Prolog

24 4 0
                                    

Harapan baru lahir dari abu harapan lama yang terbakar habis.

Aku menyerah kepada apa yang pernah membuatku bersemangat.

Aku juga merasa pada akhirnya aku menemukan tempatku seharusnya.

Tapi pada akhirnya, ada harga yang harus dibayar sebagai ganti dari bakat.

Tapi apakah harga itu benar-benar sesuai?

Aku tidak tahu.

Atu mencoba berhenti peduli.

Aku hanya bisa meratap sambil membayangkan hari-hari yang hanya berupa ilusi.

🥞

"Selesai."

Dia bisa merasakan tangan orang yang lebih tua darinya mengacak pelan rambutnya.

"Berat," batinnya.

"Bagus, seperti biasa campuran warna yang kamu gunakan terlihat cantik," dia mengalihkan pandang ke lukisan yang anaknya buat. "Kamu bisa beristirahat kali ini."

"..."

"Apa ada yang mau kamu katakan?"

"..."

Ayah itu, mengetahui sifat anaknya. Tampaknya dia akan bertanya sesuatu sebelum akhirnya menelannya. Lagi. Sungguh sebuah kebiasaan buruk.

"Tidak ada, terima kasih."

Membawa lukisannya naik ke lantai atas, dia hanya bisa menahan keinginannya. Lagipula kemungkinan besar ayahnya tidak mungkin mengabulkannya secara cuma-cuma. Apalagi jika itu menyangkut kakaknya.

'Panjang umur.'

Kamar kakak perempuannya tiba-tiba terbuka dan menampakkan kakaknya yang hendak keluar kamar.

"Akito?" Keheranan muncul di wajah kakaknya sebelum akhirnya tersapu dan menjadi kekesalan. Dia menatap apa yang kakaknya tatap di tangannya sendiri. "Begitu, pantas saja."

Tanpa membuang banyak waktu, dia berjalan sambil menunduk melewati kakaknya. Tidak ada yang bisa dibicarakan lagi.

"Enak sekali ya, jadi dirimu?"

Menghiraukan perkataannya, dia membuka pintu kamarnya dan menutupnya.

Tanpa ada jeda waktu dia menaruh kanvas yang dia pegang ke lantai secara semena-mena, lalu bersandar di pintu. Dia perlahan merosot sebelum akhirnya memeluk dirinya sendiri.

Hari inipun warnanya masih tidak bisa dia temukan.

🥞

Setelah aku sadari, hanya warna orang lain yang menempel kepadaku.

Sedangkan warnaku sendiri, perlahan kulupakan namanya.

Apa yang membuat bakat ini bisa benar-benar kusebut bakatku?
.
.
.
.

Bersambung...

Midnight GhostWhere stories live. Discover now