04 : Menyapa 🔞

41 2 0
                                    

__________

Mencoba resep masakan baru adalah kegiatan Yura setelah ia tidak lagi bekerja sebagai seorang jurnalis.

Setelah kehamilannya mulai menginjak usia lima bulan, Yoongi meminta sang istri untuk berhenti bekerja dan fokus pada buah hati mereka.

Yura cukup menikmati masa-masa kehamilan dengan melakukan beberapa kegiatan positif, salah satunya, ya dengan memasak. Meski sering rindu dengan kegiatan jurnalis, ia harus menahan setidaknya sampai bayinya lahir dan agak besar sedikit.

"Ini aku udah mau sampai rumah."

Yura memasukkan sesendok teh garam dan penyedap rasa pada opor ayam yang ia buat. Lalu mengalihkan ponsel pada telinga kanan. "Makan malam juga udah siap, baru aja mateng," ucapnya.

"Rajin banget, padahal rencana mau ngajak makan di luar."

"Jangan deh, kamu capek pasti habis perjalanan." Yura menyesap sedikit kuah opor ayamnya. Menaruh masakan itu di mangkok, sebelum menatanya di meja makan.

"Ya udah, tunggu di rumah kalau gitu."

"Iya, Yoon."

Ingin menutup panggilan telepon, Yoongi justru memanggil Yura dengan amat pelan dan lembut.

"Kenapa?" tanya Yura.

"Lagi pengen."

"Pengen apa?"

"Nanti aja," jawab Yoongi.

ִֶָ 𓂃⊹ ִֶָ


Yoongi merebahkan tubuh lelahnya di ranjang. Mencoba meredakan denyut kecil di kepalanya yang mulai terasa mengganggu.

Pintu kamar terbuka, sosok Yura datang membawa tumpukan pakaian yang sudah ia setrika

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pintu kamar terbuka, sosok Yura datang membawa tumpukan pakaian yang sudah ia setrika. Melihat sang suami yang terpejam dengan masih mengenakan kemeja membuatnya harus menghela napas.

"Sayang, mandi dulu terus makan, baru tidur." Yura mendekat. Menggoyangkan bahu Yoongi agar terbangun.

"Bentar doang," cicit Yoongi. Lelaki itu justru membawa tangan Yura untuk digenggam.

Hening.

Sampai Yoongi bergerak memiringkan tubuhnya dengan mata yang perlahan terbuka, menatap sang istri yang sedang memainkan ponsel. Satu tangannya ia gunakan untuk menopang kepala.

Yoongi menghela napas, sebelum menarik pelan tubuh Yura hingga terjatuh ke ranjang bersama lelaki itu.

"Kangen," bisiknya. Jemari Yoongi mengusap lembut pipi Yura.

Terjadi dengan begitu saja. Ketika Yoongi mulai merunduk dan mendaratkan kecupan pada bibir Yura tanpa berhenti mengusap pipi wanita itu.

Sementara Yura sudah mulai membalas, mengalungkan kedua tangannya pada leher Yoongi dan membiarkan sang suami melucuti pakaiannya dengan mudah.

"Sayang." Yoongi menggigit daun telinga Yura. "Dia sudah menendang berapa kali?" tanya Yoongi.

"Sekarang sudah mulai bergerak aktif dan tidak terhitung lagi berapa kali dia menendang."

Tatapan Yoongi mulai berkabut akan keinginan untuk hal yang lebih. Ia juga tidak menghindar saat jemari lentik sang istri ikut membuka kancing kemejanya, lalu beralih pada risleting celana.

Mereka sama-sama merindukan satu sama lain dan perlahan mulai menyatukan kerinduan itu di atas ranjang yang hangat. Saling merekat dan tak memberi celah pada apapun yang ingin menghalangi.

Yoongi dengan begitu mudah membalik tubuh Yura dan memeluknya dari belakang. Menempelkan kedua telapak tangannya pada buah dada Yura yang semakin hari tampak berisi karena kehamilannya yang sudah memasuki trimester terakhir.

"Yoongi-ah."

"Hm?" Suara Yoongi mulai terdengar serak. Disela ia mengentak di bawah sana, lelaki itu masih berusaha mengendalikan hasratnya agar tak terlalu menyakiti bayi mereka. "Kau merasa tidak nyaman?" tanyanya.

Yura menggeleng.

Ia masih bisa menikmati malam ini, meski tidak bisa melihat wajah Yoongi secara langsung.

"Ingin berganti posisi?" Yoongi tetap berusaha membuat Yura nyaman.

Kali ini, Yoongi bergerak untuk menarik kaki Yura ke tepi ranjang. Mereka melakukannya dengan Yura yang berbaring dengan kaki bergelayut di pinggir ranjang.

"Yoon," lirih Yura. Pandangannya yang berkabut masih dapat melihat bagaimana sang suami yang sudah berpeluh.

"Kau menikmatinya?" Yoongi menyapukan jemarinya pada pipi hangat Yura. Kemudian lelaki itu mengusapnya dengan hati-hati.

"Aku hampir sampai."

Yura meremas seprai di bawah tubuhnya lebih kuat ketika ia merasa sesuatu hampir sampai pada puncaknya.

"Tahan dulu, aku juga hampir," geram Yoongi.

Sampai akhirnya, mereka melakukan pelepasan bersama-sama.

ִֶָ 𓂃⊹ ִֶָ

Sama-sama lelah.

Kedua pasangan suami istri itu akhirnya memutuskan untuk tidur setelah berganti piyama.

Yura tau, dirinya akan lebih lama terlelap dibanding Yoongi karena kehamilannya yang sering membuatnya susah tidur. Ia merasakan tangan Yoongi yang mulai turun, tidak lagi memijat punggungnya dan dengkuran kecil mulai terdengar.

Ia berbalik badan, mencari posisi nyaman pada dada bidang sang suami. Menghirup aroma tubuh maskulin milik Yoongi yang selalu ia rindukan.

Diam-diam, Yura memang hanya berpura-pura tidur ketika Yoongi bergerak untuk mengambil ponsel yang bergetar di atas nakas.

Lelaki itu terdengar berdecak, menyipitkan mata sebelum mengangkat panggilan telepon dari seseorang.

"Apa?"

"Yoon, aku kangen."

Yoongi tegang untuk sesaat, sebelum ia menunduk untuk melihat wajah tenang Yura yang masih terlelap.

"Nggak ada hal lain yang harus aku dengar lagi, kan? Aku mau tidur, capek."

"Kamu menghindar kemarin, ada apa?"

"Bukan urusan kamu, El."

Setelahnya, lelaki itu kembali menaruh ponsel. Kantuk yang menyerang sudah menghilang begitu saja, Yoongi justru turun dari ranjang meninggal Yura yang ia kira sudah tertidur.

Sementara Yura termenung setelah Yoongi keluar dari kamar mereka. Berpikir, siapa yang barusan mengatakan merindukan Yoongi selain dirinya.

ִֶָ 𓂃⊹ ִֶָ

Begin AgainWhere stories live. Discover now