Episode 2

29 2 0
                                    

* Kian Santang

     Sebuah kerajaan yang berada di Tatar Sunda, hiduplah seorang raja muda yang bernama "Jayadewata". Ia adalah anak ketiga dari 4 bersaudara dan merupakan anak dari Prabu Dewa Niskala. Disampingnya adalah wanita yang dimasa depan nanti merupakan leluhur dari raja-raja besar di dunia. Ia adalah "Nyi Subang Larang". Ia adalah putri sang juru kunci dan kepala desa Caruban, Ki Gedheng Tapa.

    Pernikahan mereka sempat ditentang oleh Prabu Dewa Niskala karena mereka bersatu dalam keadaan berbeda keyakinan dan Prabu Dewa Niskala tidak ingin anaknya harus pindah agama dan tidak mau menyuruh Subang Larang untuk masuk ke agama Hindu. Namun Syekh Nur Djati meyakinkan Prabu Dewa Niskala. Pernikahan mereka akan tetap sah dengan secara Hindu walaupun hanya memberikan mas kawin dan meminta restu orang tua.

    Bertahun-tahun mereka bersama, walaupun Jayadewata harus menaati perintah ayahnya untuk melakukan diplomasi antar kerajaan dengan cara menikahi putri sang raja atau menikahi ratu kerajaan tersebut, secara tidak langsung Jayadewata melakukan poligami dengan Subang Larang. Namun Subang Larang tetap sabar dan terus mengalah demi kebaikan bersama. Saat Jayadewata kembali ke Kerajaan Pajajaran dengan membawa istri terakhirnya yaitu, Nyi Mas Campawisesa, putri Kerajaan Ayutthaya, Subang Larang pun menyambut mereka dengan tangan terbuka walaupun sedikit pucat. Ia tidak ingin suami nya dan mertua nya tahu ia sakit. Ketika akan ke singgasana nya, Subang Larang tiba-tiba pingsan. Dengan sigap Jayadewata mengangkat Subang Larang ke wisma nya. Antara khawatir dan cemas menjadi satu dalam pikiran raja muda itu. Melihat menantu nya lemas tak berdaya, Dewa Niskala merasa bersalah karena memaksa putranya untuk menikah diplomasi guna memperluas kerajaan nya.

     Setelah diperiksa, tabib pun keluar dengan wajah berseri-seri seraya berkata,

Tabib: "Gusti prabu, Gusti prabu tidak usah cemas. Selamat ya, Gusti prabu".
DN: "Maksudnya apa tabib?'.
Tabib: "Be... Begini Gusti prabu, Gusti nyi mas sedang hamil Gusti prabu, malah Gusti prabu Gusti nyi mas sedang hamil anak kembar".
DN: "Maksudmu, diriku akan memiliki cucu lagi?".
Tabib: "Benar Gusti prabu".
DN: "Ooh Dewata yang agung, aku haturkan terimakasih kepada-Mu. Kau telah memberi kami garis keturunan yang tiada habisnya".

     Setelah kembali siuman, Dewa Niskala menghampiri sang menantu.

DN: "Sampurasun, nak".
SL: "Rampes, ayahanda prabu".
DN: "Nak, ayah ingin meminta maaf kepada mu soal tadi ayah tidak ada maksud untuk memisahkan mu dengan putraku, tet...".
SL: "Ayahanda prabu, aku mengerti mengapa ayahanda meminta kepada kakanda Jayadewata untuk selalu pergi ke Kerajaan tetangga guna melakukan diplomasi antar kerajaan, dan aku pun tidak merasa dijauhkan oleh kakanda Siliwangi karena kakanda Jayadewata selalu mengirim surat untuk ku dikala ia tidak sibuk".
DN: "Baiklah, tetapi ayah ingin kau masih harus menjaga kandunganmu agar selalu sehat, ayah pamit dahulu, Sampurasun".
SL: "Baiklah ayahanda, Rampes".

*_*

9 bulan kemudian

      Hari berganti hari, Minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan. Tak terasa banyak hal yang menjadi tantangan yang sudah dilewati Subang Larang. Dari kedatangan anak-anak Ambet Kasih, kedatangan semua istri-istri suaminya. Dan, apalagi ia tengah mengandung anak kembar yang mungkin akan semakin memberatkan Subang Larang, tetapi ia menjalani hidup nya dengan sukacita sambil menunggu kelahiran anak kembarnya itu. Tak terasa 9 bulan telah berlalu, mungkin ini adalah waktunya Subang Larang untuk melahirkan. Bersama dengan ibu suri yang menemaninya, Layung Sari.

LS: "Sampurasun, anakku".
SL: "Rampes, ibu suri. Mengapa ibunda kemari?"
LS: "Ibunda hanya ingin melihat kondisi mu. Mungkin sudah saatnya kau melahirkan ibunda hanya takut persalinan mu tidak lancar, nak".
SL: "Ibunda, aku akan berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada kakanda Jayadewata, ibunda".
LS: "Baiklah kalau begitu, Sampurasun".
SL: "Rampes".

Krisna dan kerajaan Sunda GaluhWhere stories live. Discover now