"Kan ada Aji dia kan sempet tinggal bareng sama mereka, pasti dia bakalan tau tempat-tempat yang sering di datengin oleh mereka kan ya?" Ucap Fiki dan mereka pun beralih menatap Fajri dengan ekspresi sangat serius.

"Nah iya tuh, gimana Ji? Kita harus mulai cari mereka ke mana nih?" Tanya Zweitson dan Fajri yang tadinya sempat menangis pun langsung berhenti tak kalah semua nya pada melihat ke arah nya dan menunggu jawaban dari nya.

"Eumpp gimana kalau ke rumah Dinand aja dulu, kalau gak ada kemungkinan di markas gedung tua yang pernah di sekap Fenly dulu. Kalau masih gak ada gue juga bingung" ucap Fajri sambil berfikir keras.

"Kalau gitu gak perlu berlama-lama lagi kita langsung otw ke sana aja" ucap Shandy

"Oke, gue telpon supir gue dulu buat bawa mobil ke sini" ucap Gilang dan langsung menelpon sopirnya.

*******

"Hahaha, mereka fikir bisa dengan segampang nya apa buat nyoblosin kita ke penjara, gak tau aja kita banyak orang dalem" ucap Dinand yang meremehkan Shandy cs.

"Trus rencana kita apa sekarang nand? Apa kita kembali ke rencana awal buat ngabisin seluruh keturunan Maulana atau kita lupakan semua masalah yang terjadi" ucap Lukas

"Enak aja, gak akan pernah bisa di lupakan, mereka udah ngabisin bokap yokap gue begitu saja dan sekarang gue harus ngelupain itu? Oh tentu tidak bisa" ucap Dinand agak ngegas.

"Tapi bukannya kita udah ngebalesnya juga ya dengan cara ngebakar rumah peninggalan pak Maulana dan pak Maulana sendiri juga udah meninggal, apa gak sebaiknya kita berdamai aja?. Jujur gue udah capek dengan semua kejahatan kriminal dan gue ada rasa takut kalau harus kembali ke sel tahanan" ucap Noel yang telah lelah dengan semua nya.

"Hey itu belum ada apa-apanya asal Lo tau, sebelum gue bisa ngabisin semua keturunan Maulana dan kalau enggak minimal satu yang harus mati dan gue mau itu Fajri yang bakal mati biar Shandy dan Fenly akan hidup dalam kesedihan terus selama nya" ucap Dinand.

"Wah Gilak lu ya, bisa-bisanya. Fajri yang Lo maksud itu Zidane kan yah? Gak habis fikir gue sama Lo" ucap Noel yang tak habis fikir dengan dinand yang hendak menghabiskan nyawa Fajri yang bahkan notabene sudah pernah tinggal bareng nya dan juga sudah ia anggap adik nya sendiri.

"Udah ikutin aja apa mau gue , semuanya akan selesai kalau rencana kita ini berhasil" ucap dinand lagi.

********
Shandy and the geng kini tengah di perjalanan menuju markas Dinand and the geng. Mereka sudah ke rumah dinand sebelumnya namun mereka tidak menemukan satu orang pun dan kini harapan mereka satu-satunya adalah dengan ada nya Dinand and the geng di markas gedung tua itu.

Namun di tengah perjalanan telpon Fajri tiba-tiba berbunyi, seseorang menelpon nya dengan menggunakan no yang tidak di kenalinya.

"Siapa Ji?" Tanya Fiki yang berada di sampingnya.

"Gak tau nih nomor gak di kenali" ucap Fajri

"Coba Lo angkat aja deh siapa tau penting" ucap Shandy yang sedang fokus menyetir.

"Baik lah kalau begitu" ucap Fajri dan ia pun langsung mengangkat telpon tersebut.

"Hallo, ini dengan siapa ya?" Tanya Fajri to the point.

"Hallo Fajri, masih kenl dengan suara gue? Hemmp udah pasti kenal kan ya" ucap orang itu di sebrang sana.

"Dinand! di mana Lo sekarang hah, cepet bilang di mana keberadaan Lo sekarang" bentak Fajri yang sudah emosi.

"Tunggu dulu jangan langsung emosi lah, gue nelpon Lo mau nawarin sesuatu dah kalau Lo setuju gue bakalan berhenti ganguin keluarga lo"

Dream || UN1TY Where stories live. Discover now