02.

742 45 0
                                    

"Kamu bisa Niel, tolong bertahan buat aku. Aku nggak- hiks jangan tinggalin aku hiks, aku mohon."

"Maaf Jinan, waktu aku udah nggak banyak."

"Enggak hiks, enggak!. NIEL BUKA MATA KAMU NIEL HIKS! JANGAN TINGGALKAN AKU HIKS! NIEL!!"

"JANGAN SENTUH DIA SIALAN!!"

****

"Hah .. hahh," Daniel terbangun dengan nafas memburu. Kedua tangannya bergetar memegang selimut dengan erat. Jantunnya berpacu dengan hebat.

Pikirannya terpaku pada mimpinya tadi malam, "Jinan? Dia ... Siapa?," Seketika tubuh Daniel mamantung.
Ia merasa pamiliar dengan nama itu.

"Tuan muda." Suara Eric terdengar dan membangunkan Daniel dari lamunannya. "Anda baik-baik saja tuan muda?,"

"Aku baik."

"Saya ingin menyampaikan bahwa kedua adik kembar anda sedang menunggu diluar tuan."

"Eric sebenarnya aku ingin mengatakan ini dari lama, bisakah panggil aku dengan nama saja? Aku merasa sangat tidak sopan saat kamu yang lebih tua memanggilku begitu." Ucap Daniel, ia menatap Eric meminta persetujuan.

"Maaf tuan muda saya tidak bisa." Daniel menghela nafas mendengar jawaban Eric. Ketika Daniel ingin membantah ucapan Eric ketukan pintu mengagetkan keduanya.

Tokk!

Tok!

"K-Kak ini aku, Justin dan Calvin." Justin memanggil dengan suara pelan, ia sebenarnya takut tadi adiknya itu tidak bisa diam dan selalu mendorongnya untuk mengetuk pintu. Dan inilah hasilnya.

"Kalian bisa masuk."

Mendengar suara Daniel menyeruh mereka masuk membuat keduanya panik dan saling mendorong.

"Lo duluan."

"Lo lah, gue kan udah ketok pintu sekarang giliran elo dong."

"Tapi lo kan kakak, jadi harus duluan dong."

"Dih mana bisa gitu. Buruan ih nanti kak Niel marah." Justin mendorong pelan tubuh adiknya yang bongsor itu untuk duluan masuk. Sedangkan Calvin yang melihat itu mendelik tidak terima.

"Kak aku-"

"Kalian berdua-" Daniel berkata dengan penuh penekanan. "Masuk."

Keduanya masuk dengan terburu-buru, berdiam diri didekat brankar sang kakak dengan cengiran tanpa dosanya. Sebenarnya sih canggung.

"Kak, kita minta maaf udah-"

"Sini." Daniel memotong ucapan Justin sambil melebarkan kedua tangannya. "Nggak mau peluk kakak?," Ucapnya dengan senyum paling manis.

"Kak .. " Keduanya berkaca-kaca. Eric yang menyaksikan pun takalah berkaca-kaca, ia memutuskan untuk keluar ruang inap untuk memberikan ruang pada ketiganya.

Tak lama kemudian tubuh mungil Daniel dipeluk dengan erak oleh kedua adik bongsornya itu. Justin dikanan dan Calvin dikiri. Kepala sikember berada dileher kanan kirinya.

[BL] Daniel is mineWhere stories live. Discover now