Naruto telah melindungi keluarga Hyuuga sejak delapan tahun terakhir dan berhasil membawa Hyuuga ke masa kejayaan. Sebelumnya dia tak pernah mengajukan permintaan yang begitu sulit untuk dipenuhi, namun sekarang dia meminta sebuah pernikahan dengan putri Hyuuga satu-satunya.

"Jika kau menginginkan jadi bagian dari Hyuuga, sepupuku memiliki seorang putri yang sama cantiknya." Hiashi tak bisa membatalkan perjanjian pernikahan Hinata dengan Otsutsuki Toneri sebab ada kesepakatan pembagian wilayah kekuasaan dan harta warisan yang sangat besar dibalik pernikahan itu.

"Apa kau ingat janjimu saat memintaku menjaga keluargamu?" Naruto ingat dengan baik tiap kalimatnya hingga detik ini, meski delapan tahub telah berlalu. Pria tua itu bersumpah akan memenuhi semua keinginannya. "delapan tahun berlalu dan janjimu sudah jadi angin lalu?"

"Datanglah di Sabtu pagi, akan kupertemukan dirimu dengan putri dari sepupuku itu." Ucap Hiashi menutup pembicaraan.

Naruto hanya mengulas senyum simpul di bibirnya. "keluarga Sarutobi menawarkan kerjasama yang lebih hangat kepadaku musim dingin lalu, mereka menginginkan diriku dan semua samuraiku bekerja di wilayah Barat."

Hiashi terkesiap mendengarnya, Sarutobi adalah keluarga daimyo yang memimpin wilayah Barat Kyoto saat ini, meski wilayah kekuasaannya tak sebesar Hyuuga, mereka adalah klan yang cukup kuat dan sesungguhnya telah lama menjadi sebuah ancaman bagi Hyuuga.

"Mereka berani membayarku lebih dari tiga ratus keping, lebih dari omong kosong yang kau ucapkan padaku delapan tahun lalu demi membawa mereka pada kejayaan yang sama dengan Hyuuga." Naruto akan menutup tawar menawarnya sekadang. "ku katakan akan menjawab tawaran itu setelah menemuimu malam ini, jadi sekarang keputusan ada di tanganmu, Hiashi-sama."

Hiashi tahu Naruto tak pernah mengucapkan omong kosong di hadapannya, jadi tawaran dari keluarga Sarutobi ia yakin benar adanya.

"Apa kerjasama kita harus berakhir malam ini, atau akan berlangsung selamanya setelah kau memenuhi permintaanku?" Naruto menatap bola mata amethyst Hiashi lekat-lekat dan bicara soal keseriusannya.

Hiashi memijat kepalanya dengan pelan mendengar hal itu.

"Kau jangan khawatir, aku tidak ingin bergabung di keluarga ini, namun aku ingin putrimu jadi istriku." Naruto akan berikan waktu untuk Hiashi membatalkan urusan dengan Otsutsuki.

Pria itu lalu beranjak dari lantai kayu dan berpamitan. "terima kasih jamuan tehnya, Hiashi-sama."

Naruto melangkah keluar dari ruangan itu, langit sudah mulai gelap sekarang. Dia meletakan katananya di lipatan ikat pinggang dan melangkah menyusuri lorong mansion yang sudah ia hapal betul posisinya.

Dalam perjalanannya menuju keluar, dia mendengar suara lembut seorang gadis terkekeh pelan dari salah satu sudut rouka dekat halaman belakang, dia menoleh dan mendapati Hinata ada di sana bersama pelayannya, nampak sedang membicarakan sesuatu seraya mengibaskan kipas kayu dengan lembut ke wajah cantiknya.

Naruto tak mengatakan apapun, namun hanya mengulas senyum tipis di bibirnya.

"Selamat sore, Naruto-sama." Sapa pelayan tua itu dengan ramah begitu menyadari seseorang berdiri di dekat pintu geser.

Hinata ikut menoleh saat mendengar nama pria itu disebutkan dan turut tersenyum seraya mengundukan pandangan dengan sopan.

Naruto tak menjawab salam dari pelayan, matanya hanya tenggelam menatap amethyst gadis itu yang tengah menoleh ke arahnya.

Sesungguhnya mereka tak pernah benar-benar saling mengenal, tak pernah pula saling bicara selama delapan tahun Naruto menjaga keluarga ini, namun kesialan menimpanya tahun lalu, ia terluka parah sekembalinya dari memperluas wilayah kekuasaan keluarga Hyuuga, kemudian dirawat di mansion ini.

Saat itulah kali pertama mereka mulai saling mengenal, gadis itu telah merawat luka tebasan katana di punggungnya selama empat belas hari penuh.

Sayangnya semua berakhir di malam ke empat belas itu, mereka tak lagi saling bertemu sebab Naruto punya banyak pekerjaan yang harus diurus namun malam-malam perbincangannya dengan gadis itu ternyata membekas lebih lama dari perkiraan sehingga ia meminta pernikahan itu kepada Hiashi.

Gadis itu mungkin akan terkejut jika nanti tahu soal permintaannya ini, sebab ia tak memberitahu gadis itu soal keinginannya menikah, soal dirinya yang jatuh cinta setelah luka di punggungnya pulih sempurna.

Namun memang itu yang Naruto inginkan, dia meminta langsung kepada Hiashi agar gadis itu tak bisa menolak permintaannya untuk menikah, sebab dirinya tak akan menerima sebuah penolakan setelah dibuat sebegini jatuhnya.

"Masuklah, langit sudah gelap." Ucap Naruto seraya melangkah pergi.

Hinata menatap punggung tegap pria itu yang melangkah pergi setelah mengatakan sebuah perintah dari bibir kecokelatanya.

Gadis itu tersenyum tipis dan berucap pelan untuk menjawab perintahnya. "baiklah."

...

Rise of the YokaiWhere stories live. Discover now