ROOFTOP GEDUNG STUDENT CENTER [CRAVESAN]

185 9 5
                                    

One-shot story by : cravesan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

One-shot story by : cravesan

————————————————————

Nara melangkah tergesa-gesa di undakan tangga menuju rooftop gedung student center siang ini. Dia ingin menemui Olan, pacarnya yang sedang nongkrong di sana, menurut info yang dia dapat dari teman-teman Olan di ruangan BEM.

“Kak Olan?” panggil Nara, sesampainya dia di puncak anak tangga.

Olan yang dipanggil kontan menoleh, seulas senyum lebar muncul di wajahnya kendati alisnya menukik dengan lipatan kening yang menjelaskan bahwa cowok itu sedang dalam masalah pelik. Pasti soal BEM, tebak Nara. Dia melangkah mendekat dengan tergesa.

“Hai sayang,” sapa Olan saat Nara sudah berada di hadapnnya. Seperti yang sudah-sudah dan merupakan kebiasaan Olan, cowok itu melingkarkan tangan di pinggang Nara dan menarik cewek itu untuk lebih dekat.

Dua anggota BEM lain yang juga ada di sana kompak mengalihkan pandangan, keduanya sudah khatam dengan tingkah Olan yang seduktif jika bersangkutan dengan Nara.

“Jangan peluk-peluk dulu, aku mau ngomong!” seru Nara sebal, ia mendorong dada Olan menjauh.

Olan menaikkan alis bingung, menuruti apa yang Nara mau meski tangannya tetap melingkar possessif di pinggang pacarnya.

“Ayo ngomong.”

“Minggu depan ada kompetisi programming via online, rencananya aku sama lima temen aku yang lain bakal ikut dan kampus kasih izin buat make sayap kiri gedung convention center, doain lancar ya Kak!” cerita Nara penuh semangat.

“Kamu keren sayang, selalu doa terbaik buat apa-apa aja hal positif yang kamu lakuin,” balas Olan tak kalah semangat, kendati ia tak bisa mengalihkan pandangan dari bibir plum Nara.

Sekilas Olan melirik dua temannya dan berdeham sebagai gesture mengusir mereka dari rooftop. Lalu Olan menarik Nara lebih dekat. “Now, can i kiss you babe?” bisik Olan tepat di depan bibir Nara.

“Tapi Kak ini di kampus.”

Olan tersenyum miring. “Tapi bibir kamu kayaknya udah siap buat dicium.”

Nara menyipitkan mata. Ia tak masalah dengan love language Olan yang kerap membuatnya meremang di tempat umum seperti di kampus yang masih dalam batas wajar. Tapi untuk cium-mencium Nara menolak dengan keras. Sebab, ia tak ingin terlihat oleh orang lain dengan bibir bengkak dan pipi memerah setiap kali habis ciuman dengan Olan.

“Kakak halu deh, mending nafsunya disimpen dulu buat nanti, aku masih ada kelas abis ini.” Nara beringsut menjauh dan melepaskan tangan Olan dari pinggangnya. “Aku pergi dulu ya.” Lantas, ia segera berlalu sembari melambaikan tangan pada Olan.

Amorist ProjectsWhere stories live. Discover now