Nice to meet you

23 8 0
                                    

 

Senja menjelang di rumah sakit membawa nuansa yang penuh emosi. Cahaya kuning keemasan matahari terbenam merambah melalui jendela, menciptakan bayangan lembut di sepanjang lorong. Suara langkah kaki menyusup ke dalam koridor sepi, memecah kesunyian yang tergantung di udara.

Pintu geser kaca memantulkan sinar matahari senja, menciptakan kilau emas pada lantai marmer yang bersih. Setiap ruangan dipenuhi cahaya alami dan warna-warni lukisan yang menggambarkan kehidupan.

Di ruangan putih rumah sakit, seorang gadis terbaring lemah. Rambutnya coklatnya yang biasanya berkilauan kini tampak kusam, dan matanya yang dulu penuh semangat kini mencerminkan kelelahan yang mendalam. Di sekelilingnya, bunga-bunga segar dan kartu ucapan memberikan jejak kepedulian dari teman-teman yang datang menebarkan harap di ruang yang sepi.

Ini membosankan, dia bukan orang yang hobi rebahan tapi dirinya harus berada di atas ranjang untuk waktu yang lama.

Dia ingin bergerak bebas namun menyadari dirinya yang terikat dengan infus, sepertinya mustahil.

Suara ketukan dari pintu ruangan membuyarkan lamunannya, apa itu dokter yang datang memeriksa? Padahal tadi siang dia sudah mengecek. Dia hanya menjawab seadanya sambil mengizinkannya masuk. Dibalik pintu yang terbuka terlihat seorang pemuda dengan ransel yang setia menemaninya, lelaki itu berjalan dengan langkah ringan memasuki ruangan itu. Pakaiannya yang santai namun rapi mencerminkan gaya hidup yang dinamis dan penuh semangat tapi tidak dengan wajahnya yang sangat berbanding terbalik dipenuhi ekspresi wajahnya yang acuh tak acuh memberikan kesan seolah-olah dunia di sekelilingnya hanya sekedar latar belakang yang tidak relevan.

Pandangan matanya yang datar dan hanya terfokus pada sesaat, seolah-olah tidak tertarik pada interaksi sosial sekitar. Posturnya yang tegap menggambarkan kekuatan fisik yang dipedulikannya terlalu banyak, maklum dia cukup aktif dalam bidang olahraga yang ada di kampus, sikap tubuhnya yang santai, dengan satu tangan di saku celana. Orang ini mungkin terlihat seolah-olah melewati hari-hari tanpa terlalu banyak perasaan atau keterlibatan emosional dalam apa pun yang terjadi di sekitarnya.

Gadis ini ingat, akhir akhir ini pemuda tersebut sering mengunjungi nya, junior satu tingkat dibawahnya, Ryan Sean.

Rambutnya berantakan, namun dengan sentuhan sederhana, menciptakan tampilan yang tak terlalu formal. Ia membawa laptop di bawah lengannya, dan sebuah paper lunch berukuran sedang. Aku menatapnya senang, perlahan bangkit dan duduk.

"Bawa apaan tuh?" tanyaku pada Ryan.

"Kepo lu." jawabnya.

"Idih." ucapku sambil memasang wajah sangar.

Dia lalu meletakkan paper lunch tersebut dia atas meja lalu mulai mengeluarkan isinya dan yang pertama dia keluarkan adalah makanan dingin berwarna pink yang lengket dan kenyal dengan isi stroberi dan berbagai rasa lainnya, aku cukup mengenalnya karena dulu aku sering memakannya. Manik gadis itu berbinar berusaha ingin meraih makanan yang tidak lain adalah mochi, akan tetapi Ryan malah mengangkatnya tinggi-tinggi, tidak mengizinkan untuk mengambilnya.

"Orang sakit dilarang makan makanan dingin." ucapnya tegas namun ada sedikit nada ejekan dalam ucapannya.

Oke cukup, ini benar benar membuatnya kesal, dengan cepat gadis itu mengalihkan pandangan tak ingin melihat wajah pemuda di hadapannya berharap lawan bicaranya menyadari bahwa ia sedang marah saat ini, akan tetapi malah tidak ditanggapi sama sekali.

Masih sibuk dengan urusannya mengobrak abrik bawaannya hingga ia mengangkat salah satu isi paper lunch lainnya dari dalam, aromanya yang menguar di udara benar benar menggugah selera, si surai coklat membalikkan badannya mencoba mencari asal bau penuh kelezatan dari makanan favoritnya, Bakpao, benda bulat dan putih itu sedang dipegang oleh pemuda di hadapannya, menyadari tatapan buas dari seberang sana lalu kemudian menatap gadis itu.

NICE TO MEET YOUDonde viven las historias. Descúbrelo ahora