The CURSED

173 33 36
                                    

The CURSED

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

The CURSED

Jatuh cinta bukan dosa, tetapi jika cinta yang bersemi dianggap melanggar batas atau melanggar pantangan, jangan berharap bunga-bunga asmara itu akan dibiarkan bermekaran dengan leluasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jatuh cinta bukan dosa, tetapi jika cinta yang bersemi dianggap melanggar batas atau melanggar pantangan, jangan berharap bunga-bunga asmara itu akan dibiarkan bermekaran dengan leluasa.

Ziris Mahoon dan Orlando Flamboo, sepasang kekasih dari Negeri Earthland, telah dikutuk menjadi mistletoe dan mistletoebird karena benih-benih asmara yang mereka semai melintasi pulau kembar merupakan pelanggaran besar.

Sepasang pulau kembar di Earthland: Maniaru dan Niaruma adalah dua pulau yang mana para penduduknya menganut peradaban sangat bertolak belakang dan memiliki pandangan sangat berbeda terhadap mistletoe.

Di Maniaru yang primitif, kolot, dan sangat percaya takhayul, mistletoe dianggap sebagai tumbuhan hama yang memiliki kekuatan mistis. Kerap digunakan para penyihir sebagai media untuk menyakiti orang lain atau untuk membuat ramuan beracun. Di sini, mistletoe sangat diharamkan. Bahkan mistletoebird yang secara alami berperan besar membantu menyebar biji-bijinya sehingga tumbuhan itu bisa berkembang biak pun turut diburu.

Sementara itu di Niaruma yang lebih modern dan berpandangan terbuka, meskipun mistletoe awalnya juga dianggap sebagai tumbuhan hama, tetapi ilmuwan dari pulau tersebut berhasil menguak fakta bahwa mistletoe juga memiliki banyak manfaat baik jika diolah dengan benar, di antaranya adalah sebagai bahan obat-obatan herbal, daun dan batang bisa diseduh menjadi teh, dapat meredakan stres dan kecemasan. Penduduk Niaruma juga memiliki tradisi menggunakan mistletoe sebagai hiasan natal. Mereka pun percaya bahwa berciuman di bawah mistletoe bisa membawa kebaikan bagi kisah asmara mereka.

Wilayah Maniaru selalu kelam karena kabut menyelimuti sepenjang waktu, sedangkan Niaruma selalu bermandikan cahaya.

Malam ini, di hutan Maniaru, di bawah hujan salju, segerumbul tanaman mistletoe yang nyaris sepuluh tahun telah berakar di sudut dahan besar sebuah pohon raksasa terlihat tidak seperti biasanya.

Setahun sekali, daun yang seharusnya tetap hijau sepanjang musim pasti berubah tepat di tengah malam menjelang Hari Raya Natal. Hijau segar menjadi kecokelatan, buah putih berganti warna merah, getah lengket mencair licin seperti air membasahi daunnya.

Seekor mistletoebird tampak melayang mengitari sambil sesekali mematuk sayang, bulu-bulu sayap pun kerap menyentuh lembut.

"Zirisku yang malang, aku sungguh tidak ingin lagi melihatmu menangis," ujar mistletoebird jelmaan Orlando dengan suara lembut, lalu hinggap di dahan dan mengusapkan kepala ke daun-daun mistletoe.

Suara parau perempuan terdengar, "Aku pun tidak ingin seperti ini, tetapi apa dayaku untuk menghentikannya? Jangan sedih, hanya setahun sekali aku sungguh tidak apa-apa."

"Aku akan berusaha lebih keras lagi untuk membawamu keluar dari sini---"

"Tidak!" Ziris berkata tegas, lalu menambahkan dengan nada mengiba, "Aku mohon jangan. Mereka belum menyerah memburumu. Aku tidak mau kamu celaka. Kalau sampai terjadi hal buruk kepadamu, bagaimana nasibku nanti? Aku sungguh tidak sanggup membayangkannya."

"Kamu hanya perlu ada di tempat yang tepat supaya bermanfaat, Ziris, Sayang."

"Jangan lakukan hal bodoh, Orlando. Untuk mencapai tempat yang tepat itu, kamu bisa saja mati di tangan pemburu atau Cenayang Merah. Daripada harus kehilanganmu, aku lebih baik tetap menjadi seperti ini ...."

Mistletoebird itu tidak berdaya mendengar suara sang kekasih yang mengiba. Dia perlahan merebahkan diri dengan kepala berbantalkan daun-daun mistletoe. Sayap-sayapnya mengusap lembut permukaan daun yang terus mengalirkan cairan bening. Cairan bening yang bahkan tidak membeku di suhu yang mencapai minus.

Maafkan aku. Andai saja aku tidak pernah mengajakmu untuk melanggar pantangan itu.

Penyesalannya begitu dalam, tetapi keinginan untuk mematahkan kutukan selalu terkendala oleh rasa takut jika pada akhirnya hanya kegagalan yang akan didapat.

Peristiwa malam itu pun secara perlahan kembali terbayang, menari-nari di pelupuk mata, membuat penyesal pun semakin tak terperi.

Tanggal 24 Desember menjelang tengah malam, Ziris secara diam-diam meninggalkan rumah untuk pergi ke hutan menjumpai Orlando, pemuda Niaruma yang memang kerap diam-diam datang menyusup ke Maniaru untuk menyelamatkan para mistletoebird.

Ziris adalah satu-satunya penduduk Maniaru yang pernah memergoki Orlando. Awalnya Ziris takut padanya karena berpikir pemuda tukang menyusup itu pasti jahat. Namun, setelah saling mengenal Ziris pun terpikat oleh ketampanan Orlando dan mengagumi kepribadiannya yang penuh welas asih. 

"Orlando!"

Ziris celangak-celinguk sambil memanggil karena Orlando yang seharusnya sudah menunggu ternyata tidak tampak di mana pun. Namun, ketika tatapannya membentur salah satu pohon dan mendapati anak panah, senyumnya langsung terkembang.

Gadis itu pun melangkah mengikuti anak panah yang tertoreh di pepohonan. Di ujung perjalanan didapatinya Orlando tengah berdiri menunggu di bawah pohon besar yang ditumbuhi banyak mistletoe, menjuntai hingga nyaris menyentuh kepalanya. Pun ada dua batang lilin menyala yang diletakkan di bagian batang pohon yang menonjol.

Orlando membuka kedua tangannya sambil berkata, "Selamat datang, Sayang."

"Orlando, aku merindukanmu." Itulah kalimat pertama yang Ziris ucap begitu sampai di pelukan Orlando. Ketika menatap mata sang kekasih, dia berkata lembut, "Selamat Hari Natal."

"Selamat Hari Natal juga. Semoga damai dan kasih natal senantiasa menyertai kita semua."

"Amin."

Setelah itu, keduanya tergelak bersama sambil berpelukan erat. Ketika tanpa sengaja melihat ke atas, Ziris akhirnya teringat apa yang dia pikirkan saat melihat mistletoe itu untuk pertama kali tadi.

"Apa yang kamu lakukan berdiri di bawah tanaman itu?"

Orlando melepas pelukan, lalu membingkai wajah Ziris dan menatapnya lembut. "Ada tradisi unik di Niaruma, sepasang kekasih yang berciuman di bawah mistletoe pada hari natal tidak akan pernah terpisahkan."

Mata Ziris membola. "Benarkah?" Setelahnya wajah gadis itu sedikit menjadi sendu, lalu berkata dengan nada protes, "Begitu banyak manfaat mistletoe di Niaruma, kenapa baru memberi tahuku tentang yang ini sekarang?"

Sambil tertawa ringan Orlando mengusap ujung hidung sang kekasih menggunakan ujung hidungnya. "Karena baru kali ini aku berkeinginan untuk melakukannya. Apa kamu berani?"

Tanpa berpikir lagi Ziris pun berkata, "Jika akan membawa kebaikan, tentu saja aku berani."

Alih-alih bahagia karena Ziris menyambut antusias, Orlando justru tertegun. Dia tidak menyangka Ziris begitu naif, memercayai semua ucapannya. Bahkan tanpa ragu bersedia melanggar pantangan yang sudah mendarah daging di Maniaru: memanfaatkan tanaman hama mistletoe adalah pamali.

Sebelum Orlando selesai dengan pikirannya, Ziris tiba-tiba sudah menciumnya dan pada saat itu juga guruh menggelegar dan seberkas cahaya merah mengurung mereka.

Dari ketiadaan terdengar suara perempuan berseru, "Cinta bukan dosa, tetapi apa yang telah kalian lakukan merupakan pelanggaran besar. Mistletoe tidak akan pernah membawa kebaikan. Jika kalian mampu membuktikan bahwa tanaman hama itu berguna, secara alami kutukku akan sirna."

Sinar merah dan suara itu lenyap bersamaan dan yang tertinggal di atas hamparan salju hanyalah sebutir biji mistletoe dan mistletoebird yang celangak-celinguk bodoh.

[Bersambung]

[1008 kata]

The RIGHT PLACE Where stories live. Discover now