1

6.8K 1.2K 99
                                    

Haiii

On going baru lagi. Ayo woro-woro ke sanak sodara. Yang pingin buru-buru, silahkan ke KK dan KBM. Masih gratis sampe jauh🤣 jangan lupa subscribe ama komen aja kalo ke sana. Tapi, babnya masih sama ya. Eke lagi usahain apdet tiap hari, makanya, ramein.

Jangan lupa follow eke, IG eke, sapa tahu terinspirasi asal bukan plagiat aja. Wakakak tau sendiri kan, ada penulis-penulis baru, gila daily apalah gitu, biar lancar dia comot-comot work orang, digabung dan diakui jadi punya dia.

Mantaf ga tu?

Di sini topiknya selalu mirip.

Tokoh utama bodoh n menye2.

Ada tokoh pembantu

Ada yang suka marah-marah

Ada yang bikin kita selalu dekat sama yang maha kuasa, soalnya nyebut mulu

Ada yang bikin bengek.

Betewe, bosen kaga sih, ceritanya begitu-begitu mulu?

***

1 Kasmaran Paling Depan

Hari Selasa di bulan Januari 2023 berlangsung seperti hari Senin yang nyata-nyata adalah musuh buat Kinara Kemuning. Alasannya? Dia selalu tiba paling telat, meski kenyataannya adalah satu menit sebelum tanda absen berakhir dia sudah setor wajah di sana. Namun, buat HRD cerewet bernama Umar Hasibuan, hal itu tidaklah benar. 

“Telat lagi. Rumah cuma selemparan kolor.” Umar yang pagi itu mengenakan kemeja slim fit biru dekil menurut Kinara, berdiri tidak jauh dari dirinya. Ruangan HRD entah kenapa diletakkan di sebelah mesin absen, seperti sebuah kesengajaan yang diatur, menurut Kinara lagi. Akan tetapi, kawan sebelah kubikel bernama Viena selalu berkata, dari awal berdiri, ruang HRD tidak pernah berpindah posisi. Justru mesin absen sengaja dipasang dekat situ supaya kroco-kroco gembel seperti dirinya dan Kinara tidak bisa kabur apalagi ketika jam tiga sore, saat mata sedang sepet-sepetnya dan mereka ingin kabur ke kedai bawah, sekadar beli kopi kekinian yang menurut Umar sebuah pemborosan.

“Beli aja yang rentengan. Harganya nggak lebih dari dua puluh ribu dan kalian sudah dapat selusin. Seduh sampai perut kalian kembung. Sisanya masih bisa dipakai buat kursus kepribadian.”

Ih. Kinara kesal sekali dengan Umar. memangnya dia setiap hari beli kopi kekinian? Lagipula, belinya juga di Maret-Maret, bukan di kedai kopi ternama. Dia belum rela beli kopi secangkir harga tujuh puluh ribu rupiah. Apalagi, Umar selalu mengata-ngatai penampilan Kinara yang menurutnya normal-normal saja. Katanya, Kinara terlalu cungkring. Ukuran pinggang dan dadanya terlalu tidak sesuai seperti tubuh wanita. Hal itu seolah membuat Kinara bahkan tidak mengerti pembagian proporsi badan sendiri, karena seharusnya menurut pengamatan Umar, pinggang haruslah lebih kecil daripada dada. Akhirnya, mereka hampir bertengkar dan segera saja pura-pura sok akur karena di saat yang sama, Nyonya Reva Dierja datang bersama anak tunggalnya untuk memantau. 

Tapi, lagi-lagi, Umar menuduh kalau Kinara yang masuk ke perusahaan itu lewat jalur KKN, sengaja memanggil bos mereka tersebut demi mempermalukan dirinya. Untung saja, perut mengalahkan logika dan Kinara melengos pergi menuju kantin pegawai bersama Viena meninggalkan sang HRD nyinyir yang langsung mati kutu karena langsung diminta menemui bos sesegera mungkin.

Hanya saja, keberuntungan tidak selalu berada di pihaknya dan seperti pagi ini, Umar menginterogasi Kinara seperti dia baru saja maling ayam tetangga. Siapa yang tidak sebal, coba? Bokongnya bahkan belum menempel di kursi kerja dan kini, Kinara sempat mengintip Viena memukul dahi karena bisa-bisanya, dia kena tangkap si Umar lagi.

“Bukan rumah saya, Pak. Rumah kontrakan.” Kinara membela diri. Dia mana punya duit buat membeli rumah sederhana di Jakarta. Tapi, baik dirinya dan Mayang telah bersatu padu menabung supaya mereka bisa tinggal layak dan membawa ibunya keluar dari rumah keluarga Dierja. Sudah sepatutnya wanita yang telah melahirkan mereka itu menikmati hidup. 

Kasmaran Paling DepanΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα