Yibo segera melesat cepat dari bawah gedung, disusul Lockhart dan Lorant.

Yibo? Ya, itu saran terakhir dari Xiao Zhan. Yang kelima, Yibo menggunakan body double. Yang menemui Chen Presiden Grings’Corp bukan Yibo, melainkan model, seorang aktor dengan perawakan mirip dengannya, lantas make up artist kelas Hollywood membuat wajah, rambut, tampilannya 99% seperti Yibo. Phazo terlalu percaya diri, dia bahkan tidak perlu memastikan sedetik pun apakah itu sungguhan targetnya atau bukan─karena terlalu percaya dengan telepon Morgan Thiago sebelumnya. Dia telah melepas tembakan, itu berarti dia telah memukul lonceng kematian sendiri. Lokasinya diketahui.

Yibo yang bersiap di seberang bersama Si Kembar, sekarang berlarian menaiki anak tangga darurat─pintu lift telah dimatikan oleh petarung yang sejak tadi berjaga di tiga kemungkinan gedung lokasi Phazo. Gesit menaiki setiap lantai gedung. Mereka tiba di lantai enam, langsung melewati lorong, menuju lokasi Phazo.

Alat itu akurat sekali.

Persis Yibo mendobrak pintu terakhir, Phazo telah selesai berkemas. Dia terkejut melihat kedatangan mereka, tidak menduga secepat itu lokasinya ditemukan, Phazo berseru panik, dia berusaha menembakkan pistol ke arah Yibo.

Dasar bodoh. Menembak jarak jauh, itulah keahliannya. Dalam perkelahian jarak dekat, dia bukan siapa-siapa. Lockhart lebih dulu loncat penuh gaya sambil melepas shuriken, menghantam telak tangannya, tembus, pistol itu terlepas jatuh, Lorant sudah menyusul, dia mencabut samurai, bahkan sebelum Phazo menyadarinya, samurai dingin itu telah menempel di lehernya. Membuatnya mematung. Darah merembes dari luka tipis di leher.

“Jangan coba-coba bergerak, Sersan Phazo!” Lorant mendesis. Sekali Lorant menekan samurainya, kepalanya akan menggelinding di lantai. Phazo tidak bisa melakukan apa pun lagi.

Perlawanannya telah selesai─bahkan sebelum dia memulainya.

“Bawa dia, Lockhart!” Yibo berseru.

Lockhart mengangguk, membuat gerakan cepat, mengikat tangan Phazo, lantas menariknya paksa agar mulai melangkah. Mereka tidak turun, justru naik ke lantai paling atas. Phazo tersuruk-suruk seperti seekor kerbau diseret. Dia sesekali mengaduh, minta lebih lambat, namun Lorant menghunus samurainya, mengancam, membuatnya terus berjalan menaiki anak tangga. Persis mereka tiba di atap gedung, Kafka datang bersama helikopter.

“Apa yang akan kalian lakukan kepadaku?” Phazo berseru, wajahnya pias.

Yibo tidak menjawab. Dia bahkan tidak layak bicara dengannya secara langsung. Levelnya terlalu rendah. Seorang pengecut yang membunuh dari jarak jauh.

“Aku mohon, Tuan Besar, apa yang akan kalian lakukan kepadaku?”

Lockhart menampar pipinya agar diam. Memaksanya naik helikopter.

“Aku akan melakukan apa pun. Apa pun! Tapi jangan bunuh aku, Tuan Besar.” Phazo berteriak serak, dia sudah di atas helikopter.

Yibo mengangkat tangan, memberi perintah. Helikopter segera pergi, meninggalkan atap gedung. Ada Kafka di sana bersama dua petarung, membawa Phazo.

“AKU MOHON!!” Suara Phazo masih terdengar samar, sebelum helikopter itu menghilang dari balik gedung-gedung.

Matahari bersiap tumbang di kaki barat sana. Atap gedung lengang.

“Yibo, sekali lagi aku sungguh minta maaf.” Lorant akhirnya berkata, membungkuk, memasang posisi seorang samurai, “Aku akan menebusnya.” Lockhart menyerahkan samurainya pada Yibo. Dia bersedia menerima hukuman apa pun, termasuk kematian─itu makna dari samurai yang diserahkan. Juga Lorant, ikut membungkuk, menyerahkan samurai miliknya.

“Aku memaafkan kalian.” Yibo berkata pelan, mengembalikan samurai itu ke tangan si Kembar, “Lagipula, kalaupun kalian berhasil mendeteksi kehadiran sniper itu, memberikan peringatan, tetap tidak ada yang bisa mencegahnya melepas tembakan pagi tadi. Dia bisa ada di mana pun. Ini adalah peperangan, apa pun bisa terjadi. Waktu, tempat, pelaku, kita tidak bisa mengendalikan semuanya. Itu bukan seluruhnya kesalahan kalian.”

Si Kembar saling pandang, lantas menatap Yibo.

Yibo mengangguk. Memaafkan mereka.

***

Pukul 17.00, Kafka akhirnya menelepon. Tugasnya telah dilaksanakan. Jam tujuh persis. Saat jasad Sean akhirnya tiba di Ibu Kota Provinsi.

Saat Bibi Li menangis memeluk peti mati putra bungsunya, Yibo menelepon Maverick. Sambil menatap lampu gedung-gedung, lampu mobil-mobil merayap di jalanan yang padat. Langit gelap, ada awan hitam bergumpal menutupi bulan dan bintang di atas sana. Segelap hatinya sekarang.

“Pembunuh putramu baru saja menerima pembalasannya, Maverick.”

“Apakah dia telah tewas?”

“Iya. Tapi aku tidak menembak kepalanya, juga tidak menebas lehernya dengan pedang. Dia dibawa oleh Kafka dengan helikopter ke gunung berbatu. Dari ketinggian seribu meter lebih, tubuhnya telah dijatuhkan hidup-hidup, dengan mata terbuka, tangan dan kaki tidak diikat, satu menit lalu.”

“Dia telah merasakan sensasi saat kematian itu tiba, Maverick. Itu pembalasan baginya. Seribu meter lebih, itu berarti lima belas detik sebelum tubuhnya menghantam batu. Dan sebagai tambahan, Kafka menyemprotkan obat pencipta halusinasi agar waktu terasa berjalan lebih lambat 10 kali kepadanya. Itu berarti, bedebah itu akan merasakan sensasi seolah selama 150 detik sebelum tubuhnya menghantam cadas bebatuan. Dia tahu persis bagaimana merasakan kematian menjemputnya.”

“Dari video yang dikirimkan oleh Kafka, pengecut itu menangis terisak, terkencing-kencing membuat lantai helikopter tergenang air kencingnya, memohonan ampunan, tapi Kafka menendangnya tanpa ampun keluar dari helikopter, tubuhnya meluncur jatuh di gelap malam. Hancur seperti sebuah apel dilindas truk besar di bebatuan gunung.”

“Semoga Sean bersitirahat damai di sana, Maverick. Dia telah membuktikan posisinya sebagai anggota Shadow Atlas. Melakukan tindakan paling terhormat yang bisa dilakukan seorang petarung terbaik. Dia pergi dengan segenap kehormatan.”

“Terima kasih, Yibo. Terima kasih telah membalaskan sakit hati ini─” Maverick berkata lirih.

Samar di belakang sana, Bibi Li terdengar menangis.

Yibo menutup telepon.

Malam ini, aku telah menjadi monster yang tak lagi kukenali. Rasa marah, dendam, isak-tangis Bibi Li, membuatku menyuruh sebuah pembalasan tak terperi─ aku tadi siang bahkan nyaris menyuruh Kafka mengirim pembunuh untuk menghabisi keluarga Phazo di Chicago, membunuh tiga putrinya, istrinya. Beruntung Xiao Zhan bergegas memelukku, berbisik agar aku tidak melakukannya atau besok-besok menyesali perintah tersebut.

Aku mengusap wajahku yang kebas. Setelah persitiwa ini, apa pun hasil peperangan dengan Morgan Thiago, Apakah aku akan menjadi monster seperti itu terus-menerus, terserahlah.

***

╼ Epilog ╾

"Pertemuan selesai. Kembali ke pos masing- masing." Yibo membubarkan pertemuan.

"Baik, Tuan Besar."

Peserta rapat beranjak berdiri, membungkuk memberikan salam hormat.

Yibo ikut berdiri, kemudian melangkah keluar lebih dulu diikuti oleh Xiao Zhan, melewati bingkai pintu, berjalan di lorong panjang, menuju anak tangga.

"Apakah kamu baik-baik saja, Yibo?" Xiao Zhan bertanya, dia berjalan di sampingnya.

Yibo mengangguk, "Aku baik-baik saja. Fisikku prima, jika itu pertanyaanmu."

"Maksudku bukan fisikmu, Yibo." Xiao Zhan bisa membaca ekspresi wajah Yibo, "Tapi jiwamu. Apakah ada yang mengganggu pikiranmu setelah kematian remaja itu? Dan setelah pembalasan kepada Phazo?"

Yibo menggeleng. Tidak ada.

"Baiklah jika demikian. Kita bisa fokus ke perjalanan besok pagi."

╼ Tamat ╾


Cdyra, 14 Desember 2023
Untuk lukasalanputra yang berulang tahun hari ini.
Selamat ulang tahun, Tumbuhlah baik-baik.

The Death Knell at 5 p.m ✔Where stories live. Discover now