chapter 19

145 23 10
                                    

~Author

Pagi ini suasana rumah sakit masih sepi, Gilang yang masih setia menemani Fenly pun masih tertidur lelap di bangku depan ruang ICU. Namun berbeda dengan Fenly yang sedari semalam susah untuk memejamkan matanya, ia tidak bisa tertidur sama sekali di karenakan isi kepalanya yang ramai dan suasana hatinya yang tidak tenang, apalagi semalam ia sempat bertengkar dengan adik satu-satunya itu, ia berpikir ini tidak ada kata akhir, pertengkaran ini pasti bakalan berlanjut nantinya apa lagi ia tau gimana kekehnya seorang Fajri untuk meminta maaf atas kesalahan yang telah dia perbuat, ia respect akan hal itu, tapi ia juga harus memberi waktu untuk adiknya agar bisa berpikir panjang mengenai bahaya atas tindakan yang telah dia perbuat.

Gilang terbangun dari tidurnya, ia menatap wajah Fenly dengan sedikit bingung, di karenakan bola mata yang memerah di sertakan lingkaran hitam yang melingkari area mata Fenly, apakah pemuda itu tidak tidur semalaman?.

"Fen Lo gak tidur ya?" Tanya Gilang penasaran, namun tidak dapat respon apapun dari Fenly

"Fenly, are you okay?" Ia kembali bersuara namun dengan sedikit memberi geplakan ke arah punggung pemuda itu agar Fenly dapat tersadar dari lamunannya.

"Eh Lang, Lo udah bangun?" Tanyak Fenly yang baru menyadari nya.

"Eee udah sedari tadi kali, tapi Lo nya aja tuh yang ke asikan melamun gak jelas, gue tanya dari tadi Lo diem aja, Lo ngelamun apaan sih? sampai gak sadar gue ngomong" ucap Gilang

"Gak ada kok, paling cuman mikirin kak Shan aja, yaudah kalau gitu gue ke kantin ya beliin sarapan, Lo mau request apa?" Ucap Fenly beralih topik

"Kayak biasanya aja" jawab Gilang

"Oh okey, Lo disini dulu jangan ke mana-mana sampai gue balik kesini lagi" Ucap Fenly dan dapat anggukan kepala oleh Gilang, setelah itu ia langsung pergi menuju ke kantin rumah sakit.

*******
Fajri kini pemuda itu tengah melajukan motornya ke suatu tempat, ia ingin permasalahan ini dapat terselesaikan dengan cepat, karna ia ingin bisa dekat lagi dengan keluarga nya dan juga dapat kepercayaan dari Fenly.

Namun di tengah perjalanan ia menyadari bahwasanya ia melihat kedua sahabatnya di pinggir jalan, ia mengucek matanya untuk memastikan yang dia lihat itu beneran kedua sahabatnya.

"Ya itu beneran Fiki dan juga Zweitson" ucapnya setelah ia bisa memastikan bahwa kedua orang itu bener sahabat nya, kemudian ia langsung menghampiri keduanya.

"Eh Fik, Son, motor nya lagi mogok ya? ayok bareng sama gue aja, biar gue anterin ke sekolah, biar gak telat" ucapnya dengan ramah

"Eh siapa sih Son? Kayak nya gue gak kenal deh, temen Lo ini ya?" Ucap Fiki yang tak menghiraukan pertanyaan demi pertanyaan yang di lontarkan oleh Fajri, ia malah terkesan cuek dengan kehadiran seorang Fajri di sekitar mereka.

"Ini kan si Zidane-Zidane itu masa Lo gak tau sih Fik" ucap Zweitson upaya mengecengi Fajri sambil keduanya ketawa.

"Oh si pembunuh itu ya?, Pantesan kayak gak asing" ucap Fiki ngasal.

Degh

Betapa terkejutnya seorang Fajri mendengar ucapan itu keluar dari mulut salah satu sahabatnya itu, ia tak sanggup berkata-kata lagi sedikit pun, hatinya terasa perih bagaikan tersayat pisau tajam.

Dengan perasaan campur aduk ia men starter lagi motor nya lalu pergi dari situ, untuk menghindari amarah nya, ia berpikir bahwasanya mereka gak salah menyebut nya seperti itu Karna apa yang mereka lihat kemaren itu cukup membenerkan bahwa ia melakukan hal itu.

Ia kembali melajukan motornya menuju kantor polisi di mana Noel, Dinand, Ghatfaan dan juga Lukas di tahan, ia harus mendapatkan bukti bahwa bukan ialah yang menembak Shandy, untuk membuktikan kepada Fenly dan juga sahabat-sahabatnya bahwa bukan dari pistol yang ia pegang munculnya peluru yang menancap tubuh Shandy.

Dream || UN1TY Where stories live. Discover now