•𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕿𝖎𝖌𝖆 𝕭𝖊𝖑𝖆𝖘*

1.3K 136 47
                                    

•𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕿𝖎𝖌𝖆 𝕭𝖊𝖑𝖆𝖘*

𝐀𝐧𝐲𝐞𝐨𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐰𝐚𝐭𝐝𝐡𝐢 𝐤𝐡𝐚 𝐤𝐨𝐧𝐢𝐜𝐡𝐢𝐰𝐚 𝐧𝐢 𝐡𝐚𝐨 𝐞𝐯𝐞𝐫𝐲𝐨𝐧𝐞!!

𝚂𝚘𝚛𝚛𝚢 𝚏𝚘𝚛 𝚝𝚢𝚙𝚘 𝚗𝚍𝚎?

»»————>𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰...

Ƈ

ι

ɳ

ԃ

ҽ

-

»»——❀ Ƈιɳԃҽ- ❀——««

Langit malam tiba dengan suasana sejuk dan sedikit rintihan air gerimis yang turun membasahi daerah hutan di sekitar tempat tinggal Ken.

Mengenai pembuatan tempe, kini tinggal me-wadahi dengan daun pisang. Yang membuat rusuh ialah, Evel sedari tadi menggerutu tidak jelas karena tidak bisa melipat daunnya dengan benar.

“Loh?! Kok daunnya sobek si?!”

“Ganti daun aja ih! Jaziel! Ambilin, kamu yang deket!”

Begitu terus sampai Jaziel sendiri dibuat emosi oleh Evel. Mungkin jika satu atau dua masih bisa di maklum, lah ini?! Sudah seenaknya memerintah, tidak memakai bahasa yang benar, bertambah kesal Jaziel.

Sedangkan Jerry memaklumi sifat Evel yang kekanak-kanakan ketika tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Evel karena tadi Ken sempat bercerita.

“Jaz ih! Ambilin!”

“Ck! Ambil sendiri ‘kan bisa! Masih punya tangan ‘kan? Gunain lah!”

“Heh!” tegur Jerry dengan menyenggol lengan kiri Jaziel yang memang, keduanya duduk bersebelahan.

Jaziel berdecak tetapi tangannya tetap mengambil daun untuk Evel. Ken bertambah tidak enak pada kedua anak kerajaan ini. Seharusnya, mereka tidak melakukan hal seperti ini.

“Maaf Pangeran, Putra.“

“Tidak apa-apa Bunda,” timpal Jerry.

Jaziel memutar bola matanya. Netranya melihat Jingga yang sangat teliti ketika mewadah-kan adonan tempe itu ke daun pisang. Mulut Jingga juga berkomat-kamit sembari menghitung kedelai yang dipindahkan ke wadah.

Meringis pelan tanpa suara, Jaziel ketika melihat Jingga. “Se-serius itu kah?

Pandangannya kembali jatuh ke Harsha fokus seperti Jingga, tetapi tidak dengan berkomat-kamit. Berulang kali, tangan kirinya yang tidak memegang adonan menghalau rambut yang menghalangi matanya.

Tiba-tiba ada tangan yang langsung menyelipkan rambut Harsha ke belakang dan mengikatnya dengan karet, itu Jerry. Jaziel sudah tahu itu, dirinya memutar bola matanya malas, lagi.

Sedangkan Harsha tengah mematung ketika tahu apa yang dilakukan Putra Mahkota pada dirinya. Merasa tidak ada pergerakan dari orang yang diikat rambut olehnya, Jerry mengusap tengkuknya.

“Maaf, tadi kulihat dirimu kesusahan melihat karena rambutmu menghalangi pandanganmu. Jadi, aku inisiatif untuk mengikatnya dengan gelangku yang kebetulan lentur,” jelas Jerry dengan tersenyum tipis, Jaziel bersedih dibuatnya.

Cinde- HIATUS! Where stories live. Discover now