FH: 33. Mimisan

Începe de la început
                                    

"Entah beban berat apa yang kau pikul, Yuna.." lirih Pak Gilang.

"Baik, Mari kita lanjutkan," jelas Pak Gilang dan pemotretan kembali dilanjutkan setelah tertunda beberapa menit.

"Baik, Mari kita lanjutkan," jelas Pak Gilang dan pemotretan kembali dilanjutkan setelah tertunda beberapa menit

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.


"Hasilnya cukup bagus, tapi.. Kayaknya kurang maksimal. Bisa lebih baik lagi, Yuna?" Yun mengangguk dan mencoba menepis semua pikirannya tentang pemotretan disekolahnya itu.

Yuna hanya ingin fokus.

Ah ya, hari ini memang jadwalnya Yuna pemotretan sendiri. Hanya Brand jaket yang ingin dipromosikan oleh Yuna, tapi jam selanjutnya gantian Kalila yang pemotretan. Beda Brand sih, tapi di hari yang sama dan akan dirilis pada tanggal yang sama dengan majalah yang sama.

Setelah beberapa menit kemudian, Yuna selesai melakukan pemotretan. Yuna merasa lega, akhirnya pekerjaannya selesai hari ini. Ada kurang lebih tujuh kali Yuna melakukan pemotretan dengan baju yang berbeda beda, dan ini adalah yang terakhir. Yuna butuh banget uang itu, bahkan dia bolos sekolah hari ini cuma buat nyelesaiin pemotretan itu.

"Oke Yuna, pemotretan kita udah selesai. Kamu boleh pulang kalau mau," jelas Pak Gilang.

Yuna mengangguk dengan wajahnya yang lelah, ia mengambil tas yang berada pada sofa tempat biasanya Prima duduk bermain game.

Selesai mengambil tasnya, Yuna berjalan keluar studio menuju lift yang akan mengantarkan keluar.

Dengan jalannya yang terseok-seok, jujur saja kayaknya Yuna nggak kuat kalau pulang harus bawa motor sendiri naik motornya Sean.

Yuna memasukkan ponselnya kedalam tas, memperhatikan tasnya yang ada di lengannya. Hingga,

Bruk

Yuna terduduk diatas lantai lobby hotel, Yuna lemas. Bahkan setelah ditabrak pun dia nggak kuat buat bangun lagi,

"Eh? Maaf.. Maaf.."

"Lo nggak papa?" ujarnya sambil membantu Yuna berdiri.

Tapi, Yuna nggak kunjung bangun yang padahal sosok itu sudah memegangi kedua lengan Yuna untuk membantunya berdiri.

"Lo nggak pa...---"

"Eh??" Yuna mendongakkan kepalanya, menatap sosok yang membantunya dengan tatapan kosongnya.

"Yuna..?? Yun.. Hidung lo!!" Yuna menyeka sesuatu yang mengalir dari hidungnya.

Yuna tersenyum menatap sosok didepannya. Dan sesaat kemudian pandangannya mengabur dan menghitam.

---------


Yuna terbangun, melihat sekitarnya yang... Lagi dan lagi, Yuna kembali masuk Rumah Sakit.

Disekitarnya sudah ada Juna, Keenan, Eric, Yongki dan juga Kakaknya, Sean. Mereka berkumpul menjenguk dan menunggu Yuna tersadar dari pingsannya.

Untuk beberapa kalinya, tangan Yuna kembali diinfus.

"Gue.. Kok bisa disini..?" tanya Yuna bingung setelah sadar.

"Kalian ketemu tadi di gedung tempat lo kerja, trus nggak lama kemudian lo mimisan dan malah pingsan." jelas Eric.

"Yuna... Lo kenapa?" tanya Juna yang duduk disamping bangsal Yuna.

"Gue.. Kenapa? Kenapa apanya?"

"Yuna akhir-akhir ini lo selalu ngilang dari kita, ya kita tau karena lo cewek jadi lebih butuh temenan sama temen cewek lo. Tapi akhir-akhir ini kita sering mergokkin lo bengong gitu didepan rumah, sambil kadang juga sesekali lo nangis. Lo kenapa?" lanjut Eric.

"Jangan bilang lo jatuh cinta dan salah orang lagi." sindir Yongki yang berdiri diujung bangsal Yuna.

Yuna tersenyum, "Kalian mantau gue banget, kenapa? Kangen ya kita jarang main?"

Sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada, Sean berjalan sedikit mendekati Yuna. "Yuna, dari lo pulang camping, lo nggak bener-bener baik baik aja. Lo ngurung diri dikamar selama empat hari. Lo bahkan nggak mau keluar kamar cuma buat makan, ada apa? Siapa yang buat lo gini?"

Juna menoleh dengan raut wajahnya yang kaget. "Hah?! Empat hari? Nggak makan?!"

Juna mengalihkan pandangannya menuju Yuna. "Yun, gue kira lo kurusan karena emang tuntutan pekerjaan lo. Lo kenapa sih? Coba cerita aja.. Siapa yang buat lo gini?"

Bukannya menjawab, Yuna malah tersenyum dengan bibirnya yang pucat itu.

"Foto cowok yang ada dikamar lo, kenapa sekarang nggak ada? Jangan-jangan dia yang buat lo gini?" celetuk Sean.

"Gausah sok tau deh Se.."

Keenan yang sedaritadi hanya diam, kini membuka suara. "TUHKAN! Berarti emang bener kalo foto cowok yang dikamar Yuna yang nyakitin dia, Yun.. Kenapa lo nggak cerita sih?"

"Lagian ngapain juga gue cerita ke kalian, yang ada kalian nanti mukulin dia kalo emang dia yang salah.."

"Kayak kejadian Satya waktu itu.. Parah kalian, sampe babak belur begitu dibuatnya," ungkap Yuna.

Keenan berdiri mendekati Yuna. "YUN! Satya itu udah parah! Dia nyelingkuhin lo! Dia bahkan ciuman didepan mata lo, dan lo masih ngebela?!?!"

Yuna menggeleng, "Gue nggak ngebela. Gue cuma bilang kalian parah aja ngebuat anak orang sampe begitu,"

"Bahkan pukulan kita nggak sebanding sama apa yang dilakuin Satya ke elo, Yun."

"Tapi kalian parah banget.."

"Sinting lo Yun. Trus, sekarang lo mau nyembunyiin cowok itu biar kita nggak mukulin dia even dia udah ngebuat lo jadi beda begini?!" jelas Keenan memojokkan Yuna.

Ya, seperti biasa, Yuna selalu kalah telak dengan Keenan kalau dia salah. Yuna hanya diam sambil sesekali mengalihkan pandangannya.

"Kita nggakpapa kalo lo masih belum mau cerita, tapi lihat aja kalo sampe gue tau lo masuk Rumah Sakit lagi gara-gara kepikiran tuh cowok sebegitunya. Kita turun tangan!" ancam Keenan.

Ya, Keenan emang punya dua mode pada dirinya. Mode becanda dan mode serius, mode serius selalu dia keluarkan ketika teman-temannya ngerasa kesakitan--kayak Yuna ini. Dan mode bercandanya... Ya kalian tau sendiri lah...

Yuna hanya mengangguk, "Iya.."

--------------

🌻

Flower Heart -Hyuna-  Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum