Masih magang, pasti berat, pikirnya.

Denting lift berbunyi saat lift sampai di lantai 1. Keduanya saling membungkuk sebelum bergantian keluar dari lift. Jaeyun keluar lebih dulu tapi langkahnya ia perlambat. Entah mengapa dia sedang ingin mengamati pria bernama Kim Sunoo itu.

Melihat pria itu, Jaeyun seperti merasa melihat dirinya sendiri beberapa tahun silam. Ketenangannya seolah tengah menutupi rasa sedihnya. Satu kata yang menggambarkan pria itu, sendu. Seperti hujan di penghujung musim gugur.

Dan saat ini sedang hujan. Hujan yang tidak terlalu deras, hanya gerimis tapi rekat, terlihat indah seperti tirai raksasa.

Di tengah pemandangan hujan itu lah, Jaeyun menemukan sosok lain bagai salju pertama di musim dingin. Pria itu entah mengapa di satu sisi sangat mirip dengan Sunghoonnya.

Keduanya berdiri bersandingan menghadap tirai hujan. Jaeyun berhenti berjalan untuk menyaksikan betapa keduanya sangat melengkapi satu sama lain. Ia seperti melihat portret dirinya dan Sunghoon dengan usia yang lebih muda.

Senyumnya tanpa sadar mengembang saat melihat keduanya saling menoleh hingga bertemu pandang. Waktu bahkan seolah berhenti saat mereka saling bertatapan. Rasanya dada Jaeyun berdesir melihat keduanya yang begitu cocok bersanding. Ia tiba-tiba membayangkan di masa depan keduanya akan saling jatuh cinta, hingga menikah seperti dirinya dan Sunghoon—

"Jaeyun hyung!"

Jaeyun seolah tersadar dari lamunannya. Pria yang bagaikan salju pertama itu ternyata Nishimura Riki, yang kini berbalik menghampirinya. Sedangkan karyawan magang itu tampak berlalu pergi menerjang hujan dengan sebuah payung hitam. Waktu kembali berjalan normal.

"Riki? Kenapa kau disini?" tanyanya bingung. Seingatnya dia tidak ada janji dengan mahasiswa tingkat satu ini.

Riki malah balik menatapnya dengan alis naik sebelah. "Kau sendiri yang mengajakku makan ichiran hari ini lewat chat."

"Hah? Kapan? Tidak tuh."

Riki yang sedikit kesal pun mengeluarkan ponsel dari sakunya, lalu memperlihatkan room chat nya dengan Jaeyun.

"Tengah malam kau tiba-tiba mengirim pesan ini padaku, Hyung."

Jaeyun mengambil ponsel itu untuk membacanya dengan seksama. Semakin dibaca ia semakin bingung. Benar juga, dia yang mengajak Riki makan ichiran duluan, dikirim pukul 1 lewat tengah malam. Padahal dirinya sudah tidur lelap sejak pukul 10 karena kelelahan sehabis pulang dari kantor dan bebersih rumah.

Tidak mungkin kan dia mengetik ini saat ngelindur? Ketikannya terlalu rapi dan jelas. Eh? Ini seperti bukan cara typingnya? Apa jangan-jangan Sunghoon?

Senyum Jaeyun terbit begitu dia berhasil menyambungkan benang merah. Melihat sikap Sunghoon tadi yang seolah tau sesuatu dan pesan ini, Jaeyun yakin pasti semua ini rencana Sunghoon.

Ck, suami macam apa yang membiarkan pasangannya sendiri ichiran date dengan seorang lelaki lajang.

"Kubilang juga apa, kau yang duluan mengajakku, Hyung," kata Riki yang dengan seenaknya sendiri menafsirkan senyuman Jaeyun. Well, Jaeyun sendiri tidak keberatan Riki menyimpulkan seperti itu. Biarlah dia sendiri yang merasakan kupu-kupu beterbangan di perutnya karena Sunghoon.

"Kau kemari dengan apa?" tanya Jaeyun sambil menoleh kesana kemari mencari kendaraan Riki.

"Itu." Riki menunjuk sebuah motor gede berwarna hitam yang terparkir tak jauh darinya.

Dagu Jaeyun jatuh. Tidak menduga Riki akan membawa kendaraan roda dua, bukan roda empat yang dia bayangkan.

"Itu milikmu?"

He is my wifeWhere stories live. Discover now