Chap 18

9.5K 659 64
                                    

"Dilon bangun."
Sayup-sayup kedengeran suara si Tama.

"Dilon bangun."
Ah elah lo ganggu aja Tam, gue masih ngantuk.

"Jam berapa sekarang?"
Tanya gue dengan mata yang masih merem.

"Jam 6 pagi."
Eh buset masih pagi.

"Gue masih ngantuk."

"Kita harus kencan."
Sekarang masih pagi Tam, emang harus banget kencan pagi-pagi? Lo mau kencan apa mau joging? Ya kira-kira aja kalo ngajakin kencan.

"Tunda aja sampe taun depan kencannya."
Sumpah gue males banget bangun anjir!

"Gak bisa begitu Dilon."
Gue buka mata gue dan natap males si Tama. Lo aja lagi anteng main HP Tam, udah gitu lo juga masih telanjang bulet kaya gitu, tapi bisa-bisanya lo bangunin gue.

"Tam, ini masih pagi. Semua tempat masih pada tutup."
Lagian lo mau kemana sih Tam pagi-pagi gini? Lo mau kita kencan di pasar gitu sekalian hunting tahu diskonan?

"Kamu tetap harus bangun pagi supaya sehat."
Kuli macem gue harus banyakin tidur Tam, buat isi ulang tenaga. Udah cukup gue bangun pagi 5 hari dalam seminggu.

"Gue harus banyak tidur biar sehat Tam."
Gue tarik selimut sampe nutupin kepala gue. Sumpah gue masih kepengen tidur.

SRAK

Tapi sialannya tuh selimut malah di tarik sama si Tama, alhasil badan gue yang telanjang bulet gak ketutupin apa-apa. Dingin anjir!

"Kamu keras kepala Dilon."
Kata si Tama yang udah di atas nindih badan gue.

"Lebih keras kepala lo Tam."
Nih orang gak sadar diri apa ya, kalo dia lebih keras kepala dari pada gue.

"Mau bangun atau tetap di kasur?"
Ya jelas lah gue mau tetep di kasur, Gue mau molor.

"Tetep di kasur lah."
Jawab gue.

"Ok, Jangan tarik kembali apa yang kamu bilang."
Seringai dia. Anjir! perasaan gue gak enak kalo dia udah menyeringai kaya gitu.

"Gu emppphhhhhh."
Bibir gue di bungkem sama bibir dia.

"Emphhhhh."
Gue coba ngedorong si Tama tapi tangan gue malah di tahan di kedua sisi kepala gue. Dan ciuman si Tama makin menjadi di bibir gue. Dia melumat bibir gue dengan rakus. Roman-romannya bibir gue bakal bengkak ini mah.

"Ini pilihan kamu."
Seringai si Tama pas ciuman kita terlepas.

"Tapi....."
Tapi kan gue gak nyangka kalo dari maksud lo itu ini anjing!

"Kamu harus bertanggung jawab dengen pilihan kamu Dilon."

"Lo cur ahhhhh."
Si Tama ngejilat leher gue. Lo curang Tam.

"Saya gak curang Dilon, kamu yang memilih."
Tapi kan tapi.....

"Enghhhhhhh."
Tai lo Tam! Kenapa lo kenyot tete gue!

"Enghhhhh ahhhhh."
Anjir! mana rasanya aneh lagi.

"Ahhhhh engghhhh."
Ada ngilu-ngilunya tapi enak.

"Jangan lo gigit anjing! engghhhh."
Lo nyusu ya nyusu aja, gak usah lo gigit segala, sakit anjing!

"Enghhh Tam pelan-pelan."
Si Tama ngenyot tete gue udah kaya ngenyot boba, kenceng banget anjir!

"Enghhhh ahhhhh."
Gue ngerasain otong gue yang udah berdiri beradu sama otong dia yang juga sama udah keras. Gesek-gesek di pagi hari mungkin gak buruk juga. Kan malemnya juga gue udah gesek-gesek sama dia.

"Loh?"
Gue heran pas si Tama ngeudahin aksi nyusunya. Kok udahan? kan kita belom cum.

"Sesuai pilihan kamu Dilon, saya akan bikin kamu tetap di tempat tidur."
Gue mulai panik pas si Tama ngangkangin kedua kaki gue selebar mungkin.

Long Time No See (BXB)Where stories live. Discover now