32. Persahabatan Ketiganya

Start from the beginning
                                    

Arjuna turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa. Dia juga memakai dasi seadanya. Berjalan dengan cepat, bahkan sapaan-sapaan dari para karyawan tidak dia perdulikan.

"Selamat pagi Pak." Begitulah sapaan yang Arjuna abaikan. Pasalnya, direktur desian itu sudah telat menghadiri rapat.

"Juna!" Panggil seseorang. Arjuna langsung menoleh dimana suara itu berasal.

"Chandra?" Chandra berjalan mendekati Arjuna yang terlihat lusuh. Sahabatnya itu akhir-akhir ini memang jarang sekali terlihat rapi.

"Kamu masih ada waktu, untung saja Pak Irtan belum datang."

"Syukurlah."

"Yaudah rapiin dulu itu dasi, Jean sama beberapa direktur yang lain sudah ada di dalam. Kita masuk bareng aja."

Arjuna sesegera mungkin merapikan dasi dan jasnya, dan masuk bersama Chandra. Benar saja, para direktur sudah berkumpul di dalam ruang meeting, Arjuna harus bernafas lega, karena Pak Irtanto selaku CEO dari perusahaan ini belum datang. Meski Pak Irtanto adalah ayah Jeano yang tidak jarang Arjuna temui, tapi tetap saja beliau adalah atasannya.

Tidak lama kemudian, Pak Irtanto masuk diikuti sekretarisnya. Para direktur berdiri menyambut kedatangan bos besar perusahaan itu. Pak Irtanto memberikan isyarat agar para direktur duduk kembali. Memang dilihat dari penampilannya, para direktur yang hadir usianya tidak jauh berbeda dari Pak Irtanto. Rentang usia mereka dari 40an sampai 50an. Hanya ada 4 laki-laki muda yang ada di ruangan itu.

Yaitu, Jeano selaku Wakil CEO, Sekretaris Pak Irtanto yang seumuran dengan Mahen kakak laki-laki Jean, Chandra selaku direktur pemasaran, dan Arjuna selaku direktur desain.

Rapatpun dimulai, dengan sekretaris Pak Irtanto yang membuka dan menjelaskan beberapa proyek serta para investor yang akan menaruh saham di perusahaan ini.

Kurang lebih 2 jam rapat itu berlangsung, dan akhirnya selesai juga. Chandra yang tidak terbiasa duduk dalam waktu yang sangat lama, sangat tidak betah. Bantatnya sudah seperti dibakar.

Pak Irtanto keluar dari ruangan, dan bersalaman dengan para direktur. Terakhir laki-laki paruh baya itu menyalami tangan Arjuna yang terlihat kurus.

"Bagaimana keadaan adik kamu Arjuna?" Basa-basi Pak Irtanto kepada Arjuna.

"Sudah lebih baik Pak." Nyatanya kesehatan Nakula semakin menurun. Pak Irtanto hanya mengangguk menanggapi pernyataan bohong Arjuna, dan bos besar perusahaan itu berlalu begitu saja.

"Bisakah kita keluar sebentar? Ah mataku rasanya lelah menatap layar yang hampir menyamai layar tancap." Celetuk Chandra.

"Baiklah, kita ke cafe Bang Mahen saja bagaimana?" Imbuh Jean.

"Apa tidak terlalu jauh?" Arjuna menanggapi.

"Hanya 15 menit jika menggunakan mobilku." Tambah Jeno dengan slengeannya. Ya bagaimana tidak cepat mobil Jean adalah mobil sport, yang pasti kecepatannya berbeda dengan mobil lainnya. Tanpa bantahan, akhirnya Arjuna dan Chandra keluar dari kantor dan pergi menuju Cafe milik Mahen. Mobil civic type R berwarna hitam itu melaju dengan cepat, karena jalanan begitu lengang, sepertinya mereka beruntung.

Di dalam mobil Audi berwarna hitam seorang laki-laki paru baya duduk, matanya menatap lepas ke luar jendela.

"Rendi, seperti biasa. Kamu kirimkan uang senilai 50 juta ke rekening yang sama." Perintahnya kepada laki-laki muda yang sedang menyupirinya.

"Baik Pak," jawab laki-laki muda itu.

"Baik Pak," jawab laki-laki muda itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
DANDELION [END]✓Where stories live. Discover now