01.

1.2K 65 0
                                    

"Jinan sini ih," Daniel merengek dengan kecil ketika Jinan tidak bergerak dari tempatnya berdiri.

Jinan melangkah kakinya mendekati Daniel dengan alat-alat pikniknya. Dia melihat Daniel -nya begitu lucu dan manis ketika angin menghembus rambut Niel dengan pelan.

"Ayo duduk sini," Daniel menepuk tempat disebelahnya.

"Kenapa harus kayak gini?," Jinan bertanya setalah duduk dengan nyaman dengan kepala dipaha Daniel.

"Supaya kamu inget, sekarang ada aku disini."

****

Daniel mengerjapkan matanya dengan pelan. Kedua mata indahnya menyapu pada sekitar.

Seingatnya dia,

Dia apa?

Daniel seperti melupakan sesuatu, tapi apa?

"Tuan muda Daniel."

Daniel menoleh, terlihat pria dengan perawakan tinggi dan besar menatap khawatir padanya.

"Da-niel? Apakah .. itu aku?," Daniel menjawab dengan lirih.

Eric, pemuda yang memanggil Daniel dengan sebutan 'tuan muda' itupun mengerutkan keningnya bingung.

Tuan mudanya tampak agak berbeda?

"Ya tuan muda, itu nama anda. Ada yang salah tuan muda?," Eric bertanya untuk memastikan apakah tuan muda -nya memang amnesia seperti perkataan doktor.

"Aku tidak tahu, tapi aku hanya ingat namaku." Daniel menjawab dengan memegang kepalanya yang terasa begitu pusing.

"Tuan muda anda hilang ingatan."

"Apa?," Serunya.

"Biar saya jelaskan tuan muda,

Nama anda adalah Daniel Griffin, anda berusia 18 tahun, anda mempunya dua adik kembar laki-laki, yang pertama Justin Halbert dan yang kedua Calvin John mereka baru berusia 16 tahun."

"Orang tuaku?,"

"Maaf tuan muda, ibu anda meninggal saat melahirkan tuan muda pertama dan kedua dan ayah anda bernama Jackson Filent."

"Lalu?,"

beberapa menit kemudian, Daniel mengangguk mengerti setelah Eric menjelaskan semuanya.

Singkatnya, Daniel Griffin adahal anak yang keras kepala, susah diatur dan berandalan. Ia bahkan mengabaikan kedua adik laki-laki nya hanya karna ia yang menyebabkan sang ibu meninggal, alasan yang selalu dipertanyakan oleh twins kepada sang kakak.

Ibunya meninggal saat Daniel berumur 11 tahun, ia yang tidak tahu apapun hanya berdiam diri dikamar saat ayahnya menangis meraung-raung. ia tidak mengerti dan tidak ada yang bisa memahami itu.

Setelah 1 tahun berlalu, ayahnya memperkenalkan Eric sebagai bodyguardnya, dan twins diasuh oleh baby sitter semenjak mereka lahir.

Suatu hari Daniel bertanya apa penyebab ibunya meninggal pada Eric, dan Eric menjawab apa yang sebenarnya terjadi.

Setelah mendengar semuanya, Daniel merasa dia begitu tidak berguna, perasaan marah, sedih, kecewa, dan bingung semuanya campur aduk. Ia bingung harus bagaimana memperlakukan adiknya, disatu sisi ia membenci mereka, penyebab ibunya meninggal, tapi disisi lain kelahiran adiknya adalah hari yang ditunggu seorang Daniel yang menantikan seorang adik kecil.

Jadi Daniel memutuskan untuk mengabaikan kedua, ia yang masih remaja plin plan tidak tahu bahwa itu benar atau salah.

Dan ayahnya tidak tidak lagi memperhatikan Daniel setelah ibunya meninggal, ia hanya bekerja, bekerja dan bekerja.

Dan sekarang Daniel hanya memandangi jendela rumah sakit dengan pandangan kosong. Pikirannya sangat kacau sekarang.

Banyak hal yang ingin ia tanyakan, tapi pada siapa? Ia tidak pernah merasa menjalani kehidupan ini.

Sejujurnya,

Ia .... Merasa asing.

.

.

.

"Eric, dimana adikku?," Daniel bertanya karna merasa beberapa hari ia di rumah sakit kedua adiknya tidak ada yang menjenguknya.

"Mereka sekolah tuan muda." Jawab Eric setelah diam beberapa saat.

"Maksudku, mereka tidak mau menjengukku? Atau mereka tidak tau?,"

"Anda melarang mereka menjenguk anda tuan muda." Eric menjawab dengan spontan. Refleks

"Ahh, aku mengerti." Lirih Daniel dengan lesu. Kedua matanya berkaca-kaca memandangi indahnya malam yang sunyi.

Ruangan hening untuk beberapa menit, sampai suara Daniel terdengar dan mengagetkan Eric yang berdiam diri seperti patung. "Kalau begitu, bisakah mereka datang kesini besok? Aku mengijinkannya Eric, tolong beritahu mereka."

Daniel menatap Eric dengan memohon, "Aku ingin meminta maaf." Gumamnya pelan, tapi Eric masih bisa mendengarnya.

Dengan senyum tipis, Eric mengangguk. "Akan saya usahakan tuan muda."

"Terimakasih, Eric." Eric sempat terkejut mendengarnya tapi kemudian ia mengangguk dengan hati yang terharu.

"Tuan muda sangat berbeda sekarang, tapi aku bersyukur. Semoga tuan muda selalu seperti ini."

.

.

.

You are mine Daniel.

____

___

_

Maaf ya kalau alur atau apanya gitu yang aneh, soalnya ini cerita pertama aku hehe.

Satu lagi, panggil aku Jane aja ya?

Makasih hehehe.

Dadah,

Muachh.

645 kata

[BL] Daniel is mineWhere stories live. Discover now