TES HAFALLAN

Mulai dari awal
                                    

" Yakin Ziva kamu ga makan?" tanya Yaya sembari memakai sendal.

"Yakin kok Yaya."

" Jangan nahan lapar Ziv. Sehabis makan bisa lanjut menghafal lagi kan,"  ujar Lisa khawatir akan teman nya itu.

"Engga apa–apa kok."

"Okeh deh, kami makan dulu ya. Assalamu'alaikum, bay, " ujar Yaya seraya melambaikan tangan.

" Wa'alaikumsalam. "

Ziva memperhatikan kepergian kedua temannya dari teras masjid.  Ziva pun mulai  kembali tekun menghafal ayat Al Qur'an lagi.

***

Beberapa menit pun berlalu, semua sudah kembali ke masjid. Adzan pun lekas berkumandang menandakan bahwa waktu shalat isya akan dilaksanakan.

Tak lama suara iqomah pun terdengar. Para jama'ah pun lekas bangkit untuk melaksanakan shalat isya berjamaah.

Skipp.

Shalat berjamaah pun selesai. Kemudian dilakukan dengan menyetor hafallan, kepada ustadz ataupun ustadzah.

" Ziva mau kemana?" panggil Lisa.

" Mau ke ndalem."

" Ngapain?" tanya Yaya.

" Setor hafallan sama Gus Agam."

Kedua teman Ziva kembali termenung. Dari sorban hingga guru private, ini sungguh bener–bener mengganjal bagi Yaya dan Lisa.

"Beruntung banget sih kamu Ziva. Dapat guru private kek Gus Agam. Calon suami akuh," halu Lisa.

"Iya beruntung banget," sambung Yaya.

"Apa nya beruntung. Ziva belum hafal, baru 30 ayat nih, " ujar Ziva yang dibalas kekehan oleh kedua teman nya.

"Haduh, hati–hati Gus Agam walau ganteng dan banyak yang suka. Dia galak loh," ujar Yaya.

"Mau nakut nakutin haa?"

"Engga Lo Ziva. Emng calon suami kita gitu kok sifatnya," ujar Lisa.

"Kita!! Kamu aja kali. Ziva sih enggak naksir sama Gus ngeselin itu titik," tegas Ziva.

"Maksudnya aku sama Yaya," ujar Lisa.

"Yakin Ziva ga suka?" ledek Yaya.

"Ziva yakin."

"Awas nelen ludah sendiri," ucap Yaya dengan nada mengejeknya.

" Ya sudah gih sana. Ditunggu tuh," sambung lisa.

" Ga akan Ziva nelan ludah sendiri. Ziva pergi. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," jawab kedua teman Ziva.

Ziva pun Segera keluar dari masjid, dengan tergesa–gesa  melangkah menuju area ndalem. Mau ke area ndalem harus melewati sebuah pohon mangga yang terkenal keramat dikalangan santri dipondok pesantren.

"Ini kah pohon mangga keramat itu."

"Ah Ziva inget. Waktu itu Ziva gebukin maling disini."

"Enggak ada serem–serem nya kok," ujar Ziva terus memperhatikan pohon mangga itu dari dekat. Dan tak lama ada sesuatu yang terjatuh.

Srekkk bugh.

"Astaghfirullah amak. "

Ziva lari dengan sekencang mungkin tanpa memperhatikan bahwa ada yang memanggilnya.

Setelah berlari secepat kilat, akhirnya Ziva tiba didepan pintu rumah pak Kyai.

Sesaat Ziva tengah ribet–ribet nya mengatur nafas. Tiba–tiba saja ada yang menepuk pundaknya.

istri mungil nya Gus Agam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang