•𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕰𝖒𝖕𝖆𝖙*

2.8K 231 16
                                    

•𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕰𝖒𝖕𝖆𝖙*

𝐀𝐧𝐲𝐞𝐨𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐰𝐚𝐭𝐝𝐡𝐢 𝐤𝐡𝐚 𝐤𝐨𝐧𝐢𝐜𝐡𝐢𝐰𝐚 𝐧𝐢 𝐡𝐚𝐨 𝐞𝐯𝐞𝐫𝐲𝐨𝐧𝐞!!

𝚂𝚘𝚛𝚛𝚢 𝚏𝚘𝚛 𝚝𝚢𝚙𝚘 𝚗𝚍𝚎?

»»————>𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰...

Ƈ

ι

ɳ

ԃ

ҽ

-

»»——❀ Ƈιɳԃҽ- ❀——««

Hega menatap penuh selidik pada orang yang mengaku-ngaku sebagai tikus yang tadi berbicara padanya. Menghela nafasnya pelan dengan memijat pelipisnya pelan, Hega mendudukkan tubuhnya di kasur.

“Buktiin kalau lo, emang tikus yang ngomong sama gue tadi. Gue enggak percaya cuma karena lo mohon-mohon sama niru suara,” sinis Hega sembari bersedekap dada.

Orang yang mirip dengan Haruto itu menghela nafas pelan dengan memutar bola matanya malas. Harus dengan cara apalagi agar orang yang akan menjadi tuannya itu percaya jika, dirinya itu tikus yang berbicara tadi.

“Lo pacarnya Ajeng, punya saudara tiri namanya Revo. Lo sebulan sekali pasti nonton film biru, terlebih yang gendrenya--pfft”

Hega langsung membungkam mulut yang berbicara itu. Dirinya menatap kelas saat orang itu mula berbicara kebiasaannya di kehidupan yang dulu.

“Enggak harus yang itu-nya juga!”

Selanjutnya Hega menatap horor pada tangannya. Menatap nyalang mata yang dimiliki oleh orang mirip Haruto itu.

Hega merasa telapak tangannya ada seperti jilatan dan menjadi basah. Melototkan matanya lalu, “Mesum lo njing! Keluar dari kamar gue sekarang!”

“Harsha? Kamu ngomong sama siapa Nak?!”

Dari luar kamar terdengar teriakan dari Faric yang mengeryit bingung. “Harsha! Papa masuk ya?!”

Hega panik kelimpungan, sedangkan lelaki yang melihatnya hanya menatap Hega dengan santai. Hal itu membuat Hega kesal dan panik saat terdengar langkah kaki yang semakin mendekat ke arah kamarnya.

“Lo ngumpet dimana kek su!” kesal Hega dengan mendorong-dorong orang itu menuju jendela.

“Enggak perlu ngumpet gue, gue ‘kan bisa jadi tikus,” jawab orang itu santai.

“Harsha, Papa masuk ya.”

Tatapan tidak percaya pada lelaki tadi yang langsung berubah menjadi tikus ketika Faric membuka pintu.

Hampir saja Hega jatuh tetapi langsung sigap ditangkap Faric yang reflek berlari. Faric menatap khawatir pada anaknya yang memijat pelipisnya.

“Harsha, kamu enggak papa?”

Memejamkan matanya erat karena tiba-tiba melihat sekelebat kejadian yang membuat dirinya langsung menyentakkan pelukan Faric.

Memegang kepalanya yang tiba-tiba pusing dan terasa berat. Faric semakin khawatir pada anaknya itu, ia memberanikan diri untuk maju. Tangannya ia gunakan untuk mencegah agar anaknya ini tidak menarik-narik rambutnya sendiri.

“Harsha! Udah nak! Jangan ditarik-tarik rambutnya!”

Hanya erangan dan tolakan dari Hega yang diberikan pada Faric. “Sss-sa--sakit”

Tidak tega melihat anaknya yang kesakitan, Faric langsung keluar dan mencari Bi Yoda agar memanggil tabib.

Setelah memberitahu Bi Yoda dengan raut panik dan khawatir, Faric langsung berlari kembali ke kamar Hega berada.

Cinde- HIATUS! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang