•𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕾𝖊𝖕𝖚𝖑𝖚𝖍*

1.5K 150 29
                                    

•𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕾𝖊𝖕𝖚𝖑𝖚𝖍*

𝐀𝐧𝐲𝐞𝐨𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐰𝐚𝐭𝐝𝐡𝐢 𝐤𝐡𝐚 𝐤𝐨𝐧𝐢𝐜𝐡𝐢𝐰𝐚 𝐧𝐢 𝐡𝐚𝐨 𝐞𝐯𝐞𝐫𝐲𝐨𝐧𝐞!!

𝚂𝚘𝚛𝚛𝚢 𝚏𝚘𝚛 𝚝𝚢𝚙𝚘 𝚗𝚍𝚎?

»»————>𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰...

Ƈ

ι

ɳ

ԃ

ҽ

-

»»——❀ Ƈιɳԃҽ- ❀——««

Pagi hari datang menyambut hari yang kemaren sudah di lalui, diganti dengan hari sekarang. Disaat yang lain ingin persiapan untuk mengikuti kelas latihan bela diri, Jaziel malah berada di belakang istana duduk termenung di ayunan.

“Hei! Enggak bagus pagi-pagi ngelamun!” tegur Jerry yang baru saja sampai. Mendudukkan tubuhnya di ayunan sebelah ayunan yang ditumpangi Jerry.

Jaziel menoleh sebentar, lalu mukanya kembali melihat ke depan yang ada sungai mengalir dengan tenang. Menghela nafas pelan dan menundukkan kepalanya mengingat hal yang terjadi tadi malam.

“Zion anjing! Anak lo tolol banget sumpah!” bentak Faric menatap permusuhan pada Zion, bukan Jaziel.

Tangannya mengusap wajahnya gausar. Menatap tajam anak bungsunya yang tidak tahu diri malah membuat suasana menjadi tegang. Yang ditatap menundukkan kepalanya tansda rasa bersalah.

“Yon! Gue enggak mau tahu! Pokoknya anak lo harus tanggung jawab!”

“Permisi”

Guntur masuk dengan Farel yang dipelukannya. Tubuh Farel tambah bergetar saat tahu ayahnya ada di istana dan sedang mengepalkan tangannya tanda emosi.

Dengan sigap, Guntur mengelus punggung kecil Farel, membuat Farel semakin beringsut masuk ke pelukan Guntur. Jaziel yang melihat pujannya sedang dipeluk oleh orang yang telah merusak  orang tercintanya itu, mengepalkan tangannya dan berdiri, langsung menarik Farel untuk masuk ke pelukannya.

Farel berontak ketika tahu siapa yang menariknya. Sedangkan Guntur hanya pasrah dengan tersenyum tipis pada Farel. Seolah berbicara jika dirinya akan baik-baik saja. Melihat itu, Farel menunduk dengan perlahan melepas pelukan Jaziel.

Paham situasi, Jaziel mengepalkan tangannya. Mencoba tidak mengeluarkan amarahnya jika saja Bundanya, Aurora tidak mentapnya tajam. Dan menyuruhnya duduk.

“Apalagi ini?” tanya Faric memijat pelipisnya yang mulai pusing.

“Mas! Duduk dulu.” Faric menghela nasaf mendengar teguran dari istrinya.

Saat suasana mulai membaik, Guntur berlutut di depan Faric dengan menunduk. Karena posisinya mereka sedang di ruang utama kerajaan, Faric duduk di samping ayah Guntur. Beruntung mejanya memang ada kecil tetapi berada di tengah-tengah.

Se-sebelumnya saya benar-benar meminta maaf atas kelancangan yang saya lakukan terhadap putra anda, Tuan,” kata Guntur dengan bahu yang mulai bergetar. Kilatan tajam dari mata Faric menyelidik apa yang dikatakan si sulung kerajaan ini.

Cinde- HIATUS! Where stories live. Discover now