Kedatangan Tamu.

1 0 0
                                    

Akhirnya Arif dan Eva sampai di makam ibu mereka walaupun harus muter-muter mencari makam ibu mereka. Mereka berjongkok di depan makam ibu mereka. Arif menaruh kembang mawar di atas makam ibunya.

"Ibu, Eva punya bunga wangi sekali. Kakak membelikan untuk Eva." Eva memperlihatkan bunga yang ia pegang kepada papan nisan ibunya. Seolah almarhumah bisa melihat bunga tersebut dan mendengarkan perkataan Eva.

"Ibu juga dibelikan bunga sama Kakak, warnanya merah. Tapi banyak durinya, Eva takut kena duri." Eva bergidik ngeri.

"Eva doakan Ibu, ya. Agar Ibu tenang di alam baka," ujar Arif.

Eva mengangguk. Ia mengangkat kedua telapak tangannya dan mulai berdoa. Eva terlihat khusyu berdoa untuk ibu sambungnya. Entah apa yang ia pinta kepada Allah SWT untuk ibu sambungnya.

Arif sudah selesai berdoa. Ia mengajak Eva pulang.

"Kakak, besok ke sini lagi kita jenguk ibu," kata Eva ketika mereka dalam perjalanan pulang.

"Iya. Setiap hari kita ke sini sampai tujuh hari meninggalnya ibu," jawab Arif sambil fokus menyetir mobil.

"Beli bunga lagi untuk ibu," kata Eva.

"Iya," jawab Arif.

"Eva juga mau dibelikan bunga," kata Eva.

"Iya. Nanti Kakak belikan bunga untuk Eva," jawab Arif.

Wajak Eva pun berseri mendengar akan dibelikan bunga lagi oleh Arif.

***

Hari terus berlalu tidak terasa sudah hari ke delapan wafatnya almarhumah Anita. Tadi malam tahlil tujuh hari almarhumah ibunya. Sekarang Arif sudah harus kembali beraktifitas seperti semula. Ia harus melanjutkan hidupnya demi dirinya sendiri dan demi Eva. Serta masih banyak pembantu dan karyawan yang bergantung hidup pada Arif. Ia harus terus berjuang.

Seperti biasa setelah sarapan pagi Eva menagih untuk pergi ke makam ibu sambungnya. Namun, Arif menolak karena ia harus pergi ke toko bahan bangunan untuk membuka toko. Walaupun ia tidak melakukan apa-apa di toko tapi ia tetap harus mengawasi toko. Hari ini akan banyak barang yang datang, Arif harus mengawasi barang-barang yang dikirim oleh supplier.

Eva pun sedih karena tidak pergi ke makam. Sehingga ia tidak membeli bunga seperti biasanya.

"Eva mau bunga," kata Eva dengan sedih.

"Oh, Eva mau bunga? Nanti Kakak belikan bunga untuk Eva. Sudah jangan menangis lagi," ujar Arif.

Wajah Eva langsung berbinar mendengar perkataan Arif. Ia mengusap air matanya dengan tangannya.

"Eva mau bunga warna apa?" tanya Arif.

"Kuning," jawab Eva.

"Baiklah. Nanti Kakak belikan bunga berwarna kuning," ujar Arif.

Eva pun tersenyum senang karena akan dibelikan bunga berwarna kuning oleh kakak sambungnya.

"Sekarang Kakak pergi ke toko dulu, ya. Kakak harus mencari uang untuk Eva," ujar Arif.

"Untuk beli bunga?" tanya Eva.

"Untuk beli bunga, untuk makan juga dan untuk menggaji bibi-bibi," jawab Arif dengan sabar.

"Iya." Eva mengangguk tanda mengerti.

Arif pun bersiap-siap berangkat ke toko. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu mengucapkan salam di depan rumah.

"Assalamualaikum," ucap seseorang.

Mendengar ada yang mengucapkan salam, Arif pun berjalan menuju ke ruang tamu.

"Waalaikumsalam," jawab Arif. Arif mengintip dari balik vitrase, ia melihat ada beberapa buah mobil yang berhenti di halaman rumah dan di depan rumah.

'Siapa yang datang?' tanya Arif di dalam hati.

Arif membuka pintu. Ada beberapa pria dan wanita separuh baya berdiri di depan pintu. Arif mengenali wajah mereka. Mereka adalah ua-ua Eva dan paman serta bibi Eva.

"Silahkan masuk, Ua." Arif mempersilahkan ua-ua, paman dan bibi Eva masuk ke dalam rumah. Mereka menyalami Arif satu persatu kemudian masuk ke dalam rumah. Mereka duduk di kursi tamu.

"Sebentar saya panggilkan Eva dulu." Arif masuk ke dalam rumah untuk memanggil Eva. Tidak lama kemudian Arif kembali bersama Eva.

"Salam dulu sama ua-ua, paman dan bibi-bibi," ujar Arif kepada Eva.

Eva mencium tangan semua saudara kandung ayahnya.

"Itu kenapa wajahnya seperti habis menangis?" tanya Entin istri dari Saiful, kakak almarhum Syafrudin. Bekas Eva tadi menangis masih terlihat di wajah Eva.

Bukan Istri ImpianWhere stories live. Discover now