"Terseraaaahh. Terserah lo aja pokoknya terseraahhh," Bedul sudah tak habis pikir.

"Duduk Dul, gue tau lo capek," Zidan menyuruhnya duduk di sampingnya.

"Capek kali gue menghadapi dunia ini apalagi ada Ronald di samping gue. Kek dunia, matahari, bulan dan beribu-ribu orang yang ada di dunia ini beneran kenapa harus Ronald yang ada di sebelah gue." Bedul duduk di samping Jeremy.

"Bedul tantruman," kata Ronald.

"Udah naik level gue mah dari tantruman kalau lo ada di deket gue," balas Bedul.

"Tantrum kaga, kejang-kejang iya," tambah Bedul lagi.

"Jauh dari gue juga lo kangen," Ronald menoleh.

"Ngapain kangen sama lu! Mending gue ke mars daripada harus kangen sama lu," Bedul menghela napas.

"Udah Dul, biarin aja. Dunia ini milik Ronald Sinaga," Jeremy datang setelah menang.

"Oh iya dong dunia ini milik Ronald Sinaga. Lo pada cuman numpang. Jadi sini bayar dulu uang kontrakan lu pada sama gue," Ronald menengadahkan tangannya. "Nyet, lo juga. Suka dipenyet kan lo pasti?" tanyanya pada Bedul.

"Terserahhh lah pokoknya terseraahh. Gue udah capek. Capek batin ngadepin Ronald." Bedul minum air membuat gelak tawa teman-temannya terdengar.

"Itu suara apa coba?" tanya Galang.

"Oh ini," Ronald terkekeh. "Alarm gue."

"Lo bayangin aja Lang. Bayangin aja! Dia ngidupin alarm tiap hari jam segini. Gue yang di lampu merah kalau bonceng dia tuh suka diliatin orang. Lagi lagu-lagu lu. Masa lagu begitu!" Bedul protes.

"Mending lo ganti deh Nald. Kasian Bedul. Syukur-syukur dia masih mau ditebengin sama lo."

"Kalau gitu gue ganti," Ronald menyeringai.

"Nah bagus."

"Jadi lagu opick biar tobat berjamaah di lampu merah," Ronald mencari google untuk mendownloadkan lagu tersebut.

"Gue rasa Lang, temen lo yang satu ini udah agak geser otaknya. Harus cepet-cepet diperiksa biar sehat," kata Jeremy.

"Biarin aja. Yang penting gak ngejar," kata Galang.

****

Galang datang ke florist Ghea ketika sudah malam. Ghea baru saja tutup dan memakai cardigannya. Ia lalu keluar dan melihat Galang baru saja turun.

"Lama nunggunya?" tanya Galang.

Ghea menggeleng pada Galang. Perempuan itu merapatkan cardigannya karena dingin. "Lo kenapa sih ke sini? Bukannya udah malem?"

"Jadi lo gak mau gue ke sini?"

"Bukannya gitu. Kemarin kan lo ke sini juga. Malah sekarang gue jadi gak enak sama lo."

Galang mendekatinya. Berniat memberitahu. Namun mereka mendengar suara sesuatu. Suara kayu yang beradu dengan suara motor Galang—yang sebenarnya kayu itu digunakan untuk bersasaran pada Galang namun tak berhasil karena jarak lempar yang begitu jauh.

Galang langsung mendekatkan dirinya dengan Ghea—melindunginya dari tubuhnya besar—agar juga tak terlihat dari mereka lalu menarik tangannya dan mengajaknya pergi dari sana.

"Woi Galang! Mau kabur kemana lo?!" itu suara Theo.

Galang mengajak Ghea bersembunyi di sela-sela tembok sempit membuat Galang memegang kedua lengan Ghea dan menatap kedua mata perempuan itu.

"Lo diem di sini Ghe. Gue yang bakal ngadepin mereka. Jangan kemana-mana apalagi nyamperin gue. Kalau lo denger suara langkah kaki, langsung pergi yang jauh, ya?" kata Galang seolah berhasil menghipnotis Ghea.

GALANGWhere stories live. Discover now