UMI

712 25 0
                                    

"Terdiam melamun akan membuat mu semakin terpuruk."

~Raina~

"Menerima suatu kenyataan itu harus dengan ikhlas kan?"

~Fauzan~

_____________happy baca_____________

Kini di dekat aula asrama santri putra terlihat seorang lelaki tampan yang sedang termenung disana.

"Brooo, ente gapapa kan?" tanya teman lelaki itu.

"Za, kok perasaan gw ga enak ya?" tanya Fauzan kepada teman nya.

"Kenapa? Kangen sama istri lo?" ejek Eza

Yaps benar saja, Eza adalah salah satu teman Fauzan di pondok itu. Tapi.. Umur Eza lebih tua satu tahun.

Eza memang mengetahui soal pernikahan Fauzan, tapii ia selalu tutup mulut soal itu, karna Fauzan sendiri yang meminta nya.

"Ya gak lah"

"Zann, Zann, di panggil Ndalem Zan" pekik salah satu santriwan berlari ke arah Fauzan.

"Hah? Kenapa?"

"Mana gw tau"

"Yaudah syukron info nya"

"Na'am"

"Udah cepet kesana Zan, barangkali aja lo bisa berduaan sama istri lo"

Lagi dan lagi, semenjak Eza tau jika Fauzan sudah menikah ia selalu mengejek nya.

"Paan sih, ana duluan assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

"Yang udah nikah mah enak ya" gumam lelaki itu menatap punggung Fauzan yang sudah jauh.

                                           ***

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum bu Nyai"

"Waalaikumsalam, masuk nduk"

"Nggeh Bu Nyai, enten nopo?" tanya Fauzan.

"Nduk, Saya tadi habis di telfon kakak kamu, katanya kamu di suruh di rumah sakit nduk, umi kamu nge drop" jawab Nyai Halimah membuat Fauzan terkejut.

"K-kapan kakak t-telfon bu Nyai?"

"Baru saja tadi ini, mangkanya saya manggil kamu, udah nduk cepet kesana sudah di tunggu loh"

"Syukron Bu Nyai"

"Nggeh, mau di antar sama kang Umar?" tawar Nyai Halimah.

"Tidak merepotkan Bu nyai?"

"Yo ndak toh nduk, udah gapapa"

"Sekali lagi syukron Bu Nyai"

"Nggeh nduk, semoga Umi sampean cepat sembuh nggeh, titip salam dari saya ya"

"Nggeh Bu Nyai"

                                            ***

Kini terlihat seorang lalaki berpeci menggunakan baju koko dan bersarung itu tengah berlari larian di lorong rumah sakit.

Dengan tergesa gesa ia segera menuju ke ruangan sang Umi nya.

Saat sampai di sana, terlihat di depan ruangan itu sudah ada Sang kakak dan kakak ipar nya, serta paman dan bibi nya.

"K-kak Nay U-umi"

"Umi kritis dek" lirih Naya

"Ya Allah"

FAURAI [END] Where stories live. Discover now