36• TRIWIZARD TOURNAMENT

1.1K 102 48
                                    

Aku dan rombongan keluarga Weasley tiba kembali di the Burrow setelah malam panjang dan mengerikan yang terjadi di Piala Dunia. Kami semua masih shock dengan kejadian itu. Terutama Mrs Weasley, yang meskipun tidak ikut menyaksikan, namun rasa khawatirnya memupuk saat menunggu kepulangan kami.

Dia bahkan memeluk Fred dan George sembari menangis sesenggukan. Memberitahu mereka bahwa dia tidak tahu harus apa jika terjadi sesuatu yang buruk pada anak kembarnya sedangkan hal terakhir yang dia lakukan adalah memarahi keduanya karena hasil nilai 'O.W.L.s.'

Dan bagaimana caranya aku bisa bertemu dengan mereka semua setelah berpisah, adalah karena Mr Wilhelm yang menemukanku dan Draco, tepat setelah Tanda Kegelapan itu muncul di langit. Aku ikut bersamanya untuk mencari yang lain, sementara Draco langsung pergi entah kemana. Dan hal-hal yang terjadi selanjutnya adalah percakapan rumit di antara para Auror yang tidak terlalu aku mengerti.

Suasana akhir liburan benar-benar gelap ketika aku bangun keesokan paginya. Hujan deras mengguyur jendela saat aku, Ginny, dan Hermione sibuk mengepak barang untuk bersiap-siap pergi ke Stasiun King's Cross.

Hari ini adalah tanggal 1 September. Hari dimana kami harus kembali ke Hogwarts. Seharusnya menjadi hal yang menyenangkan, namun setelah semua kegilaan dari kejadian semalam, semuanya mendadak berubah.

Kami diantar menggunakan mobil milik Kementerian untuk sampai ke Stasiun—Charlie yang menyetir—karena Mr Wilhelm dan Mr Weasley sudah berangkat ke kantornya pada pagi-pagi sekali. Aku yakin bapak-bapak itu sebenarnya tidak tidur, karena aku sendiri pun sebetulnya juga sangat kekurangan tidur.

Dan setelah perjalanan singkat di bawah deras hujan, kami akhirnya tiba di Peron 9¾ dengan tepat waktu. Mengucapkan selamat tinggal kepada Mrs Weasley dan Charlie, lalu bergegas menyusuri gerbong demi mencari kompartemen kosong untuk duduk. Seperti biasa aku, Morro, dan Ginny berpisah dari the trio dan si kembar.

     "Excited for this year?" Morro bertanya sesaat setelah kami mendapatkan kompartemen. Dia ingin langsung meletakkan koper kami ke atas bagasi penyimpanan, namun aku mencegahnya.

     "A-ah, kau duduk saja," larangku, seraya mendorong kedua bahunya pelan-pelan pada kursi di belakang. "Serahkan semua ini padaku dan Ginny," aku berkata sombong sambil menunjuk diri sendiri dengan bangga, membuatnya terkekeh kecil dan menuruti.

Jadi, pergelangan kaki Morro itu sedang sakit karena terjatuh saat berlarian di kerusuhan kemarin. Awalnya dia memang tidak ingin cerita apa penyebabnya, tapi Ginny sudah lebih dulu membocorkannya padaku saat Morro tertidur.

     "Yeah, biar kami saja, Mor," sahut Ginny, mengangguk-angguk. Kami berdua mulai bahu-membahu dalam mengangkat koper.

Aku berdiri di atas kursi. Menerima koper dari Ginny untuk diletakkan di atas besi penyimpanan. Sesekali mengeluh karena berat sambil mengerahkan semua tenaga yang tersisa. Sementara, Morro memegangi kedua kakiku yang gemetaran agar tidak jatuh. Padahal kalau dipikir-pikir, sih, tidak ada pengaruhnya.

Setelah selesai dengan tiga koper besar. Ginny menyimpan kandang Spooky dan Marbles di kolong kursi. Agar tidak sempit katanya. Tidak memperdulikan bunyi kedua burung itu yang berkukur tidak suka. Aku hanya bisa terkekeh.

     "Silent, Spoo!" titahku. Mengintip ke kolong kursi untuk memelototi burung hantuku. Namun yang terdiam malah Marbles. Sedangkan Spooky semakin berkukur kencang sambil menatapku balik dengan tajam. Manik oranye-nya memicing terang dalam kegelapan.

Dasar burung hantu pemarah!

     "So, excited for this year, guys?" Morro mengulangi pertanyaannya. Aku ikut-ikutan bersandar pada punggung kursi tepat di sebelahnya. Menghadap Ginny yang duduk di kursi depan kami seraya menunggu Lilac.

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X ReaderTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon