, wajar kalau dia mau menikahi Eva. Jadi tidak usah dipertanyakan lagi!" ujar Ohim.

"Ibu kan pengen tahu alasan Arif mau menikah dengan Eva. Bapak kan tahu Eva tidak seperti anak gadis lainnya. Ia kan penyandang down syndrome. Masa Arif tiba-tiba mau menikahi perempuan down syndrome," kata Sumarsih.

Arif hanya diam mendengarkan percakapan Ohim dan Sumarsih.

"Jadi apa alasan Arif menikahi Eva?" tanya Sumarsih sekali lagi. Ohim menghela napas melihat istrinya yang masih ingin tahu alasan Arif menikahi Eva.

"Saya ingin melindungi Eva, Bu," jawab Arif.

"Tuh, kan apa Bapak bilang? Ibu tidak percaya dengan omongan Bapak," ujar Ohim.

Ohim menulis surat keterangan RT yang diminta oleh Arif. Arif menunggu hingga Ohim selesai menulis surat keterangan.

"Bu. Dimana tempat sewa baju pengantin dan perias pengantin? Barangkali Ibu tahu tempatnya." Arif bertanya kepada Sumarsih.

"Kebetulan Ibu punya kenalan perias pengantin. Hasil riasannnya bagus. Baju pengantinnya juga bagus-bagus. Cuma harganya lebih mahal dari perias pengantin lainnya," jawab Sumarsih.

"Mahal juga tidak apa-apa, Bu. Yang penting mau dipesan mendadak," jawab Arif.

"Sebentar. Ibu ambil telepon seluler Ibu dulu." Sumarsih beranjak dari tempat duduk lalu menuju ke ruang tengah. Tidak lama kemudian Sumarsih membawa telepon seluler miliknya. Ia duduk kembali di tempat semula.

"Ini nomor, Rif." Sumarsih menyebutkan nomor telepon perias pengantin. Arif menyimpan nomor tersebut di telepon seluler miliknya.

"Tempatnya agak jauh dari sini. Sekitar satu kilometer," ujar Sumarsih.

"Nanti sore saya ajak Eva ke sana. Sekarang saya mau ke KUA dulu." Arif memasukkan telepon seluler ke saku celana.

Ohim pun selesai membuat surat keterangan RT. "Sudah selesai, Rif. Nanti langsung ke rumah Pak RW biar ditandatangan dan dicap!" Ohim memberikan surat keterangan RT kepada Arif.

"Baik, Pak." Arif membawa surat keterangan tersebut.

"Saya permisi dulu. Assalamualaikum." Arif beranjak dari tempat duduk lalu keluar dari rumah Pak RT.

"Waalaikumsalam," jawab Ohim dan Sumarsih.

Dari rumah Pak RT, Arif menuju ke rumah Pak RW lalu ke kelurahan hingga akhirnya ke kecamatan. Setelah dari kecamatan Arif menuju ke kantor KUA. Ketika Arif sedang mengendarai mobilnya menuju ke kantor KUA, Arif melihat Mawar sedang berdiri di pinggir jalan. Wajahnya terlihat sangat lelah. Cepat-cepat Arif meminggirkan mobilnya. Arif memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Ia mematikan mesin mobil lalu turun dari mobil. Arif berjalan menghampiri Mawar.

Tiba-tiba sebuah mobil MPV sejuta umat berhenti di depan Mawar. Mawar membuka pintu mobil tersebut dan masuk ke dalam mobil. Dari luar Arif melihat dengan jelas Mawar mencium tangan pengemudi mobil tersebut. Pengemudi mobil tersebut adalah seorang laki-laki. Kemudian laki-laki itu mencium kening Mawar. Arif kaget melihat adegan tersebut.

'Siapa lelaki itu? Apakah dia suami Mawar?' tanya Arif di dalam hati.

Tidak lama kemudian mobil itu pun jalan. Arif melihat Mawar sedang merebahkan kepalanya di bahu lelaki tersebut. Lelaki yang mengemudi mobil itu terlihat masih muda. Mungkin seumuran dengan Arif.

Arif cuma bisa menatap mobil tersebut yang melaju dengan kecepatan sedang. Arif pun teringat kalau ia hendak menuju ke kantor KUA untuk mengurus pernikahannya dengan Eva.

"Astagfirullahaladzim." Arif mengusap wajahnya. Ia pun berjalan menuju ke mobilnya dan melanjutkan perjalannya menuju KUA.

Bukan Istri ImpianWhere stories live. Discover now