Bagaimana bisa seorang bangkit dari kematian?
...
Naruto membuka helaian kain yang melekat di tubuh istrinya, tak membiarkan wanita itu tertidur dengan pakaian kebasahan.
Kulit putihnya terasa dingin saat disentuh, namun lembut seperti selimut salju di musim dingin.
"Maaf lama menjemputmu." bisik Naruto kepada wanita itu.
Meski wanita itu tak menjawabnya, Naruto tetap merasa senang sebab wanita itu bernapas dengan ringan dan nampak tenang dalam lelapnya.
Naruto menyentuh lembut tubuh wanita itu dari ujung helaian rambut indigonya hingga ke ujung kuku kakinya, memeriksa apa benar Dewa Inari telah mengembalikan wanita itu secara utuh kepadanya.
"Benar ini dirimu, Hinata." Naruto meraih lengan wanita itu dan mengecup punggung tangannya dengan lembut
Setelah memastikannya, Naruto mengangkat tubuh telanjang wanita itu ke futton kering yang sudah ia siapkan di sisi lain kamar itu, lebih dekat dengan penghangat kemudian memaikaikan kimono tidur yang nyaman sebelum menyelimuti wanita itu dengan selimut sutera favoritnya.
Pria itu menundukan tubuhnya lalu mengecup kening dan bibir istrinya dengan seulas senyum di bibir kecokelatannya.
...
Pria itu belum juga tertidur, dia duduk di samping tubuh istrinya yang berbaring di atas futton.
Tangannya sibuk melilitkan kasa di luka yang ia buat dalam perjanjian dengan Dewa Inari.
Sebuah simbol perjanjian muncul di atas perutnya, tanda perjanjiannya dengan Dewa.
Untuk membawa wanita itu kembali hidup dari kematian, Naruto telah menukar separuh jiwanya dengan yokai dari neraka, kitsune tua yang menginginkan keabadian.
Mulai malam ini, siluman itu akan hidup dalam tubuhnya, jadi benalu yang kekal pada inangnya.
Kitsune itu mengatakan dirinya mungkin akan sangat kesakitan saat mulai diambil alih separuh jiwanya, mungkin nanti ia akan kehilangan separuh kendali dirinya atau bahkan kehilangan seluruh jiwanya andai tidak mampu menyeimbangkan kekuatan kitsune itu.
Naruto mengenakan kimononya sebelum turut berbaring di samping istrinya kemudian merengkuh wanita itu seperti biasanya, mendekapnya erat, tak akan ia biarkan mereka berpisah lagi, bahkan kematian tak ia ijinkan merenggut wanita itu darinya.
Dia meraih cincin giok pernikahan mereka dari kantung di lipatan dalam hakamanya kemudian menyematkannya di jemari wanita itu.
"Okaeri, Hinata." Bisik Naruto di telinga Hinata.
...
Wanita bersurai indigo itu terjaga dengan sentakan mimpi buruk yang mengerikan. Namun begitu kelopak matanya membuka, dia rasakan hangat menyelimutinya.
Dirinya berbaring di atas futton, dengan seorang pria mendekapnya erat sekali. Dia sadari seseorang itu adalah pria saat berbaring berhadapan di atas bantal yang sama.
Wanita itu beranjak dari posisi berbaringnya, melepaskan dekap lengan kekar di atas pinggulnya, dia duduk di tepaian futton.
Kepalanya terasa sakit, jadi ia memejamkan mata rapat-rapat sebelum mencoba memahami segala yang terjadi.
Surai panjangnya terurai hingga ke pinggul, tubuh telanjangnya hanya dibalut sehelai kimono tipis berwarna putih yang tak terpasang dengan selayaknya.
Namun setelah membuka mata sepenuhnya dan tersadar, dua bola mata bulan itu seolah terpaku pada jendela yang separuh terbuka menampakan langit mendung bewarna abu gelap.
Bibir tipisnya masih terkatup rapat, tak mengatakan sepatah katapun hingga lengan yang tadi ia lepaskan rengkuhannya kembali meraihnya.
Naruto beranjak dari berbaringnya saat mendapati wanita itu sudah terjaga, beranjak memunggunginya dan menatap kosong pada jendela.
Pria itu meraih kimononya yang lebih tebal dan menyelimuti bahu wanita itu untuk menutup separuh dadanya yang terbuka, nanti dia bisa kedinginan. "kau sudah terjaga?" bisiknya seraya mendekap wanita itu dan meletakan kepalanya di pundak wanita itu.
Hinata menoleh perlahan kala merasakan dekapan lengan kuat itu melingkari tubuhnya.
Naruto menarik lembut tubuh wanita itu agar berhadapan dengannya, kemudian meraih dagu lancipnya dengan lembut untuk penyambutan pulang yang sesungguhnya.
Pria itu menundukan kepalanya seraya meraih dagu lancip wanita itu untuk mengecup bibirnya dengan lembut.
Naruto memejamkan mata saat merasakan lembut bibir wanita itu dikecupnya lagi.
Hinata masih membeku saat pria itu mengecup bibirnya.
Naruto meraih tengkuk wanita itu di balik surai indigo lembutnya yang terurai, bersiap melumat bibir wanita itu dan menuntut balas rasa rindu dan sedihnya, namun yang ia dapati bukan balasan yang seharusnya justru sebaliknya.
Hinata menundukan kepala dan menahan dada pria itu, menghentikan ciuman sepihak yang terasa menuntutnya. "Siapa dirimu?"
...
YOU ARE READING
Rise of the Yokai
FanfictionSeorang samurai telah membuat perjanjian terlarang dengan Dewa Inari. Bahkan jika harus mati karena kutukannya, dia tidak peduli asal bisa melihat wanita itu hidup kembali.
Prolog
Start from the beginning
