A Plan

397 38 4
                                    

Henry naik ke lantai atas menuju kamarnya untuk beristirahat sejenak setelah membersihkan sebagian rumah Alex. Hari itu telah berlalu begitu cepat, dan dia merasa letih namun puas dengan hasil pekerjaannya. Mandi adalah cara yang bagus untuk merilekskan diri setelah seharian bersih-bersih.

Sesaat setelah selesai mandi, ketika Henry masih membungkus handuknya di sekitar pinggangnya, dia mendengar telepon berdering keras. Tanpa ragu-ragu dia melangkah menuju telepon tersebut dan mengangkatnya. Suara Mr. Diaz terdengar jelas di seberang sambungan itu,

Mr. Diaz: "Oh, Henry. Kebetulan sekali, cepat ganti bajumu. Nanti ikutlah dengan Alex ke restoran Oakleys untuk makan malam bersama om Diaz."

Henry merasa kaget dan terkejut dengan panggilan yang tak terduga itu. Dia jelas tahu bahwa dia harus segera menuruti perintah om Diaz, meskipun waktu yang dia miliki sangat terbatas. Dengan cepat, dia melemparkan handuknya ke samping, menampilkan seluruh badan yang tanpa busana dan bergerak menuju lemari pakaian dan langsung memilih pakaian terbaik yang dia miliki, berharap untuk memberikan kesan yang baik. Setelah dia selesai mengenakan pakaian tersebut, dia menyisir rambutnya untuk berusaha tampil se rapih mungkin.

Ketika henry menuruni tangga, dia mendengar Alex tengah berbicara dengan suara penuh frustasi di telepon. Alex tampaknya terlibat dalam percakapan yang sengit.

Alex: "Ayah, aku harus pergi melanjutkan pekerjaanku sekarang, aku tidak bisa pergi ke restoran!"

Suara Alex penuh dengan amarah, dan wajahnya mencerminkan rasa frustasi saat berbicara dengan ayahnya melalui telepon.

Sebelum Alex mulai membantah lagi, Mr. Diaz dengan cepat mengakhiri percakapan tersebut. Alex merasa sangat kesal dan frustasi, tetapi dia tidak bisa melakukan apa-apa selain meletakan ponselnya.

Di saat itulah Alex melihat Henry yang tengah menuruni tangga dengan cepat, mereka saling memandang. Dengan ekspresi marah yang mendominasi wajahnya, Alex menunjuk wajah Henry dan berkata dengan suara yang gemetar oleh kemarahannya.

Alex: "Ini semua gara-gara kamu! Kalau kamu tidak datang kesini, pesta itu tidak akan mungkin di batalkan!" Alex berteriak dengan frustasi, menyalahkan Henry atas pembatalan pesta yang telah di rencanakan dengan begitu hati-hati bersama teman-temannya. Alex merasa bahwa kehadiran Henry adalah penyebab utama pembatalan pesta yang sudah lama dinantikannya.

Henry tentu saja tidak tinggal diam, dia menjawab dengan nada tajam, "Apa hubungannya denganku? Mr. Diaz yang memanggilku ke sini, aku tidak datang dengan sendirinya. Aku bahkan tidak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi, tetapi yang pasti bukan aku penyebab pembatalan pesta yang kamu rencanakan."

Alex sedikit terkejut mendengar jawaban tegas yang di berikan Henry. Selama ini, dia tidak pernah merasakan ada seseorang yang berani menentangnya dengan begitu tegas.

Alex akhirnya berkata dengan nada yang masih penuh dengan kemarahan,"Oke, kalau begitu, pergilah dengan mobil lain."

Henry tersenyum sinis, "Terima kasih, sebenarnya aku memang tidak akan betah jika berbagi mobil dengan mu."

Setelah Henry selesai berbicara dan dengan mantap melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Alex tambah frustasi, bahkan begitu marah sehingga dia menendang kursi di sekitarnya dengan rasa kesal.

Ketika Henry mencapai pintu, dia berhenti seketika, memutar kepalanya kebelakang untuk menatap Alex dengan sikap santai, dan dengan nada mengejek, dia menggoda, "Ah, kalau nanti ayahmu bertanya, mengapa aku naik taksi, apa yang akan ayahmu lakukan ya?"

Alex tahu dia benar-benar terjebak dalam situasi sulit ini. Ayahnya pasti akan sangat marah dan mencari cara untuk menghukumnya, baik itu dengan menarik semua akses ke rekening bank dan kartu kreditnya, menurunkan jabatannya, atau bahkan menyita kendaraannya.

ENMESHED (RWRB AU Version) / On GoingWhere stories live. Discover now